Kopri PMII Indramayu Adakan Kegiatan Sekolah Islam dan Gender
Mas Bram, Indramayu – Pengurus Komisariat Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (KOPRI) beserta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Nahdlatul Ulama (STKIP NU) Indramayu mengadakan kegiatan Sekolah Islam dan Gender (SIG) dengan tema Independent to Eradicate Patriarchy.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 27 hingga 29 November 2020, bertempat di Aula DR KH Idham Khalid Yayasan Darul Ma’arif Kaplongan, Kabupaten Indramayu.
Peserta kegiatan merupakan utusan dari setiap komisariat di bawah naungan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PC PMII) Indramayu.
Ketua panitia kegiatan, Uswatun Khasanah mengatakan, dengan diadakannya kegiatan SIG oleh Komisariat Kampus Hijau merupakan suatu hal yang sangat sepesial, karena menurutnya, SIG kali ini merupakan yang pertama kalinya diadakan oleh Pengurus Komisariat Kopri Kampus Hijau Indramayu.
“Perlu dipahami juga, SIG merupakan proses kaderisasi di tubuh perempuan PMII. Meskipun jenjang kaderisasi perempuan, kami membuka kesempatan untuk kader laki-laki mengikuti kegiatan karena dipandang sangat penting menjaga stabilitas keadilan gender agar lebih seimbang,” kata Uswatun Khasanah, di tempat Kegiatan SIG, Sabtu (28/11/2020).
Pihaknya berharap, semoga dengan kegiatan SIG tersebut, peranan Korps PMII Puteri STKIP NU Indramayu mampu menjawab isu-isu strategis dan tantangan nasional maupun global yang berkaitan dengan isu-isu gender, serta dapat menumbuhkan pemahaman kepada seluruh anggota dan kader PMII STKIP NU Indramayu mengenai paham Gender.
“Selamat mengikuti prosesnya dari awal hingga akhir, semoga bisa berjalan lancar dari awal hingga akhir dan bisa terus mengadakan SIG selanjutnya, karena tetap pada slogan kita dan semangat kita sekali tangan terkepal disitulah kita melawan,” ujarnya.
Ketua Kopri PMII STKIP NU Indramayu, Qoriah menyampaikan, perempuan maupun laki-laki diminta mengubah cara pikir, bahwa, kekuasaan laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.
“Sekarang sudah saatnya kita mengubah mindset kita. Kaum laki-laki juga sudah saatnya mengubah mindset mereka. Budaya patriarki itu harus kita buang sedikit demi sedikit, karena saat ini zaman terus berubah,” jelas Qoriah.
Lebih lanjut Ia menuturkan, teknologi dan sains pun terus berkembang dan bergerak ke arah kemajuan. Oleh karenanya, di era global ini, perempuan dituntut untuk juga bekiprah dan maju. Menurutnya, suatu negara baru bisa disebut maju jika para perempuannya berpikir maju. Sebaliknya, suatu negara tidak akan bisa menjadi negara maju jika perempuan tak mau berkembang.
“Jadi, perempuan menjadi indikator utama dalam memajukan suatu bangsa,” tutur Dia.
Qoriah menjelaskan, baik perempuan maupun laki-laki harus berjalan beriringan. Tempat perempuan bukan di belakang laki-laki, melainkan keduanya sejajar. Istilah yang mengatakan bahwa perempuan hebat ada di balik seorang laki-laki tidaklah benar.
“Sebab, perempuan seharusnya berdiri sejajar di samping laki-laki, bukan di belakang. Bukan seorang laki-laki yang hebat di belakangnya ada perempuan hebat, perempuan tidak setuju kalau di belakang posisinya, harus di samping,” tandas Qoriah.
Ia juga menerangkan, Kopri merupakan badan semi otonom PMII yang merupakan organisasi kader, secara otomatis mempunyai tanggung jawab dalam mencetak kader-kader yang berkualitas. Kualitas itu berupa intelektualitas, kemampuan, dan kreatifitas yang harus dimiliki kader-kader perempuan PMII.
“Sesuai yang dicita-citakan organisasi, serta dapat memberikan penyadaran bahwa pemahaman Islam dan Gender sangat dibutuhkan oleh anggota PMII Puteri, agar peka dan sensitif Gender terhadap permasalahan perempuan,” terang Dia.
