The news is by your side.

Islam ke Nusantara Tak Hanya Disebarkan Pedagang, Tapi Intelektual

Islam ke Nusantara Tak Hanya Disebarkan Pedagang, Tapi Intelektual | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratDepok, NU Online

Bukan saja dari pedagang, kedatangan Islam ke Indonesia sangat dimungkinkan juga dari para intelektual. Pasalnya, inskripsi di batu nisan makam tua di Barus maupun Aceh, terdapat syair yang pasti bukan karya orang sembarang.

“Islam datang ke Nusantara bukan hanya berdagang, berkuasa, tapi juga membawa ilmu pengetahuan. Terbukti dengan tulisan yang di Barus itu sastra,” ujar Husnan Bey Fananie melalui sambungan video saat penyampaian hasil riset mutakhir Dari Mana Masuknya Islam ke Nusantara? Di Gedung X Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (28/11).

Bukti inskripsi itu mengindikasikan bahwa penyebar Islam di Nusantara berasal dari golongan literat. Mereka tidak sekadar memahami bahasa Melayu sebagai bahasa daerah setempat, tetapi juga memahami bidang-bidang ilmu lainnya.

“Dengan kata lain, penyebar Islam ke Nusantara dapat diduga adalah kaum intelektual,” kata Bastian Zulyeno, salah satu peneliti.

Di samping itu, penerimaan kepercayaan baru tentu bukanlah hal mudah. Maka, tentu penyebarannya tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat biasa. Para pembawa agama Islam juga sudah barang tentu menguasai bahasa daerah setempat sehingga dua hal itu yang menguatkan tim peneliti berkesimpulan bahwa penyebar Islam ke Nusantara dilakukan oleh tokoh kharismatik.

Sementara itu, Maman S Mahayana menjelaskan bahwa sebelum Arab Melayu (Jawi) dilatinkan, masyarakat Nusantara merupakan bangsa yang literat tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya beraksara itu, seperti Tajussalatin, Bustanul Katibin, dan sebagainya.

Ia prihatin mengingat pernah suatu ketika di depan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Selatan, beberapa di antaranya tidak mengenal Al-Banjari sebagai sosok intelektual yang menulis berbagai bidang ilmu.

“Ada stigmatisasi ulama kuat,” katanya.

Seolah-olah ulama itu yang hanya mengimami jamaah di masjid dan mengurusi permasalahan keagamaan saja. Al-Banjari, kata Maman, merupakan ahli ilmu bumi. (Syakir NF/Abdullah Alawi)

Sumber : NU Online

1 Comment
  1. anita says

    thanks for your information

Leave A Reply

Your email address will not be published.