The news is by your side.

Survei Alvara Ungkap Peta Pandangan Keagamaan di Kalangan Profesional

Survei Alvara Ungkap Peta Pandangan Keagamaan di Kalangan Profesional | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratJakarta – Alvara Research Center melakukan survei mengenai pandangan yang berkaitan dengan keagamaan di kalangan profesional. Apa hasilnya?

Bekerja sama dengan Mata Air Foundation, Alvara Research Center melakukan survei kepada 1.200 profesional di berbagai kota di Indonesia. Mereka menyasar ke kalangan yang tinggal di kota besar, kelas menengah dan penduduk millenial.

“Dengan tujuan untuk mengukur sikap dan pandangan keagamaan kalangan profesional Indonesia tersebut,” kata Direktur Alvara Hasanuddin Ali dalam pemaparan hasil survei di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Senin (23/10/2017).

Riset dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah responden sebanyak 1.200 orang yang tersebar di 6 kota besar Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar. Responden dalam riset ini adalah profesional Indonesia. Profesional yang dimaksud di sini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), profesional di kalangan swasta dan juga profesional yang bekerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Responden dari kalangan profesional dibatasi pada yang bekerja di 7 sektor, yaitu sektor pertahanan dan keamanan, keuangan, energi dan pangan, telco dan logistik, kesehatan, pendidikan, manufaktur dan infrastruktur. Responden dibatasi pada usia 25-40 tahun, dan merupakan kelas menengah atas, yaitu mereka pada kategori SEC C1, B, A2 dan A1 (pengeluaran rumah tangga minimal Rp 3.750.000,-). Komposisi responden antara lain 300 PNS, 500 pegawai BUMN dan 400 pegawai Swasta, dengan margin of error sebesar 2,8%.

Survei dilaksanakan pada tanggal 10 September – 5 Oktober 2017. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka (face to face interview). Responden pada riset ini dominan pria dibanding wanita dengan perbandingan 53% pria dan 47% wanita, dengan 69% responden wanita menggunakan hijab. Mayoritas responden berasal generasi millenial yang berusia 31 sampai 35 tahun (67,4%) dan telah menikah (83%) serta berlatar pendidikan Sarjana/S1 (82,4%). Dari sisi ekonomi, mayoritas responden adalah profesional kalangan menengah atas dengan pengeluaran Rp 5.250.001 – Rp 6.000.000 (36,9%) atau pada kategori SEC A2.

Hasil survei:

A. Persepsi Terhadap Isu Sosial Keagamaan

Temuan survei menunjukkan mayoritas profesional menilai salah secara moral terhadap pergaulan bebas (96,3%), LGBT (93,6%), dan prostitusi di lokalisasi (89,4%). Selanjutnya, anggapan salah secara moral juga cukup tinggi pada clubbing (86,3%) dan nikah beda agama (81,2%). Yang menarik, anggapan tidak salah secara moral cukup tinggi pada dua isu sosial yaitu poligami (40,2%) dan perceraian (41,5%).

Sentimen keagaamaan cukup tinggi di kalangan profesional Indonesia. Hal ini tercermin dari pilihan lebih memilih membantu Palestina dibanding membantu Indonesia Timur jika ada bencana yang bersamaan terjadi di Palestina dan Indonesia Timur pada ekskalasi dan waktu yang sama. Ada sebanyak 34,4% profesional menyatakan lebih memilih membantu Palestina, meskipun 56,1% profesional lebih memilih untuk membantu Indonesia Timur karena merasa sesama warga negara Indonesia. Jika dibedah lebih dalam berdasarkan kategori instansi, profesional yang memilih membantu Palestina tertinggi adalah PNS (40,5%), diikuti oleh Swasta (37,3%) dan BUMN (27,1%).

B. Persepsi Terhadap Relasi Agama dan Negara

Survei ini menghasilkan temuan yang menarik terutama terkait persepsi terhadap relasi agama dan negara. Relasi agama dan negara yang diukur dalam riset ini antara lain persepsi terhadap pemimpin nonmuslim, persepsi terhadap perda syariah, ideologi negara, negara Islam dan juga khilafah.

Pertama, secara umum cukup banyak profesional muda yang tidak mendukung pemimpin nonmuslim (29,7%), terutama PNS. Jika dibandingkan dengan kategori lainnya, PNS memiliki angka tidak mendukung tertinggi terhadap pemimpin nonmuslim yang dipilih secara demokratis. Profesional berikutnya yang tidak mendukung pimpinan nonmuslim adalah kategori swasta dan BUMN di angka yang sama yaitu 25,9 %, lebih rendah dibandingkan PNS (31,3%).

Kedua, dalam aspek penerapan perda syariah di berbagai daerah ada perbedaan pandangan yang cukup signifikan terhadap tingkat persetujuan antara profesional PNS dan swasta dengan profesional BUMN. Sebanyak 27,6% profesional mendukung perda syariah karena dianggap tepat untuk mengakomodir penganut agama mayoritas; PNS yang mendukung perda syariah ada sebanyak 35,3% dan swasta sebesar 36,6%. Profesional yang menyatakan tidak tepat karena membahayakan keutuhan NKRI ada sebesar 45,1%.

Ketiga, Pancasila sebagai ideologi negara. Mayoritas profesional 84,5% menyatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi yang tepat untuk Negara Indonesia, sedangkan 15,5% menyatakan ideologi Islam yang lebih tepat. PNS yang menyatakan ideologi Islam lebih tepat ada sebesar 19,4%, persentase ini tentunya cukup besar, lebih besar dibanding kategori swasta (9,1%) dan BUMN (18,1%).

Keempat, adalah relasi antara bentuk negara Islam dengan implementasi keislaman secara kaffah. 29.6% profesional setuju bahwa negara Islam perlu diperjuangkan untuk penerapan Islam secara kaffah. Namun jika dipersempit lagi dengan khilafah sebagai bentuk negara mereka yang setuju dengan khilafah ada sebanyak 16.0%, dan sebanyak 84.0% menyatakan bahwa bentuk negara yang ideal untuk Indonesia adalah NKRI.

Kelima, adalah jihad untuk tegaknya negara Islam/khilafah. Mayoritas profesional tidak setuju untuk berjihad menegakkan negara Islam/khilafah, namun yang setuju untuk berjihad jumlahnya juga cukup besar (19,6%). Persentase PNS yang siap berjihad untuk tegaknya negara Islam/khilafah cukup besar, lebih besar dibanding swasta dan BUMN. Persentase profesional kelas menengah (SEC A2, SEC B, SEC C) yang siap berjihad untuk tegaknya negara Islam/khilafah lebih besar dibanding kelas atas (A1). Survei ini juga mengulas mengenai persepsi responden terhadap ormas Islam. Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan Front Pembela Islam (FPI) merupakan tiga ormas Islam yang paling dikenal di kalangan profesional Indonesia. Semua profesional Indonesia yang menjadi responden survei ini mengenal ketiga ormas tersebut. Ormas Islam yang populer berikutnya adalah LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dengan popularitas sebesar 63,4% dan 49,1%.

Profesional Indonesia paling dekat dengan ormas NU; 40,6% profesional Indonesia mengaku berafiliasi terhadap NU dan 20,7% dari total responden mengaku menjadi anggota NU. Ormas Muhammadiyah berada di urutan kedua dengan jumlah responden yang berafiliasi sebesar 13,3% dan 7,8% responden mengaku sebagai anggotanya.
(fjp/fjp)

Sumber : Detik.com

Leave A Reply

Your email address will not be published.