Islam di Azerbaijan dan Hubungannya dengan Indonesia
Depok, NU Online
Islam kali pertama datang ke Azerbaijan pada Abad Ketujuh Masehi. Kehadirannya ini dibawa oleh seorang Sahabat Nabi Saad bin Abi Waqqash. Hal ini diceritakan oleh Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan Husnan Bey Fananie melalui sambungan video langsung saat diskusi hasil riset mutakhir Dari Mana Masuknya Islam ke Nusantara di Gedung X Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (21/11).
Husnan menjelaskan bahwa negara yang berada di Dataran Rendah Pegunungan Kaukasus itu menyimpan banyak sejarah kerajaan, meliput Seljuk, Ottoman, Syafawi, hingga Byzantium.
“Banyak peninggalan yang bisa kita lihat,” katanya.
Di antara peninggalan itu, ternyata memiliki hubungan erat dengan Indonesia. Sebab, di sana ada ulama besar abad 12, tepatnya di zaman Syirwansyah. Di situ juga ada makam Maulana Yahya al-Baghwi, seorang yang ahli di berbagai bidang pengetahuan. Ia mengajar anak-anak Raja Syirwansyah.
Maulana Yahya menulis 30 buku di abad 13. Di antaranya, menurut Husnan, yang paling terkenal di Indonesia adalah kitab Asroruddin atau disebut juga Asror Akhyar.
Hubungannya dengan Indonesia bukan saja dilihat dari kitab karya ulama Azerbaijan yang dikaji di Indonesia, melainkan dari kemiripan benda arkeologisnya, yakni nisan. Sekitar 150 km dari Baku, ibu kota Azerbaijan, terdapat kota yang banyak didatangi orang Arab yang dinamai Syamaghe, yang berasal dari kata syam akhi, orang Syam saudaraku. Di dekatnya, ada Maraza, sebuah kota yang menjadi pusat pengobatan. Maraza, kata Dubes, berasal dari kata Marodo (tempat orang sakit). Di situlah terdapat makam kuno sekitar abad 8, 9, sampai 12. Di Sulu di daerah atas, ada makam lebih kuno lagi, artefak tulisan batu.
Menguti Bastian, tim peneliti Universitas Indonesia, ia mengatakan bahwa nisan makam tersebut sama persis yg ditemukan di Barus dan Aceh. Ada kemungkinan, lanjutnya, ditemukan di wilayah lainnya. “Kita harus membongkar rahasia ini,” kata pria asal Jakarta itu, “Saya mengundang tokoh Indonesia untuk membangun untuk meneliti ini,” imbuhnya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)
Sumber : NU Online