Forum Sufi Dunia sebagai Jalur Diplomasi Kedua

Pekalongan, NU Online
Kemunculan
kelompok radikal dan ekstrem menimbulkan gejolak konflik dan pertikaian
yang tak berkesudahan. Indonesia punya kesempatan besar untuk berperan
menyelesaikan persoalan tersebut.
Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya melalui Forum Sufi Dunia dapat
berperan melakukan langkah taktis menyelesaikan persoalan tersebut
melalui jalur diplomasi kedua.
“Kita bisa mainkan di second track diplomacy (jalur diplomasi kedua),” kata Ahmad Baso, intelektual muda NU, saat ditemui NU Online di Hotel Santika, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (9/4).

Foto: Ahmad Baso
Jalur ini, kata Baso, dapat memperlancar jalur formal yang diperankan oleh pemerintah melalui Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Terlebih Indonesia merupakan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. “Kita yang tampil di depan menjadi pionir,” ujar penulis buku Pesantren Studies itu.
Baso menjelaskan bahwa peran demikian dilakukan dengan people to people. Artinya, orang-orang yang terlibat pertikaian itu dipertemukan dalam satu forum. “Lewat formal buntu. Kita pakai jalur ulama,” katanya.
Jadi, jika ada tawaran menyelesaikan konflik, persoalan radikalisme, dan semacamnya, menurutnya, bisa dilakukan melalui forum-forum ulama seperti Forum Sufi Dunia ini.
Baso melihat Indonesia punya peran strategis di dua jalur diplomasi tersebut, baik formal melalui Dewan Keamanan PBB, maupun non-formal dengan Forum Sufi Dunia yang baru dibentuk itu.
“Indonesia strategis di forum formal di PBB, strategis juga dengan memaksimalkan peran dari ulama-ulama NU, termasuk Abah Habib Luthfi ini untuk meningkatkan jalur diplomasi kedua,” katanya.
Jadi, Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama harus menjadi pemimpin yang menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. “Kita yang tampil di depan menjadi pionir,” pungkas alumni Pondok Pesantren An-Nahdlah, Makassar, Sulawesi Selatan itu. (Syakir NF/Muhammad Faizin)
Sumber : NU Online