Kajilah Ayat Multikultural Agar Dakwah Ramah Dapat Direalisasikan
Nasihat Penting Prof. Dr. Aqil Husein Al Munawwar Dalam Halaqoh Kyai Muda NU Jawa Barat.
Garut, 19 April 2018, Kyai muda NU Jawa Barat berdatangan untuk mengikuti acara Sarasehan atau Halaqoh Kyai Muda NU se Jawa Barat, kegiatan tersebut dilaksanakan di Pesantren Fauzan, Sukaresmi, Kab. Garut, Jawa barat.
Kegiatan yang dirangkai dengan acara Haul Almarhum Syeikhan Masyayikh Muhammad Umar Bashri bin Syeikh Muhammad Adzro’i ke – 85 dan Harlah pondok pesantren Fauzan ke – 168 dengan mengangkat tema, ” Dari Pesantren Untuk Dunia”. Para pembicara yang hadir merupakan tokoh Ulama Nasional dan Mendunia, diantaranya Prof. Dr. Aqil Husein Al Munawwar, M.A, Dr. KH. Muqsith Ghazaly, M.A, KH. Irwan Masduqi, Lc dan Kyai Savic Ali.
Prof. Dr. Aqil Husein Al munawwar menyampaikan materi ilmiahnya terkait keharusan para pendakwah Nahdliyin menguasai pelbagai macam disiplin ilmu pengetahuan yang mengantarkan kita semakin mudah dalam melakukan kajian-kajian Ahkam Al Quran dan Hadis. Beliau menyatakan Akhir-akhir ini NU memiliki jargon, “ Bahwa kita harus berdakwah rahmatan lil alamin, dalam bahasa-bahasa yang lain istilahnya berdakwah islam secara kaffah.” Ucapnya. Untuk memahami Jargon itu kita sepatutnya mengkaji ayat ayat multikultural, ayat yang ada hubungannya dengan keberagaman, kita harus kaji dengan teliti supaya kita dapat menjadi rahmat bagi diri kita dan semua makhluk. Teori multikultural ini ada dimana-mana, saya dulu kembangkan pada pendidikan, dalam penyelesaian kerusuhan, terakhir kita adakan juga seminar internasional di Pasuruan, Universitas Kyai Sholeh. Apa itu ayat multikultural, saya disuruh membahasnya dan memaparkannya secara Ilmiah dan sistematis.
Nabi belum “rahmatan lil alamin ?”
Pada saat ini cukup marak dakwah marah, mudah mendiskreditkan sesama muslim, mudah menyesatkan dan mengkafirkan. Jangankan saudara sesama muslim, Rasul nya sendiri masih disudutkan dan difitnah, contoh Terkait maraknya dakwah yang mendiskriditkan Rasul saw. Prof Aqil Husein menyatakan ada orang-orang yang mendiskriditkan Rasul bukanlah Rahmat!!, untuk menjawab hal itu ada pertanyaan pertama yang harus dijawab adalah kenapa Allah swt sendiri berfirman, “Wama arsalnaaka illa rahmatan lil alamin”, kenapa tidak rahmatan lil muminin ? Jadi kalau ada yang mengatakan, ” Nabi belum rahmatan lil alamin” itu saya kira penafsiran yang keliru!. Kenapa keliru!, mari kita kaji dengan seksama penafsiran para pakar tafsir, diantaranya seperti yang ditulis oleh Syeikh Ali Shobuni di dalam tafsirnya “ Shofwatuutafasir”, beliau memulai pembahasannya dengan melontarkan sebuah pertanyaan terkait kenapa tidak rahmatan lil muminin…….
