Hoax-Diri, Ana Khairun Minhu
Oleh : H. Dasuki As
Sejarah per-Hoax-an merentang jauh bahkan sebelum manusia diciptakan. Sebelum Nabi Adam terkena Hoax-nya iblis yang menggodanya untuk memakan buah khuldi yang dijanjikannya akan membuat kekal-abadi, sejatinya iblis-lah yang pertama kali terkena hoax dari bisikan kesombongan dirinya, yang merasa lebih baik dari Nabi Adam As.
Ia menolak bersujud kepada Adam As, manusia pertama, karena merasa dirinya lebih baik.
أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ
Ana khairun minhu, saya lebih baik dari dia. Itulah kalimat Iblis ketika Tuhan menanya alasannya, mengapa ia tidak mau melaksanakan perintah, sujud kepada Adam. Iblis menambahkan, “khalaqtanii min naar wa khalaqtahu min tiin. Engkau menciptakan aku dari api dan menciptakan dia (hanya) dari tanah (QS. al-A’raf: 12). Itulah kesombongan iblis, merasa diri lebih mulia karena asal kejadiannya.
Simbolitas kesombongan iblis ini kemudian menjadi bisikan (yang menipu) dan menjadi penyakit ruhani yang juga sangat subur menular pada manusia. Pernyataan dan sikap “ana khairun minhu” sekarang bahkan lebih banyak digunakan oleh manusia.
Manusia memang luar biasa, ia bahkan seringkali bisa melampaui iblis. Tsumma rodadnaahu asfalaa saafiliin.
Manusia mengembangkan prinsip “ana khairun minhu” hampir dalam semua lapangan kehidupan. Lingkaran kebencian, permusuhan, merasa paling benar sendiri adalah hoax hawa nafsu kesombongan yang terus-menerus dibisikkan.
Kesombongan adalah hijab terbesar, karena sombong itu membuat manusia hanya melihat dirinya. Kita bisa bayangkan, kalau keadaan batin itu hanya melihat dirinya sendiri, orang lain tidak kelihatan, bagaimana mungkin dia bisa menyaksikan Allah dengan hatinya (‘ain al-bashiroh).
Kemahiran setan dan hawa nafsu, merupakan simbol pengaruh internal dan eksternal yang mengarahkan manusia kepada tipuan kehidupan dan kebenaran yang sejati.
Imam al-Ghazali Ra pernah memperingatkan dalam kitab Roudlotut Tholibin wa-‘Umdatus Salikin,
“Lihatlah, apabila dalam diri anda, pada salah satu perbuatan jika berasal dari bisikan di dalam hati anda dengan penuh kegairahan tanpa disertai rasa takut, dengan ketergesa-gesaan bukan dengan waspada dengan tanpa perasaan aman, ketakutan pada Allah, dengan bersikap buta terhadap dampak akhirnya, bukan dengan mata batin, ketahuilah bahwa bisikan itu berasal dari syetan. Maka jauhilah bisikan seperti itu.
Bukankah Allah Swt telah berfirman :
يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا
“Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka” (QS an-Nisaa’:120)
Para ulama ahli suluk telah memepringatkan,
اَلأَكْوَانُ ظَاهِرُهَا غِرَّةٌٌ وَ بَاطِنُهَا عِبْْرَةٌ فَالنَّفْْسُ تَنْظُرُُ اِلَى ظَاهِرِ غِرَّتِهَا وَالْقَلْبُ يَنْظُرُُ اِلَى بَاطِنِ عِْبرَتِهَا٠
“Zhahir-nya alam ini adalah tipuan,dan batiniahnya adalah peringatan (i’tibar), Hawa nafsu mengarahkan kepada tipuan lahiriah dan hati suci mengarahkan kepada peringatan batiniah.”
Sayyidina Umar Ra menasehatkan “Yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah bangga terhadap pendapatnya sendiri. Ketahuilah orang yang mengakui sebagai orang cerdas sebenarnya adalah orang yang sangat bodoh. Orang yang mengatakan bahwa dirinya pasti masuk surga, dia akan masuk neraka“.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berkata,
“Tinggalkanlah kesombongan, baik terhadap Allah SWT, maupun terhadap sesama makhluk. Sesungguhnya sombong adalah sifat Iblis serta raja-raja yang aniaya, dimana kelak Allah akan menyeret wajah mereka ke neraka. Jika engkau membuat Allah SWT murka, berati engkau telah berbuat sombong terhadap-Nya.”
*Mari kita belajar bersama-sama melawan hoax dalam diri kita, minal jinnati wa an-naas, yang berasal dari dalam (internal) dan luar diri (ektsternal) kita.