Opini
Makna Bendera Merah Putih
Oleh : Bu Nyai Shuniyya Ruhama
Jauh sebelum Indonesia ada, wilayah Nusantara pernah memiliki sebuah kerajaan besar bernama Majapahit. Menurut prasasti Gunung Buthak, bendera Majapahit dikenal sebagai Sang Panji Gulo Klopo, atau warna merah putih..
Setelah di Nusantara berdiri “pagar-pagar” dakwah berupa kerajaan-kerajaan Islam, semuanya bermakmum dalam satu barisan yakni Dinasti Turki Utsmani yang juga benderanya berunsur merah putih.
Merah putih sejalan dengan nilai budaya adiluhung sekaligus nilai pemersatu umat. Hingga Pangeran Diponegoro juga memakai merah putih sebagai bendera perlawanan kepada Belanda.
Setelah menyadari bahwa jika diteruskan perang melawan Belanda, akan terjadi kekacauan berupa punahnya peradaban Jawa, maka Pangeran Diponegoro mengambil sikap ngalah, memilih berdamai untuk mempersiapkan perjuangan lebih dahsyat lagi.
Pada masa itu diperkirakan sepertiga penduduk Jawa habis terbunuh oleh perang ini. Sebenarnya, jika hanya melawan Belanda tidak akan kalah. Sayangnya, Belanda memperalat orang Jawa yang rela menjadi kaki tangan Belanda untuk melawan Pangeran Diponegoro.
Siasatpun diubah.. Pangeran Diponegoro ditipu Belanda. Beliau bersedia berkorban untuk masa depan Nusantara.
Seluruh pengikut setia beliau menyebar ke seantero Sumatera, Jawa dan Madura. Sebagian kecil di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Di Jawa khususnya, simbol merah putih tetap digelorakan, dijaga sedemikian rupa secara sengaja selama hampir 125 tahun supaya tetap terjaga.
Pertama, melalui ritual setiap bayi lahir, dibuatlah bubur merah putih. Ketika Belanda menanyakan maksudnya, dijawab: merah simbol ibu, putih simbol bapak. Dibuatkan bubur merah putih supaya anak berbakti kedua orangtuanya. Belandapun tertipu.
Kedua, setiap malam Jumat setiap warga diminta membuat bucu (tumpeng kecil) berwarna putih, diberi berbagai bumbu dapur kemudian di atasnya diberi cabe merah besar. Simbol merah putih.
Ketika Belanda bertanya, dijawab: untuk memberi makan ruh nenek moyang. Belandapun tertipu.
Ketiga, setiap akan mendirikan rumah, bagian kuda-kuda rumah diberi simbol kain merah dan putih. Supaya Belanda tidak curiga, kain merah putihnya ditemani tebu, kelapa dan pisang.
Masih belum cukup, ditambah dengan tumpeng, jajan pasar dan urap, jika perlu dikasih ingkung ayam. Ketika Belanda bertanya, dijawab: ini ritual Jawa. Belandapun tertipu.
Hingga ketika Ulama sudah mendapat suara dari langit bahwa Indonesia akan segera merdeka, maka Hadlrotussyaikh Hasyim Asy’arie saat Muktamar NU di Banjarmasin 1937 memberikan pesan supaya ketika Indonesia merdeka, warna benderanya ialah merah-putih.
Dan segera setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, maka Habib Ali Abdurrahman Kwitang langsung mengibarkan Bendera Merah Putih yang diikuti oleh seantero warga Jakarta.
Jadi, Merah putih bukan sekedar kesepakatan para pendiri bangsa melainkan warisan dari nenek moyang bangsa Nusantara.
Kenali merah-putihmu, Cintai merah putihmu. Salam cinta merah-putih lambang martabat Bangsa Indonesia.
- Ketua PCNU Kuningan sebut JQH NU Bak Mutiara Umat - 19 February 2019
- Jam’iyyatul Qurro Wal- Huffazh ( JQH ) NU Kuningan Dilantik - 19 February 2019
- 14 Februari adalah Tanggal Kelahiran Hadratusy Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari - 14 February 2019
- Abuya Muhtadi & Sayyid Alwi - 9 February 2019
- UAS Sowan Maulana Habib Luthfi bin Yahya - 9 February 2019
- Silaturahim PC PERGUNU Kota Bandung dengan PCNU - 31 January 2019
- Pelantikan Ma’arif NU Kota Bandung - 21 January 2019
- Persiapan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 di Kota Banjar - 6 January 2019
- Persiapan MKNU PERGUNU Jabar - 1 January 2019
- Evaluasi PERGUNU Kota Bandung - 30 December 2018