Kesayangan Tuhan
Jadilah manusia kesayangan Tuhan !
Jadilah manusia yang di manja Tuhan.
Jadilah manusia yang di berkahi dan di selamatkan Tuhan.
Untuk jadi manusia seperti ini, itu tidaklah mudah.
Gelar sehebat apapun dalam bidang ilmu keagamaan, tak jadi jaminan bisa menjadi manusia dengan Maqom seperti itu.
Lantas bagaimana kita mendapat anugerah untuk bisa seperti yang di atas itu ?
Maka jadilah pejuang agama Allah yang benar.
Jadilah penyeru dalam semua kebaikan, dan kita bahkan, tidak bisa menyembunyikan hati, dan maksud tertentu, karena Allah tahu hal tersembunyi yang kita mau’i.
Berhadapan dengan Allah yang maha halus, gaib, tersembunyi, dan maha tahu, jangan sampai membawa topeng kemunafikan.
Topeng semanis apapun kita menutupi diri kita, walau itu dengan jubah keagamaan, Allah tetap maha kuasa, mampu mengetahui maksud hati kita yang sebenarnya.
Jadilah orang yang benar.
Jadilah orang yang Allah selamatkan.
Kedudukan antara orang yang benar, dan berpura-pura benar, Bagai kedudukan hembusan nafas dan tarikan nafas.
Semua serasa menghidupkan !
Semua serasa menguatkan.
Tapi coba rasakan isi hatinya ?
Mereka yang tulus, ikhlas, apa adanya, jujur, dan jadi pejuang Allah dalam menegakan agama, ia di bekali keberkahan Allah.
Maka tak heran, dari lisannya, Allah kuatkan hujjah yang mengesankan, dan langsung bisa menancap ke hati pendengarnya.
Hingga yang mendengar, seperti sedang di Sentil Allah, seperti di ingatkan, dan ia bersyukur, lalu ia mengikuti kebenaran itu.
Berbeda dengan yang memiliki kemunafikan, walau ia berilmu tinggi, bicaranya mengesankan, memukau, namun apa yang jadi hujjahnya, tak sampai masuk ke hati, tak ada bekas dari yang mendengarkannya, kata-katanya kosong dan gersang, tak jadi ilmu, dan tak jadi keberkahan bagi yang mendengarnya.
Jadilah pejuang agama Allah
Maka untuk itu, kita dituntut benar, di minta memiliki keikhlasan.
Keikhlasan merupakan anak tangga yang harus terus di tuntut tingkatannya hingga kita terus bisa naik makin ke atas.
Jadilah pejuang agama Allah
Maka tak ada dusta antara hati dan kata lisan kita.
Hati dan lisan kita satu ikatan, satu kekuatan yang bisa menunjukan karakter kita yang sebenarnya.
Kita terus belajar meniti anak-anak tangga kebaikan.
Kadang mudah menaikinya, kadang kita melorot turun.
Tapi teruslah berprasangka baik pada Allah.
Tak ada yang sia-sia dalam setiap upaya-upaya kebaikan kita.
Kecil-kecil lama lama menjadi bukit, merupakan satu kiasan bahwa itu bisa kita perbuat. Jangan ingin langsung besar, ketika langkah awal dalam meniti kebaikan tidak kita lakukan, itu percuma dan sia- sia. Lakukanlah semua kebaikan sesuai kadar kita di mampukan oleh Allah.
Kebaikan yang kecil merupakan keberkahan, Allah mencintai proses !
Dan ketika kita semakin di mampukan oleh Allah, maka dengan sendirinya kwalitas pun mengikuti.
Setelah kita terus dan terbiasa melakukan kebaikan, maka Allah akan muncul seperti terbitnya matahari dalam jiwa kita.
Maka pantas, bahwa Allah lebih dekat dari pada urat leher kita, itu tentunya untuk yang mampu merasakan bahwa Allah telah bersama kita.
Jadi jangan heran kita bisa di sayang dan di manja Allah, itu karena sebab kita di sayangi Allah, dan ketika Allah sudah menampakan hal ini, maka ada keberkahan dan keselamatan yang menaungi kita, Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn