The news is by your side.

Tablig Akbar Abah Luthfi: “Terima Kasihlah kepada Orang Tua, dan para Pejuang Tegaknya Merah Putih”

Tablig Akbar Abah Luthfi: "Terima Kasihlah kepada Orang Tua, dan para Pejuang Tegaknya Merah Putih" | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratBandung [03/08/17]. Penguatan pemahaman tentang perlunya menjaga keutuhan NKRI, terus diupayakan di wilayah Kabupaten Bandung. Setelah sebelumnya sukses menggelar Tablig Akbar bersama Habib Luthfi bin Yahya di Cicalengka, acara serupa berlanjut digelar di Banjaran.

LTN NU Jabar bersama Nahdlatus Subban Banjaran dan Majelis Santri Nusantara Cicalengka, mengusung tema Islam Berkebangsaan Menangkal Radikalisme dan Terorisme, menggelar acara Tablig Akbar dengan menghadirkan kembali Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya disertai KH. Syarif Rahmat. Acara tersebut dilaksanakan Kamis malam Jumat (03/08/17)  di PP. Mubarokul Huda dan Komplek Pendidikan Al-Mustofa yang nota bene masih satu keluarga.

Dihadiri Bupati Bandung, Dadang Naser, Camat Banjaran, Kapolsek Banjaran, Kapolres Bandung, Danramil 0910/Banjaran, serta para ulama di Kabupaten Bandung, acara dibuka dengan sambutan dari sesepuh PP. Mubarokul Huda, KH. Lili Ahmad Hariri, sekaligus Ketua Tanfidziyah MWC NU Banjaran, dilanjut dengan pembacaan istighatsah yang dipimpin oleh kasepuhan KH. Miftah Ahmad Hidayat.

KH. Syarif Rahmat, mengawali taushiyah sekitar pukul 19.00 WIB, di hadapan lautan jemaah tablig yang memenuhi lapangan PP. Al-Mustofa, beliau menekankan tentang pentingnya menghargai kearifan lokal, sebab diakui tidak diakui, keberhasilan penyebaran agama Islam di bumi Nusantara ini, tiada lain berkat kemampuan adaptif Islam terhadap kearifan lokal yang dijadikan media dakwah.

Kedatangan Abah Luthfi

Habib Luthfi, Rais Aam Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), yang akrab disapa Abah, begitu sampai di Banjaran pukul 20.15 WIB, diterima di rumah kediaman Ketua Panitia, Kang H. Heri, salah satu putra pendiri PP. Mubarokul Huda. Rombongan Abah beserta keluarga diistirahatkan di dua tempat. Antusias keluarga pesantren beserta ulama sepuh di lingkungan pesantren begitu besar untuk bisa bertatap muka dengan Abah. Sehingga waktu transit yang sedianya diluangkan untuk istirahat Abah, tak bisa dihindari dari “serbuan” jemaah yang hendak “ngalap barokah” cium tangan beliau.

Sekitar pukul 21.30 WIB, rombongan keluarga Abah keluar dari komplek PP. Mubarokul Huda disertai Bapak Bupati Bandung, dengan dikawal pasukan Banser NU. Sampai di lokasi acara, komplek Al-Mustofa, disambut dengan lantunan shalawat thola`al badru group marawis Al-Misbah, selanjutnya rombongan Abah diistirahatkan di stop over ke dua, hingga selesai tawshiyah dari KH. Syarif Rahmat.

Tawshiyah Abah Luthfi

Tiba giliran tawshiyah dari Abah, beliau naik panggung dengan kawalan Banser. Seperti lazimnya semua acara Abah, sebelum dimulai, sudah menjadi sebuah kewajiban untuk terlebih dahulu menyanyikan lagu Indonesia Raya secara khidmat, dilanjut dengan Yaa Lal Wathan, lagu patriotis karya KH. Abdul Wahab Chasbullah, dengan diiringi tabuhan drum band santri Mubarokul Huda, pimpinan Ajengan M. Kholil, salah satu keturunan pendiri PP. Mubarokul Huda.Tablig Akbar Abah Luthfi: "Terima Kasihlah kepada Orang Tua, dan para Pejuang Tegaknya Merah Putih" | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat

Momen yang paling ditunggu adalah petatah-petitih yang disampaikan Abah, setelah sebelumnya dibuka dengan sambutan dari bapak Bupati Bandung. Jemaah yang memadati lapangan, kurang lebih kisaran 6 sampai 7 ribu orang, begitu hening saat Abah hendak memulai tawshiyahnya. Pesan utama yang beliau sampaikan adalah keharusan bersyukur, menghormati dan menghargai jasa orang tua yang telah bersusah payah mengantarkan kita semua, anak-anaknya, menjadi orang-orang yang berhasil sesuai kapasitasnya masing-masing, juga kepada para pejuang yang telah berhasil mengantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari belenggu penjajah.

Tablig Akbar Abah Luthfi: "Terima Kasihlah kepada Orang Tua, dan para Pejuang Tegaknya Merah Putih" | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat“Generasi muda sekarang ini, harus mengetahui sejarah yang terjadi antara tahun 1945-1948, supaya tidak ‘pareumeun obor’. Yaitu bagaimana peran para ulama dalam menyelamatkan NKRI yang susah payah didirikan melalui sebuah revolusi, dari upaya pengkhianatan, menikam dari belakang yang dilakukan oleh si ‘merah’,” demikian tutur Abah. “Hormat kepada bendera Merah Putih, maka berarti menghargai harga diri bangsa”, meski tidak ada dalilnya, tandas Beliau.

Diakhir tawshiyah, Abah memimpin lantunan syair shalawat Padang Bulan Merah Putih, yang diiringi tabuhan drumband. Shalawat karya KH Ali Maksum Krapyak, yang kemudian digubah oleh Abah menjadi Padang Bulan Merah Putih, memberikan pesan kepada jemaah untuk senantiasa mencintai dan menjaga tegaknya bendera merah putih, yaitu bendera negara Indonesia.

Link Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=3IkIvcO7ak4&feature=youtu.be

Leave A Reply

Your email address will not be published.