The news is by your side.

Walikota Ridwan Kamil, Cinta Pesantren dan NU

Dalam kunjungannya ke pesantren tertua di Bandung, Pondok Pesantren Sukamiskin, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyatakan kecintaannya kepada dunia pesantren dan Nahdlatul Ulama. Berbicara di acara “Silaturahim dan Dialog Kebangsaan Bersama Alim Ulama dan Pondok Pesantren Jawa Barat”, Bandung, Selasa (5/9) sosok yang akrab disapa Kang Emil ini mengungkapkan alasan kanyaahnya (kecintaannya) pada pesantren.

“Kakek saya adalah Komandan Laskar Hizbullah di wilayah Tanjungsiang Subang pada masa revolusi kemerdekaan. Beliau mendapatkan mandat langsung dari kiai sepuh di Garut saat itu untuk dua hal. Pertama untuk mendirikan Laskar Hizbulloh, kedua untuk mendirikan pesantren,” tutur pria yang memiliki sejumlah penghargaan internasional ini.

Setelah mendapatkan mandat tersebut, KH Muhyiddin, kakeknya Kang Emil, kemudian berdakwah ke Sumedang lalu ke Subang. Pada masa revolusi, ia memimpin Laskar Hizbullah yang di tingkat pusat berada di bawah kendali tokoh NU KH Zainul Arifin. Pagelaran, pesantren yang didirikan oleh Ajengan Muhyiddin ini kemudian tercatat sebagai markas Hizbullah dan salah satu pesantren tertua di Kabupaten Subang.

Lebih lanjut Ridwan Kamil menyatakan pandangannya, “Pesantren harus mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Ini bukan saja karena pesantren adalah merupakan cikal-bakal lembaga pendidikan yang sudah lahir ratusan tahun sebelum negara ini berdiri, melainkan pesantren merupakan pemilik saham terbesar republik ini.”

Ke depan, Ridwan Kamil menyatakan mimpinya, pesantren seharusnya bukan saja menjadi media pendidikan saja, pesantren juga harus ambil bagian pembangunan yang lebih luas.

“Misalnya dalam hal produktivitas, saya ingin pesantren memiliki ciri khasnya, misalnya one pesantren one product. Sehingga pesantren bukan saja menghasilkan santri yang cakap ngaji dan kaum terdidik saja, tetapi juga cakap dalam kompetisi dunia modern,” imbuh Emil.

Mengenai NU, Wali Kota yang berhasil memimpin Kota Bandung dengan indeks kebahagiaan di atas 80% itu mengaku bahwa Indonesia akan selalu membutuhkan NU.

“Kenapa? Karena Tuhan menghadiahkan Indonesia sebagai negara yang plural. Di tengah keanekaragamaan, yang paling pas adalah moderatisme. NU-lah yang selama ini istiqamah memegang prinsip-prinsip moderat seperti tawazun, tawasuth, tasamuh dan i’tidal. Jadi, kalau ditanya bagaimana seharusnya Islam di Indonesia, jawabnya ya Islam yang sebagaimana dipraktekkan oleh ulama, pesantren, dan NU,” pungkas Kang Emil.

Acara tersebut sebelumnya didahului sambutan Pengasuh Pondok Pesantren Sukamiskin KH Abdul Aziz dan dilanjutkan oleh stadium general dari Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin. Tampak hadir di acara tersebut adalah jajaran PWNU Jawa Barat, PCNU Kota Bandung, pengurus wakil cabang se-Kota Bandung dan kiai-kiai dari wilayah Bandung Raya.
(Ali/Abdullah Alawi/NU Online)

Sumber : NU Jabar Online

Baca juga resensi buku lainnya :

  • Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
  • Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
  • Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.