The news is by your side.

Empat Logika Ber-NU

Oleh Darul Qutni, S.S.I
(Ketua MDS Rijalul Ansor Depok)

Empat Logika Ber-NU | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat

Dalam tulisan ini tidak akan diurai pembahasan secara ilmiah mengenai logika. Hanya refleksi pemikiran belaka atas pengalaman yang didapati penulis sepanjang menjadi pengurus NU sejak lima tahun yang lalu.

Penulis coba mengerucutkan ada empat logika yang berkembang di tubuh NU. Pertama, logika politik. Dua, logika hukum. Tiga, logika bisnis. Empat, logika gerakan, budaya dan pengkaderan.

Pengertian logika politik adalah bahwa NU hanyalah tempat untuk merebut kekuasaan formal pemerintahan belaka. Agenda ke-NU-an pun akhirnya berbau politis. Ujung dari logika ini adalah politisasi NU. Di mana NU sudah berfungsi seperti partai politik. Padahal Muktamar 2015 mengamanatkan NU agar menjaga jarak dengan seluruh kekuatan partai politik.

Namun logika politik menjadi positif ketika fungsi NU tetap pada tempatnya dan partai politik juga demikian. Kebersamaan pada isu-isu strategis bisa dijalankan dan digiatkan. Dalam rangka mewujudkan politik kebangsaan ala NU.

Logika kedua adalah logika hukum. Bagi penganut logika ini, ber-NU haruslah mengacu kepada dasar-dasar hukum yang ada. Padahal sudah jamak dan maklum kalau pengurus suka menabrak aturan mainnya sendiri. Berpegang kepada aturan tertulis di NU memang bermanfaat untuk mengganjal politisasi NU. Namun jika tidak dibadengi dengan logika pengkaderan yang massif dan terstruktur akan menjadi percuma.

Ketiga, logika ekonomi. Tak sedikit yang menjadikan NU hanya sebagai basis ekonominya saja dalam pengertian pragmatis. NU akhirnya menjadi tempat Nyari Uang saja. Namun, jika logika ekonomi diarahkan ke pengertian positif seperti bagaimana memberdayakan ekonomi warga NU dengan menciptakan peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan, maka tentu saja ini sangat baik. Ekonomi warga NU menjadi terberdayakan.

Logika keempat yaitu, logika gerakan dan pengkaderan. Logika gerakan berfokus pada agenda-agenda riil NU. Dia tidak memusingkan ada SK atau tidak ada SK. Yang penting NU harus tetap bergerak dan berjalan baik dengan bendera maupun tidak. Logika gerakan NU terus mengkader anggota-anggota NU di pesantren, majelis taklim, masjid, sekolah dll.

Logika gerakan, budaya dan pengkaderan inilah yang diharapkan dominan muncul dalam perjalanan NU saat ini atau ke depan. Karena berbahaya jika NU tidak lagi bergerak, berbudaya, dan memiliki kader yang kuat di masa kini dan mendatang. Basis-basis dan kantong-kantong NU akan habis sendirinya tanpa disadari atau tidak. Saat itulah kita hanya bisa meratapi diri sendiri. Wal iyadzu billah.*

Leave A Reply

Your email address will not be published.