Tafsir KH Muchith Muzadi atas Trilogi Ukhuwah KH Ahmad Shiddiq
Trilogi ukhuwwah gagasan Rais Aam PBNU (1984-1991) KH Ahmad Shiddiq meliputi persaudaraan sesama Muslim, sesama anak bangsa, dan sesama anak manusia.
Sejak Munas dan Konbes NU di Cilacap, tepatnya 23-25 Rabiul Awal 1408 H/15-17November 1987 M di Pondok Pesantren Ihya’ Ulumuddin Kesugihan Cilacap Jawa Tengah, NU semakin gencar mengarusutamakan trilogi ukhuwwah: Islamiyyah (persaudaraan sesama muslim), Insaniyyah atau Basyariyyah (persaudaraan sesama manusia) dan Wathaniyyah (persaudaraan sesama anak bangsa).
Bukan tanpa aral dan rintangan, gagasan cemerlang yang berawal dari makalah Rais Aam PBNU saat itu KH Achmad Shiddiq berjudul “Ukhuwwah Islamiyyah dan Kesatuan Nasional: Bagaimana Memahami dan Menerapkannya” mendapat kritik tajam dari para Kiai NU. Dalam konteks ini KH Abdul Muchith Muzadi yang terkenal sebagai sekretaris pribadi KH Achmad Siddiq menuliskan:
“Ketika pertama kali al-Maghfurlah KH Achmad Shiddiq mencanangkan hal ini, banyak kritik bernada sinis. Bahkan dengan gagasan beliau ini seakan-akan mereka menganggap bahwa beliau terlalu mengada-ngada, melakukan penambahan yang tidak perlu, bahkan ada juga yang menuduh beliau berlebih-lebihan “mendekati” kaum nonmuslim. Kalangan ini cenderung menyatakan bahwa gagasan tersebut “mengurangi” kadar-kadar ukhuwah islamiyyah atau persaudaraan sesama muslim.” (Abdul Muchith Muzadi, NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran; Refleksi 65 Tahun Ikut NU, [Surabaya, Khalista: 2006], cetakan ke-3, halaman, 171).
Meski demikian, setidaknya KH Achmad Shiddiq telah berhasil membuat para kiai NU untuk menyepakati pernyataan tentang fanatisme agama. Bahkan dalam makalahnya itu ia berhasil meletakkan dasar saling pengertian antara umat Islam dan umat agama lain. (Andre Feillard, NU vis a vis Negara: Pencarian Isi, Bentuk dan Makna, [Yogyakarta, LKiS: 2013,], cetakan ke-3, halaman 340-347).
Buku lain :