KH. Abbas: Waspada Neo Wahabi
Pengasuh Pondok Pesantren Buntet Cirebon KH. Muhammad Abbas Billy Yachsyi Fuad Hasyim memperingatkan kita agar waspada terhadap Neo Wahabi yang berkedok Ahlussunnah Waljama’ah, hal tersebut disampaikan dalam acara haul KH. A. Muhammad Ishaq bin Syaikh KH. A. Muhammad Umar Bashri ke 70 dan KH. A. Muhammad bin Syaikh KH. A. Muhammad Umar Bashri ke 13 di Pondok Pesantren Fauzan Sukaresmi-Garut. (21/7)
Dalam tausyiahnya, KH. Abbas menjelaskan bahwa “Wahabi membiaskan dirinya dengan membuat nama pesantren, madrasah, sekolah dan lain-lain dengan nama yang lazim digunakan oleh warga Nahdliyyin pada umumnya. Hanya saja, kurikulum dan muatan yang mereka sampaikan berfaham Wahabi.” Tandasnya
“Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dasar agama islam, sejarah manusia pertama sekaligus nenek moyang manusia, yakni Nabi Adam AS, mendapatkan perintah mengamalkan tiga syariat islam, pertama yaitu menikah, kedua dilarang merusak alam, dan ketiga meneteskan darah.” Pungkasnya
Wahabi mengajarkan untuk saling membunuh jika tidak sepaham dengan mereka, karena yang tidak sepaham dengan mereka dianggap toghut, bahkan tidak tanggung-tanggung dianggap kafir yang halal darahnya. Jadi sangat aneh jika agama kita mendidik kita seperti karena tidak sesuai nilai-nilai luhur agama islam itu sendiri.
KH. Abbas pun menjelaskan makna dari tanah Haram di Arab Saudi, menurut beliau “tanah haram merupakan tanah yang tidak boleh meneteskan darah. Jangankan darah manusia, darah hewan pun tidak boleh. Sehingga bagi muslim yang sedang ihram dilarang untuk membunuh nyamuk sekalipun, juga dilarang merusak alam walaupun itu adalah rerumputan.” Tuturnya.
Hal tersebut sejalan dengas tugas Nabi Adam AS, jadi jika ada yang memiliki faham menghalalkan darah atas nama agama maupun atas nama apapun, hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama islam yang kita anut. Hal tersebut ditegaskan oleh Gus Abbas sebagai pengkhianat.
Beliau juga berpesan agar “masyarakat harus masuk kedalam NU atau kembali ke NU, dan memahami NU secara holistik (menyeluruh), karena tidak sedikit kyai, santri, masyarakat yang mengaku NU, walaupun secara keseharian mengamalkan dzikir, shalawat, qunut, dan lainnya. Namun harakah (gerakan) dan fikrahnya (pemikiran) bertentangan dengan NU. Sehingga Allah akan mencabut keberkahannya dan disatukan dengan pengkhianat.” Tutupnya
Terlihat dalam acara tersebut Kabag Yansos Pemprov. Jawa Barat Sufri, Camat Kecamatan Sukaresmi Drs. Heri Hermawan, Camat Bayongbong Santari, S.Sos., M.Si., Kapolsek Kec. Cisurupan Iptu Tito Bintoro, Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Faizin sekaligus mustasyar PWNU Jawa Barat KH. Aceng Mimar Hidayat, wakil ketua PWNU Jawa Barat KH. A. Abdul Mujib, MAg., Pengurus PCNU Kab. Garut, Ratusan Ajengan, Pimpinan Pesantren dan ribuan masyarakat yang dengan khidmat mengikuti acara haul sampai akhir.