The news is by your side.

Jejak Pesantren Tatar Sunda Pra Kemerdekaan : Kabupaten Kuningan dan Majalengka

Di Cilimus, Kuningan terdapat Pesantren Ciwedus yang didirikan oleh K. H. Kalamudin, ulama asal Banten, pada awal abad ke-18.52  Sepeninggal K. H. Kalamudin Pesantren Ciwedus dilanjutkan oleh menantunya yang bernama K. H. Syueb. Setelah  K. H. Syueb meninggal, digantikan oleh oleh K. H. Adroi.

Selanjutnya, setelah K. H. Adro’i wafat, Pesantren Ciwedus dipimpin oleh K. H. Shobari. Menurut Obing Asy’ari pada masa kepemimpinan K. H. Shobari Pesantren Ciwedus banyak didatangi oleh para santri dari dalam dan luar Ciwedus yang bermaksud belajar di pesantren tersebut. Pada masa kepemimpinan K. H. Shobari pula pesantren ini banyak mengalami kemajuan, bahkan dapat dikatakan pada masa K. H. Shobari inilah pesantren Ciwedus pernah mengalami masa-masa keemasannnya hingga tahun 1916 ketika K. H. Shobari meninggal dunia.

Jejak Pesantren Tatar Sunda Pra Kemerdekaan : Kabupaten Kuningan dan Majalengka | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat
Pesantren Ciwedus Kuningan

Sejak  berdiri,  Pesantren  Ciwedus  telah  melahirkan  ulama-ulama  atau para kiyai yang kemudian banyak mendirikan pesantren baru di beberapa daerah di Pulau Jawa, seperti di antaranya K. H. Habib Abdurohman di Semarang, Habib Jagasatru di Cirebon, K. H. Sanusi di Babakan Ciwaringin Cirebon, K. H. Syatibi dan  K.  H.  Hidayat  di  Cikijing-Majalengka, K.  H.  Zaenal  Mustofa di  daerah Kandang Sapi-Cianjur, K. H. Abdul Halim (pendiri PUI) di Majalengka, K. H. Mutawali dan K. H. Mahfudz di Cilimus Kuningan, K. H. Sudjai di Gudang- Tasikmalaya, K. H. Hambali di Ciamis, K. H. Syamsuri Baedowi di Tebuireng- Jawa Timur, K. H. Ilyas di daerah Cibeunteur (Banjar) dan lain-lain.

Pesantren   tua   yang   juga   terkenal   di   Kuningan   adalah   Pesantren Lengkong. Pesantren ini didirikan oleh Syekh Haji Muhammad Dako, utusan dari Cirebon, pada sekitar akhir abad ke-18. Pesantren Lengkong terdapat di daerah Lengkong,   Kecamatan   Garawangi   Kab.   Kuningan.   Setelah   Syekh   Haji Muhammad Dako meninggal pesantren diteruskan oleh Kiyai Abdul Karim, Kiyai Fakih Tolab, Kiyai Lukmanul Hakim atau yang dikenal sebagai Kiyai Hasan Maolani. Bila ditelusuri, dari keturunan dan murid-murid K.Hasan Maolani inilah banyak menurunkan para penghulu di Kuningan.

Sementara itu, salah satu pesantren tua di Majalengka yang sekarang masih terus berkembang adalah Pesantren Santi Asromo yang didirikan oleh K. H. Abdul Halim pada bulan April tahun 1932. Kendati demikian jauh sebelum mendirikan Pesantren Santi Asromo, K. H. Abdul Halim sudah mendirikan lembaga pendidikan yang dapat dipandang sebagai cikal bakal kelahiran dari Pesantren Santi Asromo. Lembaga pendidikan tersebut bernama Majlisul Ilmi yang didirikan pada tahun 1911 sebagai lembaga yang menjadi tempat kegiatan pendidikan agama, yaitu berupa mushala/surau yang terbuat dari bambu. Selanjutnya pada tahun 1912 ia juga mendirikan organisasi yang bernama Hayatul Qulub yang dengan melalui  organisasi ini,  selain ia  banyak mengembangkan gagasan  pembaruan  pendidikan,  ia  juga  banyak  melibatkan  bergerak  dalam bidang sosial kemasyarakatan. Ia juga pada tahun 1916 mendirikan organisasi yang bernama Jamiyah Ianah Muta’allimin sebagai usaha untuk terus mengembangkan pendidikan.

Seperti   diketahui   pendirian   Pesantren   Santi   Asromo   itu   sendiri dilatarbelakangi dari gagasan yang disampaikan melalui risalahnya yang berjudul Afatul Ijtimaiyah wa Ilajuha dalam Kongres Persyarikatan Oelama IX pada tahun 1931. Dalam risalahnya itu ia mencetuskan gagasannya bahwa anak didik di masa depan harus dapat hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Atas dasar pertimbangan itu, setiap anak didik harus diberi bekal keterampilan yang cukup, sesuai dengan kecenderungan dan bakat masing- masing.

Untuk meralisasikan gagasan tersebut pada kongres tersebut telah disepakati sekaligus memberikan dukungan dan kepercayaan sepenuhnya kepada K. H. Abdul Halim untuk mengelola sebuah program pendidikan yang tempatnya dibangun secara terpisah dan khusus. Program pendidikan itu kemudian terkenal dengan nama Santi Asromo.

Sumber : Disarikan dar hasil Penelitian yang berjudul “SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM
DI JAWA BARAT” Pimpinan Tim Peneliti Prof. Dr. Hj. Nina H. Lubis, M. S.

Leave A Reply

Your email address will not be published.