Menjaga Indonesia Bersama Ulama
Sejarah menyebut bahwa di masa lalu, Islam pernah mengalami kejayaan. Tak hanya dalam hal ekonomi, soal ilmu pengetahuan pun pernah ada di bawah genggaman umat Islam. Pengikut ajaran rasulullah ini mampu tampil sebagai ahli di banyak bidang ilmu pengetahuan. Mereka ikut berperan dalam membangun peradaban.
Andalusia adalah salah satu contoh betapa kejayaan itu pernah menjadi kenyataan, tak sekadar khayalan. Di masa itu, umat Islam hidup berdampingan dalam damai. Tak hanya dengan sesama Muslim, terhadap warga non-Muslim sekalipun, masyarakat hidup rukun nan santun.
Terutama di masa kepemimpinan Abdurrahman III dan al Hakam II, surga sudah ada di depan muka. Namun sayang, sejarah pula yang mencatat betapa kejayaan tersebut tak berumur panjang.
Penyebabnya ada banyak, beberapa di antaranya justru karena perpecahan di kalangan internal umat Islam. Umat tak lagi bernaung di bawah persatuan; masing-masing terpecah oleh urusan dan kepentingan tak bertuan. Akibatnya, kejayaan yang telah dicapai akhirnya hancur tercerai berai.
Sebab berikutnya adalah menjauhnya umat Islam dari ulama. Mereka tak lagi mendengar dan mengikuti anjuran para pewaris nabi. Mereka lebih menuruti hawa nafsu dan keinginan untuk menang sendiri. Penghormatan terhadap orang yang beragama berbeda pun hanya tinggal cerita.
Di masa itulah, kejayaan umat Islam tenggelam.
Karenanya, dengan memperhatikan sejarah di atas, kita perlu belajar agar hal serupa tak lagi menimpa. Menjauhi permusuhan dan lebih mengutamakan persatuan adalah hal pertama yang perlu kita lakukan.
Keberagaman adalah anugerah, bukan musibah. Sebab jika mau, Tuhan pasti sudah menciptakan kita dalam bentuk dan rupa yang sama. Dan Ia bisa saja melakukannya. Namun Ia memilih untuk menciptakan kita berbeda-beda agar kita bisa saling mengenal dan bekerjasama.
Umat Islam juga sebaiknya tak menjauh dari ulama, yakni mereka yang mewarisi ajaran kasih dari nabi, bukan yang sekadar sering muncul di TV. Ulama memberikan ajaran dan contoh sikap yang menekankan pada taqwa dan welas asih terhadap sesama, bukan sembrono dan galak terhadap yang berbeda.
Semoga Tuhan terus membimbing kita.
Ustadz Khoirul Anam
Penasehat Pergunu kota Depok