Gus Muwafiq Ungkap ‘Modus’ Kelompok Perusak Agama dan Bangsa
Jombang, NU Online
KH
Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) mengungkapkan bahwa salah satu cara pihak
lain merusak Islam di era saat ini adalah dengan menghilangkan
kepercayaan umat pada pemimpinnya.
Padahal menurutnya, Islam
tidak bisa berkembang tanpa kekuatan. Tidak ada kekuatan tanpa jamaah
dan tidak ada jamaah tanpa pemimpin. Sementara tidak ada pemimpin tanpa
adanya ketaatan. Sehari tanpa pemimpin lebih bahaya dari 1000 tahun
dipimpin orang dzalim.
“Cara menghancurkan Islam, dihajar terus
para pemimpinnya sampai orang tidak percaya sama pemimpin itu. Dan
akhirnya pemimpin tersebut dijatuhkan dan diganti pemimpin yang
asal-asalan,” katanya, Kamis (17/1).
Sosok yang pernah menjadi
asisten pribadi Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid ini
mengungkapkan juga bahwa kini banyak yang ingin menghilangkan wibawa
pemimpin.
Contohnya beberapa tokoh Nahdlatul Ulama dan pemimpin
pesantren di Indonesia diserang bertubi-tubi lewat media sosial dengan
kata-kata makian, kata kasar, dan meme yang menghina tokoh tersebut.
“Maka
jangan heran, kalau ada kiai yang bisa memimpin umat langsung diserang.
Itu memang sudah direncanakan. Dipimpin Kiai Said Aqil Siroj protes,
dipimpin KH Solahuddin Wahid protes,” ujar Gus Muwafiq.
Fenomena
menghilangkan wibawa pemimpin ini juga terjadi dan menyasar para
pemimpin bangsa. Semua pejabat negara yang memiliki wewenang mengambil
keputusan selalu disalahkan. Apapun yang dilakukan tidak ada yang benar
dimata orang yang tidak mau dipimpin ini. Semua salah bila tak sesuai
dengan keinginan mereka.
“Kalau manusia sudah tidak mau dipimpin
maka kacau. Presiden juga disalahkan, tentara disalahkan, polisi
disalahkan, tidak ada benarnya. KPU salah, apa-apa salah. Bikin jalan
tol salah. Tidak bikin juga salah. Freeport diambil salah, tidak diambil salah,” ungkapnya.
“Memang Imaroh (kepemimpinan) dihajar untuk merusak sebuah bangsa. Nanti bila sudah tidak ada pemimpin lagi maka disiapkan pemimpin baru versi mereka,” beber alumni Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Semua penjelasan ini disampaikan Gus Muwafiq saat mengisi pengajian di Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pengajian dalam rangka Maulid Nabi ini juga merupakan acara penutup dari Festival Da’i Nasional yang dilaksakan oleh Kumpulan Da’i Tebuireng (Kudaireng). (Syarif Abdurrahman/Muhammad Faizin)
Sumber : NU Online