The news is by your side.

Habib Umar bin Husein Assegaff Majalaya: Dengan Isra Mi’raj Kita Satukan Tekad, Tingkatkan Amal dan Persatuan Bersama Kyai Nahdliyin

Habib Umar bin Husein Assegaff Majalaya: Dengan Isra Mi'raj Kita Satukan Tekad, Tingkatkan Amal dan Persatuan Bersama Kyai Nahdliyin | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratGarut, 29 April 2018 – Umat Nahdliyin Bangkonol Sukawening, Kab. Garut menyelenggarakan acara Rajaban secara meriah, acara Rajaban yang diselenggarakan di lingkungan Pesantren Al Khoiriyah yang didirikan oleh Almarhum KH. Abdul Mutholib itu diisi dengan berbagai macam kegiatan, seperti lomba Azan, lomba pidato, lomba kreatifitas sholawat nusantara, lomba memukul bedug, dll. Acara tersebut berlangsung selama sepekan, dimulai dari hari selasa, 24 April 2018 hingga 29 April 2018. Puncak penutupan acara dilakukan pada hari Ahad malam dengan peringatan Isra Mi’raj dan Tabligh Akbar. Pihak panitia mendatangkan penceramah Habib Umar bin Husein Assegaff LDNU Jawa Barat.

Acara tersebut dihadiri oleh Nahdliyin, pengurus MWCNU Sukawening, Kapolsek dan Danramil Sukawening. Dalam kata sambutannya Ketua MWCNU sukawening, Drs. H. Juanda, M.Pd berkata,” Kita harus berjam’iyyah, kita harus berorganisasi agar menjadi umat yang kuat” beliau melanjutkan dengan mengutip ucapan Sayidina Ali bin Thalib ra, ” Al Haqqu bila nidzom yaghlibuhul bathil binnidzom” kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.

Habib Umar bin Husein Assegaff Majalaya: Dengan Isra Mi'raj Kita Satukan Tekad, Tingkatkan Amal dan Persatuan Bersama Kyai Nahdliyin | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratPada acara inti, Habib Umar Assegaff LDNU Jabar menyampaikan ceramahnya dengan mengupas beberapa kata inti yang terdapat dalam ayat Al Quran dari Surat Al Isra. Habib menjelaskan kata “Subhana,” Maha Suci Allah, merupakan sebuah kata Sighotun Litta’ajjub, ungkapan yang terlontar dari seorang mumin atau orang yang percaya kepada Allah swt. Ketika orang tersebut menyaksikan satu peristiwa yang tidak terjangkau dengan akal, yaitu peristiwa perjalanan Rasul saw, perjalanan dari masjidil haram ke Masjidil Aqsha kemudian ke Sidratul Muntaha. Waktu perjalanannya sangat singkat, tidak berbulan-bulan dan tidak pula bertahun-tahun. Tapi hanya sebagian malam, hal tersebut dapat difahami dari kata ” Lailan” dalam bentuk nakirah bukan ma’rifah ” Al-laila”.

Jadi dari kata “Subhana” dapat difahami, dapat diambil pelajaran bahwa jika ada seseorang yang beriman mengalami berbagai kejadian dalam hidupnya, kejadian tersebut baik bersifat menyenangkan ataupun menyedihkan, apalagi kejadian luar biasa maka harus dikembalikanlah kepada Allah swt. Hal inilah yang membedakan kita orang beriman dengan orang yang tidak beriman. Orang yang tidak beriman ketika mengalami peristiwa luar biasa di alam semesta ini, mereka akan menyatakan bahwa itu terjadi karena hukum alam. Contoh adanya kejadian banjir di Garut, ada kejadian tanah longsor, gempa bumi, dll. Semua kejadian yang disebutkan itu terjadi atas kekuasaan Allah swt. Tapi perlu diingat, itu juga timbul karena disebabkan adanya alam yang dirusak oleh tangan-tangan manusia.

Manusia yang seharusnya menjaga keberlangsungan, keharmonisan alam, yang seharusnya mencintai alam, justru karena keserakahan dan keegoisannya selalu berusaha menguasai lahan yang bagus dan subur dengan menebang habis dan membakar tumbuhan, menghancurkan ekosistem yang ada dan disisi lain itu merupakan sebuah musibah, cobaan bagi orang beriman dan azab bagi yang tidak beriman.
Allah swt berfirman

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya mereka merasakan ( akibat ) dari sebagian perbuatan mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar) (Q.S. Arrum [30] :41).

Bencana alam syariatnya disebabkan oleh manusia dan hakikatnya berkat kekuasaan Allah swt. Manusia yang seharusnya beribadah justru gemar membuat kerusakan, melakukan kemaksiatan, tidak melaksanakan shalat, tidak menunaikan zakat. Pada akhirnya mengalami kemunduran di segala bidang, ini sangat menyedihkan.

Dengan memperingati Isra Mi’raj ini maka kita patut berjuang merubah diri kita dan mendorong umat agar kembali memahami tugas hakiki kita sebagai hamba sesungguhnya. Jangan lupa bahwa Kita sebagai umat terbaik patut berjuang merealisasikan kebaikan, kesejahteraan dan keadilan. Perjuangan itu harus disertai doa agar seluruh aktifitas kita menyatu dengan keberkahan. Maka jangan sekali-kali kita menjauhi para Kyai Nahdliyin dan Habaib NU, karena keberkahan yang kita raih tidak akan terwujud kecuali hanya dengan bimbingan mereka. Sekali lagi, mari tunjukan penghambaan kita, tingkatkan amal ibadah kita dan semua dapat tercapai dengan sempurna ketika kita bersatupadu bergerak dalam jam’iyyah Nahdlatul Ulama dibawah komando Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, M.A dan Dr (HS) KH. Ma’ruf Amin.

Leave A Reply

Your email address will not be published.