Poin Utama Silaturahim Grand Syekh Al-Azhar dengan PBNU
Jakarta, NU Online
Grand Syekh Al-Azhar, Mesir, Ahmad Muhammad Ahmad Al-Thayyeb berkunjung ke Kantor PBNU, Rabu (2/5). Kunjungan ini merupakan rangkaian agenda High Level Consultation of World Moslem Scholars on Wasatiyyah Islam di Bogor, Jawa Barat, 1-4 Mei 2018.
Grand Syekh tiba di Kantor PBNU tepat pukul 18.00 WIB ditemani mantan Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Indonesia yang juga Pakar Tafsir Muhammad Quraish Shihab.
Setibanya di halaman gedung PBNU, Mufti Besar Mesir ini langsung disambut oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, Sekjen PBNU HA. Helmy Faishal Zaini, dan Ketua PBNU H Marsudi Syuhud.
Grand Syekh beserta rombongan lantas diterima di ruang Ketua Umum PBNU di lantai 3 Gedung PBNU. Sekitar 15 menit Ketua Umum PBNU memberikan pengantar dan ucapan selamat datang.
Acara resmi pukul 18.15 WIB di gelar di Aula PBNU di lantai 8. Di ruang berkapasitas 500 orang ini, Grand Syekh disambut dengan sholawat badar. Acara silaturahim Grand Syekh Al-Azhar dengan kiai dan warga NU kemudian diawali dengan pembacaan Al-Fatihah, dilanjutkan dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Ya Lal Wathon.
Mengawali dialog bertajuk Islam Nusantara untuk Perdamaian Dunia ini, Kiai Said Aqil Siroj sedikit memberikan pengantar dengan menceritakan kronologis sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama. Kiai Said juga memaparkan keberadaan badan otonom dan lembaga yang bernaung dibawah NU.
Sementara itu, Grand Syekh Al-Azhar menyampaikan beberapa poin utama sebagai berikut:
- Ucapan terima kasih atas undangan Nahdlatul Ulama dalam rangka memperkuat silaturahim tokoh-tokoh agama.
- Grand Syekh memaparkan pandangan moderat Al-Azhar di dalam pemikiran agama dan konsep-konsep bernegara.
- Grand Syekh menegaskan bahwa adanya perbedaan-perbedaan hendaknya menjadi perekat umat Islam. Kita umat Islam, menurut Grand Syekh sudah diajarkan oleh Rasulullah bahwa perbedaan itu akan menjadi rahmat ketika direspon dan disikapi dengan bijak dan tepat.
- Al-Azhar akan mendorong penguatan Islam moderat yang dilakukan NU. Dan akan bersama-sama dalam memberikan penguatan dan mengampanyekan Islam moderat di dunia.
- Grand Syekh menyambut baik rencana kegiatan bersama NU dan Al-Azhar serta siap memberikan beasiswa kepada santri berprestasi untuk studi di Al-Azhar khususnya di jurusan umum bagi perempuan. Termasuk di dalamnya terkait rencana pelaksanaan konferensi internasional bersama.
Selanjutnya, Grand Syekh Al-Azhar berkesempatan berdialog dengan peserta. Berikut beberapa pertanyaan dari peserta dan jawaban Grand Syekh Al-Azhar:
1. Bagaimana Grand Syekh menilai tentang politisasi agama?
Jawaban Grand Syekh: “Politisisasi agama jika tidak dipahami dengan benar akan menimbulkan dua kerugian. Pertama kerugian agama yang menjadi jelek. Kedua, juga politik yang menjadi buruk”.
2. Bagaimana pandangan Grand Syekh tentang kelompok yang ingin mendirikan khilafah di dunia?
Jawaban Grand Syekh: “Tentang khilafah Islamiyah bahwa dunia sepakat menolak khilafah Islamiyah. Maka itu sangat sulit untuk terjadi. Hal ini karena masing-masing banyak perbedaan yang sudah tertanam. Adanya perbedaan bagi Grand Syekh justru menjadi keindahan agama Islam”.
3. Apakah yang terjadi saat ini ketika ada kelompok Islam yang menuduh kafir diluar kelompoknya?
Jawaban Grand Syekh: “Gerakan radikalisasi dan takfirisasi, mengkafir-kafirkan orang lain itu merupakan kebodohan terhadap memahami ruh dan substansi agama. Grand Syekh dengan tegas mengaku menolak pemahaman agama yang memonopoli kebenaran”.
4. Bagaimana menyikapi perkembangan media sosial yang dijadikan benih perpecahan?
Jawaban Grand Syekh: “Kita harus bersama-sama memberikan penguatan moderat Islam melalui media sosial. Karena jika tidak dikelola dengan baik, media sosial akan menjadi penghancur bagi kedamaian”. (Red: Fathoni)