Pikiran Sumber Potensi Eksistensi
LTN NU Jabar, Bambang Melga – Pikiran, atau hasil olah proses mental, merupakan kekayaan batin yang harus terus diolah, harus terus dilakukan, dan sering dipergunakan, dan diberdayakan.
Manusia sebagai mahluk berpikir, merupakan anugrah terbesar yang Allah berikan, dan titipkan itu, untuk menjadi sarana yang mampu menguatkan, dan membesarkan eksistensi manusia itu sendiri,dengan apa yang ia hasilkan dari capaian-capaian pikirannya.
Tidak ada satupun manusia yang dikarunia Allah memiliki nama besar yang oleh manusia lain kenali, yang tidak melakukan proses berpikir besar.
Dan proses berpikir besar itulah yang akhirnya membuat manusia dengan potensi pikirnya, akan menghantarkan ia pada puncak reputasi dan keharuman namanya.
Maka wajar Al Qur’an menginggatkan manusia untuk berpikir, menantang, dan membuktikan kekuatan pikirannya, baik kepada manusia, atau kalangan makhluk lainnya, jin, dan syaitan.
Itu sebagai salah satu cara Allah membuat manusia, selalu berpikir kritis, aktual, inovatif, dan produktif.
Maka diawali dari “Iqro,” sebagai ayat pembuka pikiran, membuka kecerdasan, membuka pemahaman, manusia diminta oleh Allah agar mampu membaca !
Bagi yang faham, level iqro yang Allah tuntut itu, harus sampai pada jenjang Iqro yang mampu membuat si manusia, atau umat ini berpikir secara kritis, maka hasil dari olah membacanya itu, akan menghasilkan proses cerna dari berpikir mendalam, aktual, dan solutif, serta memberi celah mampu mewarnai kehidupan manusia pada periodenya.
Pikiran, sebagai hasil olah mental, yang dihasilkan dari kita melakukan aktivitas melihat, mencermati, membaca, mendalami, merenungkan, mencari jawaban dan menemukan solusi, lalu memberi sentuhan inovasi, merupakan wujud bahwa kita seperti harapan yang Nabi inginkan, mampu menjadi manusia terbaik yang bisa bermanfaat bagi manusia lainnya.
Bermanfaatnya hasil pikiran kita dalam bentuk apapun, seperti yang telah para pemikir besar Islam perbuat, ilmuwan-ilmuwan Islam lakukan, tentunya mampu juga meningkatkan baik itu status simanusianya itu sendiri, reputasi baiknya, juga meningkatkan sisi ekonomi, membuat masyarakat terbantu pemahamannya, yang nantinya akan membuka paradigma baru dalam menjalani kehidupan kedepan, yang lebih baik.
Maka berpikir dan bercita-cita besarlah untuk bisa selalu bermanfaat dan berguna bagi kemanusiaan, Soekarno berkata, “BERCITA-CITALAH SETINGGI LANGIT KARENA JIKA KAMU TERJATUH MAKA KAMU TERJATUH DI ANTARA BINTANG-BINTANG ” -Ir.Soekarno
Yaa, berpikir besar, merupakan puncak dari eksistensi manusia yang nantinya memiliki nama besar.
Maka ketika kita sedari awal, sekarang, bercita-cita untuk menjadi seseorang yang memiliki nama besar suatu saat kelak, maka wajib bagi kita memiliki semangatnya manusia yang menjadi idola atau yang dijadikan contoh, refrensi bagi kita itu…siapapun contoh yang kita panuti, ia telah melampaui proses panjang membesarkan namanya, sehingga namanya harum, besar, dan reputasinya dikenali dunia.
Insyaallah.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn