The news is by your side.

Sholawat Asygil Bergema di Seluruh Jawa Barat

Sholawat Asygil Bergema di Seluruh Jawa Barat | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat

Lantunan sholawat Asygil bergema di seluruh Jawa Barat, menutup rangkaian Istighotsah Kubro dalam rangka peringatan hari Lahir NU ke-96. Harlah ini mengambil versi tahun hijriyah, 16 Rajab 1344 – 1440 H.

Istighotsah dilaksanakan di PWNU dan semua PCNU se-Jawa Barat. Di beberapa cabang, karena kendala jarak, istighotsah berlangsung di tingkat MWCNU, seperti di Singajaya Garut.

Istighotsah PCNU Garut berlangsung di Pesantren Fauzan, Sukaresmi, Garut.
Istighotsah PCNU Garut berlangsung di Pesantren Fauzan, Sukaresmi, Garut.

Sesuai instruksi PBNU, kegiatan berlangsung pada mulai jam 06.00 WIB. Di beberapa tempat, seperti Ciamis, acara baru berakhir setelah waktu zuhur, karena diisi dengan taushiyah kebangsaan yang antara lain disampaikan oleh KH. Aceng Abdul Mujib, Wakil Ketua PWNU Jabar.

Harlah NU versi hijriyah ini dijadikan momentum untuk memperkokoh kekuatan internal organisasi sehingga kehadiran NU tetap dirasakan manfaatnya oleh masyarakat umum.

“Serangan terhadap eksistensi NU saat ini sangat gencar, hal apapun yg keluar dari NU menjadi viral dan obrolan masyarakat,” ujar KH. Aceng Abdul Wahid, Ketua PCNU Garut. “Namun, kehadiran para ulama dan eksistensi pondok pesantren sebagai penyokong pergerakan NU, akan senantiasa membuat NU tetap eksis dan kokoh,” lanjutnya.

Istighotsah PCNU Kota Depok berlangsung di lantai 3 Kantor PCNU.
Istighotsah PCNU Kota Depok berlangsung di lantai 3 Kantor PCNU.

Pembacaan sholawat Asygil pada istighotsah serentak ini, terasa istimewa. Jika dibaca dengan memahami artinya, sholawat ini memang bisa dirasakan sebagai ungkapan keprihatinan yang luar biasa atas sebaran fitnah yang dilontarkan oleh orang-orang yang hasud terhadap NU, baik kepada lembaga maupun pribadi pengurus NU. Dalam keprihatinan itulah jamaah nahdliyyin berdoa, memohon pertolongan kepada Allah agar diselamatkan dari berbagai fitnah itu.

“Sholawat Asygil ini muncul setelah wafatnya Sayyidina Husein,” jelas KH. Dr. Mujiyo, Wakil Katib Syuriyah PWNU Jabar dalam istighotsah di Mesjid PWNU. “Di Indonesia, seingat saya, sholawat ini dibacakan di masjid-mesjid pada tahun 1971,” sambungnya.

Sumber : NU Jabar Online

Leave A Reply

Your email address will not be published.