The news is by your side.

Sang Perantara

Sang Perantara | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat

NU Jawa Barat, Bambang Melga Suprayogi M.Sn – Siapakah uswatun hasanah yang kita contoh ? Tentunya Nabi kita, Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Mengapa beliaunya kita contoh ? Karena ada pada dirinya, kebaikan dan kesempurnaan yang harus kita tiru.
Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 berikut:


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ


“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. “

Kata uswatun hasanah banyak disebutkan dalam Alquran, di antaranya surat Al-Ahzab ayat 21, Al-Mumtahanah ayat 4, dan An-Nisa Ayat 48. Keberadaan ayat-ayat tersebut, yang menunjukan ‘Uswatun Hasanah’ ditujukan kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim sebagai suri tauladan umat manusia.

Nabi adalah sang perantara yang menunjukan kwalitas dirinya, dalam sifat, pembawaan, karakter, dan apa yang terlihat, menjadi sebab terlihatnya keutamaan kebaikan, dan adanya nilai-nilai yang akhirnya kita contoh.

Uswatun hasanah atau teladan yang baik, merupakan amanah Allah yang diemban oleh siapapun, setelah ketiadaan Nabi.

Para ulama mengemban amanah berat ini, sehingga mereka pantas disebut pewaris para Nabi, baik dari pola perilakunya yang harus menunjukan keutamaan, maupun dari ilmunya yang harus menuntunnya menjadi orang yang alim dan terselamatkan, bukan menengelamkannya.

Begitupun kita sebagai manusia biasa, kita mengemban amanah Allah untuk menjadi sosok yang mengibarkan bendera uswatun hasanah itu. Setiap umat, setiap manusia seharusnya menjadi contoh-contoh terbaik !

Setiap diri adalah sosok-sosok pengemban amanah Allah, untuk menjadi uswatun hasanah yang dilihat dan bisa dicontoh oleh yang lain.

Uswatun hasanah itu berarti harus bisa menginspirasi.
Harus bisa mengetarkan hati.

Dan akhirnya manusia lain mau mengikuti, karena ia tertarik dan merasa bertanggung jawab, bahwa Allah memberinya amanah, adanya sebuah tugas berat pada setiap diri yang terpanggil, untuk menyadari bahwa dirinya adalah seorang perantara, pelanjut peran Nabi, dalam memberi keteladanan, kemuliaan diri, menjadi manusia berkarakter mulia yang bisa menginspirasi umat dalam semua hal kebaikan, yang bisa ia tampakan.

Menjadi sosok manusia perantara, tidaklah semudah apa yang kita bayangkan. Manusia semacam ini akan terlebih dahulu Allah uji, dan dihadapkan pada permasalahan-permasalahan, kerumitan hidup yang harus ia selesaikan.

Sosok perantara yang akan Allah perankan untuk memberi teladan pada umat, tetap Allah saring, dan manusia yang beruntung seperti itu, akan ada dalam barisan orang-orang yang terselamatkan kehidupannya, baik di dunia, maupun di akherat, apa sebab ?

Karena ia selama hidupnya, terus mengingat Allah, selalu bersyukur, serta tak lepas dari mengharap rahmatNya, dengan menjalankan ketaatan yang selalu ia usahakan dapat terus ia tingkatkan.

Mari belajar untuk menjadi manusia sang perantara !

Tentunya dengan kita terus mau berjuang, menjadikan diri berproses setiap harinya, untuk menjadi orang yang lebih baik di tiap waktu, disetiap saatnya, sehingga kwalitas diri, tertempa oleh kemauan kita yang selalu mengacu melihat keteladanan sang Perantara sempurna, yakni kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang kita cinta, dan telah menginspirasi kita dalam memberi keteladanan itu.

Alhamdulillah.
semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn

Leave A Reply

Your email address will not be published.