لم يقل الله تعالى : رحمة للمؤمنين وإنما قال «رحمة للعالمين» فإن الله سبحانه وتعالى رحم الخلق بإرسال سيد المرسلين لأنه جاءهم بالسعادة الكبرى ، والنجاة من الشقاوة العظمى ، ونالوا على يديه الخيرات الكثيرة في الآخرة والأولى ، وعلمهم بعد الجهالة ، وهداهم بعد الضلالة، فكان رحمة للعالمين. حتى الكفار رحموا به حوث اخر عقوبتهم يستأصلهم بالعذاب كامسخ و الخسف و الغرق
( Disebutkan oleh Prof Aqil Husein secara Fasih dan Hafal betul )
Beliau katakan bahwa yang telah disebutkan tadi merupakan hapalan beliau sejak tahun 1970, dimana saat itu tafsir tersebut baru keluar. Beliau mempunyai sebuah pengalaman ada seorang peniliti Indonesia yang menulis nama Syeikh AlShobuni dengan Allahu Yarhamuhu. “Jangan katakan Allahu yarhamuhu”, Ucapnya. Sebab orangnya masih hidup, beberapa waktu lalu ada disertasi yang menuliskan tahun wafatnya! Saya katakan kamu tau kabar wafatnya dari mana? Beliau itu teman saya, beliau masih ada, dulu pada saat saya menulis tahqiq beliau suka ada duduk di samping saya. Usianya sudah 96 tahun. Kondisinya kini kadang sadar kadang tidak, jika sadar dia membaca Al Quran. Beliau dulu memiliki majlis di Hijr Ismail, disitu ada majlis antara magrib dan isya beliau duduk disitu mengajar dan Mengaji.
Kembali ke pembahasan, Jadi Rasul sudah menjalankan tugasnya rahmatan lil alamin, jangankan orang yang beriman saja yang mendapat rahmatnya, bahkan orang kafir pun mendapatkan rahmat itu, jadi ditundakan oleh Allah swt azab dan siksa bagi mereka yang harus disampaikan kepada mereka jika membangkang, maka ayat 40 surat al ankabut,
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Ayat itu seakan tidak berlaku karena ada Rasul saw. Nah bagaimana Rasul itu tidak rahmatan lil alamin, keliru itu! Jadi harus diluruskan bahwa Rasul itu merupakan rahmatan lil alamin. Jadi di dalam berdakwah itu kita harus mengikuti yang namanya Syamailul Rasul, kepribadian Rasul. Terkait buku tersebut banyak jumlahnya dan kita harus baca, ada syamail muhhamadiyah, syamail rasul albaghawi, ibnu katsir, al qairawani, banyak, baca semua itu. Wahbah Zuhairi juga memiliki kitab syamailul musthofa dalam bentuk tanya jawab kitabnya sangat bagus.
Semua kitab itu harus dibaca agar kita mengetahui hakikat Rasul. Jangan seperti orang zaman sekarang, membaca sejarah Rasul saw hanya demi mencari kekurangannya, padahal kekurangannya tersebut justru kesempurnaan beliau. Ini orang-orang yang kurang ngerti! Gak ngerti ngomong, apalagi yang mendengar.
Saya kadang sedih, yang ngomong gak ngerti, yang mendengar gak ngerti, terus gimana ini, umat akan dibawa kemana?! Kita harus hati-hati, kita harus menjadi filter!
Jangan mudah mendengarkan ceramah-ceramah habis subuh sebelum subuh.
Kadang-kadang ada racun-racun yang luar biasa, sebagaimana yang ditampilkan dalam program di sebuah televisi swasta Itu harus diwaspadai, saya pernah menyaksikan sendiri ketika dibahas tentang sosok Imam Ghazaly, bahwa Imam Ghazaly itu orang hebat, ceritanya dipaparkan selama setengah jam, saya menunggu hasil kesimpulannya, apa yah! Begitu kesimpulan, Imam Ghazaly pemikir besar tapi kekurangannya beliau tidak mengerti Al Quran dan Sunnah. Benci boleh tapi jangan keterlaluan, nantipun akan tahu hakikatnya ketika bertemu di akhirat. Imam ghazaly itu ilmunya sangat luar biasa, kita tidak ada apa-apanya bila dibandingkan oleh beliau.
Maka nasihat saya kepada murid dan mahasiswa saya, kalian belajar itu untuk pintar tapi pintarnya bukan untuk menjudge seseorang, ilmu itu harus diamalkan. Kalau kepintarannya digunakan untuk menjudge, menyalahkan orang lain pada suatu saat ilmu itu akan melaknat diri sendiri.