Jejak Pesantren Tatar Sunda Pra Kemerdekaan : Kabupaten Tasikmalaya
Pesantren tua yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya adalah Pesantren Syekh Abdul Muhyi melalui pesantrennya di Pamijahan, yang berbasis di goa- goa, ia banyak melakukan dakwah Islam di wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya. Kemudian, Pesantren Suryalaya, Cintawana, Sukamanah, dan Cipasung. Pesantren Suryalaya didirikan pada 5 September 1905 M / 7 Rajab 1323 H oleh K. H. Abdullah Mubarak atau Abah Sepuh yang diawali dengan pendirian sebuah masjid yang dijadikan tempat mengaji dan mengajarkan tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang kemudian diberi nama Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah sebagai cikal bakalnya. Dengan didirikannnya masjid pada tanggal tersebut, peristiwa ini kemudian dijadikan titik mangsa berdirinya pesantren Suryalaya.
Sebelum mendirikan Pesantren Suryalaya, K. H. Abdullah Mubarak mendapat pelajaran dari orang tuanya. Ia juga pernah mendapat pendidikan dari Kiyai Jangkung di Kampung Cicalung. Selanjutnya ia belajar ilmu Fiqh dan ilmu alat di Pesantren Sukamiskin. Kemudian ia berguru kepada Syekh Tolhah di Desa Kalisapu dan di daerah Trusmi-Cirebon. Selain kepada kedua ulama tersebut ia juga belajar kepada Syekh Kholil di Madura.
Kedua guru yang disebut terakhir ini yaitu Syekh Tolhah dan Syekh Kholil sangat terkenal sebagai guru besar Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Oleh karena itu, dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki K. H. Abdullah Mubarok yang banyak berhubungan dengan ajaran tarekat, kelak di kemudian hari ketika mendirikan pesantren yang bernama Pesantren Suryalaya, pesantren yang didirikannnya ini banyak mengajarkan ajaran tarekat, khususnya tarekat Qodiriyyah wa Naqsabandiyah. Dengan demikian pesantren ini lebih dikenal sebagai Pesantren Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah Suryalaya.
Menurut Ahmad Sanusi, pada masa pendudukan Jepang, Pesantren Suryalaya di bawah kepemimpinan K. H. Abdullah Mubarok bersikap sangat kritis terhadap tindakan dan gerak-gerik tentara militer Jepang. Pada masa revolusi fisik K. H. Abdullah Mubarok banyak memberikan perhatian terhadap perlunya semangat untuk mencintai dan mempertahankan kemerdekaan. Ia menganjurkan kepada para ikhwan serta para pemuda supaya berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan.
Pesantren Cintawana, didirikan pada tahun 1917, oleh K. H. Mohammad Toha yang dilahirkan pada tahun 1882 M di Kampung Cireule Desa Banjarsari Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya. Pada tahun 1913 K. H. Mohammad Toha mendirikan pondok pesantren di Cipancor Kecamatan Kadipaten Tasikmalaya, dan berlangsung sampai dengan tahun 1917. Pada tahun 1917, karena ketidaksenangannnya terhadap pemerintah Belanda yang telah menghancurkan pesantrennnya di daerah Cipancor, ia berpindah ke Cintawana dan kemudian mendirikan pesantren baru yang bernama Pesantren Cintawana. K. H. Toha memimpin pesantren ini selama 28 tahun tahun karena pada tahun 1945 ia meninggal dunia. Selanjutnya dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1948 kepemimpinan pesantren ini dilanjutkan oleh anaknya yang bernama K. H. Ali Kholiludin. Selama memimpin pesantren ini K. H. Ali Kholiludin banyak dibantu oleh Toha Muslim dan Ishak Farid.
Pesantren Sukamanah, didirikan pada tahun 1927 oleh K. H. Zaenal Mustafa. Sebenarnya, Pesantren Sukamanah terbagi dua, yaitu pesantren Sukamanah dan Sukahideung. Sebelum nama Sukamanah dikenal orang, di daerah ini sudah ada pesantren yang bernama Pesantren Sukahideung yang didirikan lebih awal, tepatnya pada tahun 1922 oleh K. H. Muhsin, yang tiada lain adalah kakak ipar dari K. H. Zaenal Mustopa. Oleh karena nama Sukamanah lebih dikenal dari nama Sukahideung, maka nama Sukamanah lebih populer. Namun demikian dalam perjalanannnya kedua pesantren tetap bersatu karena masih memiliki hubungan kekeluargaaan.
Sebelum mendirikan Pesantren Sukamanah K. H. Zaenal Mustopa pernah menuntut ilmu selama 17 tahun di beberapa pesantren yang terletak di Gunung Pari-Sukarame, Cilenga dan di daerah Sadang, Garut. Pada tahun 1945 K. H. Zaenal Mustopa meninggal dunia karena aktivitas perlawanannya terhadap pemerintahan Jepang. Sepeninggal K. H. Zaenal Mustopa, Pesantren Sukamanah dilanjutkan oleh K. H. Fuad Muhsin.
Kemudian yang berikutnya adalah Pesantren Cipasung. Pesantren Cipasung merupakan salah satu pesantren yang menjadi basis perjuangan para ulama NU di Tasikmalaya. Pesantren yang didirikan oleh K. H. Ruhiat ini telah ada sejak tahun 1931. Pada masa K. H. Ruhiyat di Pesantren Cipasung, di samping menyelenggarakan pengajian secara sorogan dan halakah yang diikuti masyarakat sekitarnya, di Pesantren Cipasung terdapat Madrasah Diniyah (1935), Kurus kader Mubalighin wal Musyawirin (1937). Sepeninggal Ajengan Ruhiyat pesantren ini dilanjutkan oleh anaknya yang bernama K. H. Mohammad Ilyas Ruhiat.
Sumber : Hasil Penelitian yang berjudul “SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM
DI JAWA BARAT” Pimpinan Tim Peneliti Prof. Dr. Hj. Nina H. Lubis, M. S.