Silaturahim – Konsolidasi Penulis dan Pengelola Media NU / Pesantren : Ketua LTN PWNU Jabar, “Sangat positif dan harus lebih diintensifkan menuju moment 1 Abad NU.”
Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU adakan acara “Silaturahim – Konsolidasi Penulis dan Pengelola Media NU / Pesantren” di Solo Jawa Tengah, 5 sampai 7 Desember 2022. Acara yang digelar di hotel Novotel Solo ini adalah salah satu upaya agar para penulis yang selama ini eksis di medianya untuk lebih banyak memunculkan potensi ribuan pesantren dan alim ulama yang dimiliki NU namun hingga kini belum banyak kelihatan karya tulisnya.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohamad Syafi’ Alielha (Savic Ali) dalam kesempatan sambutan pembukaan memaparkan tantangan menjelang 1 Abad NU dalam konteks media.
Menurutnya, di zaman digital ini banyak terjadi perubahan, termasuk dalam lanskap media. Meski demikian, potensi jumlah warga NU yang besar belum optimal dalam penguasaan di bidang media.
“Belum tercermin mayoritas warga NU di dunia maya, ini tantangan kita,” ujar Savic.
Savic menjelaskan, NU memang diakui gudangnya para ulama, kiai, dan habaib. Dalam dunia nyata mereka diakui keahliannya. Meski demikian juga perlu memunculkan lebih banyak tokoh-tokoh tersebut di dunia maya.
“Kita punya contoh Gus Baha misalnya, saya punya teman yang bercerita, ternyata beliau ini diterima di banyak kalangan, termasuk mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) justru suka ngajinya Gus Baha,” ungkapnya.
“Ini tugas kita untuk memunculkan tokoh-tokoh tersebut,” ujarnya.
Ketua Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) H Ishaq Zubaedi Raqib menyebutkan bahwa penulis adalah manusia-manusia pilihan yang hidup di alam senyap dan di ruangan yang tertutup. Sering pula, tanpa diduga bisa memunculkan ide-ide besar dan namanya akan abadi.
“Al-Farabi, Ibnu Hazm dan lainnya adalah seorang filsuf besar. Namun, ketika masa kekhalifahan berakhir, namanya tetap menjadi rujukan dan pijakan oleh umat. Sama halnya dengan Mahbub Djunaidi dan Said Budairi telah memberikan sumbangsih pada dunia tulis menulis,” ujarnya saat memberi sambutan.
Walaupun jumlahnya sedikit, lanjutnya, penulis memiliki pengaruh besar dan menebar manfaat pada khalayak lewat catatan. Sebaliknya, walaupun seorang penulis memiliki kekuatan, jika apa yang dicita-citakannya tidak tertulis, secara signifikan pergerakannya tidak membantu masyarakat.
“Kita adalah orang-orang yang ada di garda terdepan untuk mencatat perjalanan itu. Orang boleh pandai setinggi apa pun. Namun, jika tidak menulis maka akan hilang dari masyarakat dan sejarah. Ingat, menulis itu adalah pekerja untuk keabadian,” katanya mengutip Pramoedya Ananta Toer.
“Mari kita samakan spirit. Ruhnya adalah NU. Namun planvitalnya harus diperbaharui sesuai kebutuhan zaman dan bisa menjadi pendorong bagi kehidupan bangsa,” tutur pria asal Pulau Madura, Jawa Timur ini.
Sementara itu, dalam sebuah kesempatan wawancara melalui Whatsapp dengan Ketua LTN PWNU Jawa Barat, Zaenuddin Assyarifie, yang turut hadir dalam perhelatan menyatakan sangat mendukung acara Silaturahmi dan Konsolidasi Penulis NU yang diadakan Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU tersebut.
“Kegiatan semacam rekonsiliasi para penulis dan pengelola media di lingkungan NU tersebut sangat positif dan harus lebih di intensifkan menuju moment 1 Abad NU. Salah satu hasil yg telah disepakati bersama adalah HALAQOH HISTORIOGRAFIS NAHDLATUL ULAMA yang akan dilaksanakan bulan April 2023 mendatang dengan membentuk kepanitiaan bersama secara nasional.” Pungkasnya.