Kiai Budi : Mana Bukumu ? Setiap Ketemu Saya Kalau Bisa Membawa Karya
Nurul Azizah – Alhamdulillah tanpa rencana sebelumnya, penulis bisa bertemu dengan Kiai Budi Harjono dan istrinya Umi Siti Rohmah di kediamannya Bulusan Tembalang Semarang. Sabtu pagi (26/8/2023) penulis punya niatan menggunakan puisi-puisi Kiai Budi untuk jadi bahan tulisan dan bahan video di media sosial.
Penulis menyapa Kiai lewat WhatsApp kebetulan centang satu. WA tersebut penulis teruskan ke istri beliau Umi Siti Rohmah, beliau bilang, “nanti saya sampaikan ke Abah.”
Sampai jam 09.00 WIB masih belum ada jawaban, kebetulan tempat kerja penulis dekat banget dengan rumah Kiai. Ketika ada waktu langsung saja penulis meluncur ke rumahnya. Sampainya di rumah, bertemu dengan putra putrinya, katanya Kiai Budi sedang istirahat.
Penulis langsung nemui istri beliau, dan ternyata penulis dianter Umi Siti Rohmah ke tempat galerinya Kiai Budi.
Langsung saja, penulis disambut oleh Kiai Budi yang sedang asyik melukis.
“Assalamualaikum Kiai,” ucapku.
“Waalaikum Salam,” masuk-masuk, ini tempat galeri saya. Untuk menuangkan ide-ide di atas kanvas. Aku bisa seharian di sini,” sahut Kiai Budi dengan sumringah.
“Mana bukumu, setiap ketemu saya, kalau bisa membawa karya,” kata Kiai Budi tiba-tiba.
“Alhamdulillah Kiai, ini buku saya,” jawab penulis sambil menyodorkan buku “Muslimat NU Militan Untuk NKRI, ini buku saya yang ke-2.
“Saya bangga, mbak Nurul punya karya, teruslah menulis. Seperti yang Syech Rummy katakan, teruslah gerakkan pena dalam jemarimu dan kau sendiri pena dalam jemari-Nya,” kata Kiai Budi.
“Mbak kalau bisa njenengan menulis puisi. Puisi bersifat universal, semua kalangan bisa menerimanya. Dicoba saja. Saya dulu berusaha sehari membuat tiga tulisan. Sebelum menulis dalam kertas, saya wudhu dulu. Alhamdulillah genap tiga bulan sudah jadi buku, yaitu kumpulan puisi-puisi dalam “Pusaran Cinta.” Buku kumpulan puisi Kiai Budi yang diterbitkan pada tanggal 17 Mei 2012, eh ternyata peluncuran buku tersebut pas ulang tahunnya Kiai Budi.
Buku kumpulan puisi Kiai Budi bertajuk “Pusaran Cinta” laku dan terjual habis. Sampai saat ini Kiai Budi malah tidak punya bukunya.
“Dicoba ya mbak, njenengan membuat puisi sehari satu atau lebih, tidak usah memaksa, ambil saja tema puisi dari tulisan-tulisanmu, kamu peras jadi puisi.
“Contoh saja, Abraham Lincoln (mantan Presiden Amerika Serikat ke -16 tahun 1809 – 1865 pen). Seorang politikus yang membuat puisi dengan kata-kata bijak inspirasi dan penuh makna. Berpolitik dengan santun dan berpolitik dengan kata-kata bijak.
Alhamdulillah buku “Muslimat NU Militan Untuk NKRI” karya Nurul Azizah mendapatkan apresiasi dari Kiai Budi.
“Kalau ketemu saya sebisa mungkin membawa karya,” sahut Kiai Budi. Kiai yang terus berkarya masak saya tidak bisa, gumamku.
“Insyaallah Kiai, yang Kiai amanahaken dateng kulo, Insyaallah kulo lampahi, nyuwun tambahe doa pangestunipun,” sahut penulis dengan sikap hormat kepada Kiai.
Karya Kiai Budi yang berupa tulisan baik esai, puisi, cerpen sudah penulis ketahui. Kalau karya lukisan ini benar-benar baru bagi penulis. Luar biasa, bisa menghasilkan karya yang fenomenal.
“Sekarang hobinya melukis njeh Kiai,” tanyaku.
“Oh ini hanya ngasih contoh ke anak-anak kalau saya tidak ada kegiatan, pasti melukis. Lagian saya akan mengadakan pameran 100 lukisan hasil karya saya sendiri,” jelas kiai dengan penuh semangat.
Di akhir pertemuan penulis diijinkan untuk mengambil foto karya-karya lukis beliau dan tentunya foto bersama Kiai Budi dan Umi Siti Rohmah. Semoga pertemuan yang singkat ini membawa banyak kebaikan-kebaikan dan memotivasi penulis untuk terus berkarya.
Nurul Azizah, penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.