Ketua Majlis Pembinaan Komisariat (Mabinkom) PMII STKIP NU Indramayu, Sulkhi Abdullah juga mengatakan. “Menumbuh kembangkan kader perempuan untuk berperan aktif di organisasi yang lebih luas, dan SIG adalah bagian dari proses Candra dimuka bagi ruang kader perempuan yang punya peran besar pembangunan negeri,” kata Dia.
Lukmana Ketua PC PMII Indramayu, Raka Indra turut menjelaskan, Kegiatan SIG yang dilaksanakan adalah bentuk kegiatan kaderisasi di wilayah Kopri, walaupun memang lebih diwajibkan untuk kader perempuan tetapi laki-laki juga dianjurkan mengikuti SIG.
Lanjutnya, SIG di indramayu sudah mulai diadakan pada tahun 2018 di kopri komisariat unwir, kedua di kopri komisariat STKIP AL-AMIN, dan Kegiatan SIG ini adalah yang ketiga di komisariat yang berbeda pula, yaitu, Kopri Komisariat STKIP NU Indramayu.
“Beberapa tahun dari mulai 2018 PMII Indramayu sudah mulai maju dan melek dalam hal kaderisasi, makanya dari Cabang selalu mendorong di setiap komisariat untuk melakukan Kaderisasi baik itu PKD atau SIG secara mandiri,” jelasnya.
Ketua KOPRI PC PMII Indramayu, Ristiani juga menyampaikan, menurut pendapatnya, terselenggaranya SIG sangat mengapresiasi. Pasalnya, Ini kali pertama KOPRI PK PMII STKIP NU Indramayu menyelanggarakan kaderisasi formal.
“Karena ini adalah bentuk dari kesadaran dan kewarasan sahabat-sahabat KOPRI untuk merawat kaderisasi,” terangnya.
Lanjut Dia, SIG merupakan kaderisasi formal yang harus di ikuti oleh kader PMII dan Kopri untuk menjadi kader MUTAKID, yakni, anggota yang memiliki loyalitas atau kesetiaan terhadap organisasi dan peka terhadap Islam ramah perempuan, isu-isu gender dan sensitifitas gender di lingkungan sekitar, khusus nya lingkungan PMII.
“tujuan dari Sekolah Islam dan Gender merupakan salah satu kaderisasi formal yang harus ditempuh oleh kader-kader PMII khususnya bagi KOPRI itu sendiri, yang mana itu merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga adil gender akan mulai tertanam sejak dalam fikiran, sehingga kedepannya tidak akan lagi adanya ketimpangan-ketimpangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan,” jelas Ristiani.
Ia menambahkan, melihat dari konstruksi sosial bias Gender itu sering terjadi pada perempuan, maka dari itu, banyak yang mengartikan Gender hanyalah milik perempuan padahal tidak. Jika di survei, bias gender itu tidak hanya terjadi pada perempuan saja tetapi pada laki-laki pun bisa, bias gender dapat terjadi layaknya laki-laki yang merasa terdiskriminasi, ketimpangan, kekerasan, dan lain sebagainya itu bisa dikatakan sebagai bias gender.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, setiap peserta dibekali faceshield dan masker, juga disediakan handsanitizer setiap akan masuk dalam forum. Sehingga kesehatan dan pencegahan Covid-19 dapat terlaksana dengan baik. Pada awal kegiatan dimulai, peserta dicek suhu badan terlebih dahulu dan disampaikan bahwa bagi peserta yang memiliki penyakit bawaan tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut.
Secara garis besar, kegiatan Sekolah Islam dan Gender dilakukan dengan forum diskusi interaktif agar setiap peserta mendapatkan hak menyampaikan pendapat. Di sela-sela waktu selesai materi, peserta melakukan focuss group discussion agar apa yang telah disampaikan oleh narasumber dapat dikembangkan kembali berdasar pemikiran masing-masing. Hal itu juga diharapkan agar kader-kader Kopri dapat selalu memperluas khazanah keilmuan di samping mempertajam nalar berfikir.