Di Cipasung, Gus Ulil Sampaikan Alasan Manusia Butuh Peradaban menurut Ibnu Khaldun
Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla menyampaikan beberapa alasan manusia membutuhkan peradaban menurut Ibnu Khaldun, seorang ulama yang mendapat julukan Bapak Sosiologi dalam Islam.
Di dalam kitab Muqaddimah, Ibnu Khaldun menyebut peradaban dengan istilah al-‘umran al-basyari. Istilah tersebut diungkap Ibnu Khaldun untuk merujuk pada makna peradaban, selain madaniyah. Al-‘umran al-basyari bermakna meramaikan masyarakat. Sebab peradaban adalah tempat manusia tinggal atau menetap dan ramai karena saling beraktivitas.
Gus Ulil menyebut, peradaban bagi Ibnu Khaldun identik dengan kota. Namun, kota yang dimaksud Ibnu Khaldun itu bukan kota yang ada di zaman modern seperti sekarang. Kota yang dimaksud adalah tempat manusia berkumpul, menetap, dan berkegiatan. Semakin tempat itu maju dan ramai dengan aktivitas manusia maka peradaban akan semakin maju.
Karena itu, kata Gus Ulil, Nabi Muhammad pun tidak terlalu suka dengan badui, yakni orang-orang yang hidup secara nomadik atau berpindah-pindah tempat, sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 97.
Gus Ulil memaknai, orang-orang badui yang tinggal di padang pasir dan hidup secara nomadik itu sangat kuat dalam kekufuran. Mereka sangat sulit untuk dilembutkan hatinya dengan iman karena hidup dalam kehidupan yang nomadik.
“Peradaban hanya bisa lahir di kota, tempat manusia tinggal bareng kemudian membangun peradaban bersama,” ungkap Gus Ulil, dalam Halaqah Fiqih Peradaban di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Sabtu (17/9/2022).
Di dalam kitab Muqaddimah itu, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi tidak akan bisa bertahan hidup kecuali kalau ada nutrisi yang dikonsumsi alias makan.
“Manusia juga diciptakan Allah begitu rupa dengan kemampuan yang ada pada dirinya, sejak lahir, manusia itu diberi kemampuan untuk mencari makanan agar bisa bertahan hidup. Jadi manusia tidak bisa hidup tanpa makanan dan manusia tidak bisa hidup tanpa keterampilan untuk mencari makanan agar bisa bertahan hidup. Itu kata Ibnu Khaldun,” terang Gus Ulil.
Hanya saja, pemenuhan terhadap kebutuhan makanan itu tidak bisa dilakukan manusia secara sendirian. Melainkan harus membutuhkan organisasi atau sistem sehingga manusia bisa melakukan kerja bersama, agar bisa memenuhi kebutuhan makanannya.
“Karena itu, manusia butuh peradaban. Sebab di dalam peradaban itu ada organisasi. Inilah pentingnya organisasi itu, organisasi untuk mengatur untuk mensistematisasi manusia untuk memenuhi kebutuhannya itu,” kata Gus Ulil, Ketua Panitia Nasional Halaqah Fiqih Peradaban itu.
“Jadi peradaban itu sebetulnya muncul dari kebutuhan sederhana, bagaimana manusia bisa makan. Kebutuhan yang sederhana ini kemudian menjadi embrio benih untuk lahirnya sebuah peradaban,” pungkas Gus Ulil.
Halaqah Fiqih Peradaban di Pesantren Cipasung ini mengangkat tema Fiqih Siyasah dan Tatanan Dunia Baru dengan subtema Arah Geopolitik dan Geostratejik NU dalam Tatanan Dunia Baru. Acara ini berlangsung dengan dua sesi.
Sesi pertama, Gus Ulil bersama Ketua PBNU Mohamad Syafi’ Alielha (Savic Ali) sebagai narasumber menyampaikan materi tentang tema yang diangkat. Lalu pada sesi kedua, para peserta halaqah terlibat aktif dalam berdiskusi mengenai fiqih siyasah dan tatanan dunia baru.
Dari diskusi ini, terdapat rumusan-rumusan penting yang akan disusun oleh PBNU menjadi sebuah bahasan untuk dibawa ke dalam Muktamar Internasional Fiqih Peradaban, pada Januari 2023 mendatang. Sementara itu, Halaqah Fiqih Peradaban ini akan digelar di 250 titik se-Indonesia, sejak Agustus hingga lima bulan ke depan.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan