Kajian Kitab Mafahim Tajibu Antushohah: Mencaci Sesama Muslim Hukumnya Fasik, dan Memeranginya Adalah Kafir
Achmad Bissri Fanani – Kitab Mafahim Tajibu Antushohah merupakan karya Sayyid Al-Maliki yang hadir menjawab kegelisahan aliran Aswaja atas munculnya gerakan Salafi-Wahhabi di Jazirah Arab, tepatnya di Kota Makkah Al-Mukarramah. Dalam kitab tersebut, beliau mengritisi tindakan Salafi Wahabi yang suka mencaci dan mengkafirkan muslim lain yang beda paham dengan mereka. Sayyid Maliki mengawali penolakannya dengan statement:
اعلم أن كراهة المسلمين و مقاطعتهم و مدابرتهم محرمة و كان سباب المسلم فسوقا وقتاله كفرا إذا استحل
“Ketahuilah bahwa membenci, memboikot dan berseberangan dengan kaum muslimin adalah haram, memaki orang Islam adalah tindakan fasiq dan memeranginya adalah tindakan kufur jika menilai tindakan tersebut adalah halal.”
Dengan statement tersebut, Sayyid Al-Maliki secara terang-terangan tidak membenarkan tindakan mereka. Ya, Jelas tidak dibenarkan lantaran sesama muslim adalah saudara, hendaknya saling menghargai dan menghormati. Nabi Muhammad pernah bersabda:
عن عبد الله ابن عمر قال: قال رسول الله عليه وسلم: الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Dari Abdullah bin ‘Amr berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Orang muslim itu adalah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.”
Setelah memaparkan statementnya, Sayyid Al-Maliki memaparkan dalil dari apa yang beliau ucapkan. Dalil tersebut merupakan kisah dari pasukan Khalid bin walid yang bertemu dengan Bani Jadzimah.
Ketika rombongan Khalid bertemu mereka, mereka menyambutnya dengan membawa senjata. Lalu Khalid bertanya, “Siapakah kalian? Apakah kaum muslimin atau kaum kafir?”. “Kami adalah kaum muslimin yang menjalankan sholat, membenarkan Muhammad, membangun masjid di tanah lapang kami dan mengumandangkan adzan di dalamnya.” Jawab mereka.
Mereka tidak bisa mengucapkan Aslamna, sehingga mereka mengatakan Shoba’na. Setelah itu, Khalid bertanya mengapa sampai membawa senjata segala? Mereka menjawab “Kami ada permusuhan dengan orang Arab” Mengetahui Khalid dan rombongannya adalah orang Arab maka mereka bersiaga takut diserang.
Khalid pun mengatakan kepada mereka agar menaruh senjata. Mereka menuruti. Namun ternyata setelah menurunkan senjata mereka malah ditawan oleh Khalid dan rombonganya.
Ketika tiba waktu pagi, juru bicara Khalid berteriak : “Siapapun yang memiliki tawanan bunuhlah ia!”. Pasukan khalid yang mendengar membunuh tawanan mereka. Namun sebagian menolak perintah itu. Mereka malah melepaskan para tawanan.
Ketika tindakan Khalid ini sampai kepada Nabi saw. beliau bersabda “ Ya Allah, saya tidak bertanggung jawab atas tindakan Khalid.” Beliau mengulang ucapan ini dua kali. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Khalid mengira perkataan Shoba’naa Shoba’naa keangkuhan dan enggan tunduk kepada Islam.
Rasulullah menyayangkan ketergesa-gesaan dan ketidak hati-hatian Khalid dan rombongan dalam menangani kasus tersebut, sebelum mengatahui terlebih dulu apa yang dimaksud dengan Shoba’na Shoba’na.
Berhubung apa yang dilakukan Khalid dan pasukan adalah ketidak sengajaan maka hal tersebut tidak menyebabkan kafir dan dosa. Bahkan Nabi pernah bersabda “ Sebaik-baik hamba Allah adalah saudara kabilah Qurays ; Khalid ibn Walid, salah satu pedang Allah yang terhunus untuk menghancurkan orang-orang kafir dan munafik”.
Baru kalau hal tersebut dilakuakn dengan kesengajaan. Dan meyakini sebagai perkara yang boleh. Maka akan menyebabkan dosa dan menjadikan kafir. Intinya memusuhi muslim lain apalagi sampai membunuh tidak diperbolehkan.
Wallahu’alam