The news is by your side.

Menghiasi Diri dengan Maksiat?

زين نفسك بالمعصية ولا تزين نفسك بالطاعة

Sebuah maqalah yang kejelasan sumbernya masih perlu dipertanyakan. Ada yang mengatakan maqalah di atas bersumber dari perkataan imam ibnu athaillah assakandari dalam kitab hikamnya.

Namun setelah di telusuri ternyata tidak ada satupun makolah dalam kitab hikam yang berbunyi seperti pernyataan diatas. Namun demikian makolah di atas sangatlah menarik untuk di pahami maksudnya.

Sekilas memang pernyataan “ hiasilah dirimu dengan kemaksiatan” tampak memberikan pemahaman yang kontroversial bagi khalayak awam. Bagaimana tidak! Sedangkan pada pernyataaan di atas sangatlah jelas terdapat perintah untuk kita agar melakukan maksiat.

Maqalah ini merupakan maqalah yang tidak bisa dimaknai secara langsung atau lateral. Apabila hanya dimaknai secara makna dzhahirnya saja, maka langsung bisa mengklaim bahwa Syaikh Ibnu Athaillah itu sesat atau salah.

Sehingga maksud dari maqalah tersebut bisa kita pahami mungkin seperti ini. Dalam kehidupan sehari-hari jangan merasa banyak amal dan ketaatan dalam hidup, tetapi merasalah banyak dosa dalam hidup ini. Sebuah kalimat singkat yang menusuk kesadaran orang yang sering beribadah tapi tidak dengan hatinya.

Lalu mengapa kita mesti menghiasi diri dengan bermuhasabah atas maksiat, dosa dan kebodohan?
Logika sederhananya, kalau kita selalu menghiasi diri kita dengan perasaan bodoh dan meyakini kebodohan, maka kita tidak akan memandang rendah orang lain. Selain itu, kita harus selalu berada di maqam kekurangan agar selalu termotivasi untuk terus belajar dan tidak meremehkan orang lain.

Oleh karena itu, jika ditinjau dari aspek tasawwuf. Merasa diri kita banyak dosa, ahli maksiatdan bodoh, merupakan hal yang penting dengan latar belakang agar kita selalu memiliki perasaan
انا عبد فقير جاهل
“Saya adalah hamba yang faqir dan bodoh di hadapan Tuhan.”

Sehingga dari paparan di atas kita bisa memahami bahwasannya ibadah ialah hanya bentuk penyerahan, kedhaifan, dan kefakiran manusia di hadapan Allah. Tetapi ketika ibadah membuat pelakunya ujub pada dirinya sendiri dan angkuh terhadap orang lain yang tidak mengamalkannya, maka ibadah ini menjadi tercela.

Berkaca dari penjelasan di atas mungkin maqolah زين نفسك بالمعصية ولا تزين نفسك بالطاعة selaras dengan hikmah yang tertera dalam kitab hikam yang berbunyi:

معصية أورثت ذلاً وافتقاراً خير من طاعة أورثت عزاً واستكباراً

“Sebuah maksiat yang berbuah kerendahan diri dan kefakiran (di hadapan Allah) lebih baik daripada amal ibadah yang melahirkan bibit kebanggan dan keangkuhan.”

Hikmah ini menegaskan bahwa manusia tidak boleh jauh-jauh dari sifat kerendahan dan kefakirannya di hadapan Allah. Manusia tidak boleh memakai kebanggaan dan keangkuhan yang menjadi sifat ketuhanan. Ketaatan seseorang bukan alasan baginya untuk bersikap angkuh dan merasa suci.

Penulis
M. Ihsan Khoironi

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.