Urwah: Sahabat Perempuan yang Mendebat Muawiyah
Tak banyak yang mengisahkan perempuan-perempuan yang menjadi sahabat nabi. Ada satu kitab yang mengulas kisah perempuan-perempuan yang hidup ketika masa nabi, yakni kitab An-Nisa Khaularrasul. Tetapi sepertinya kitab ini jarang dikaji di berbagai pesantren di Indonesia.
Salah satu sahabat perempuan nabi yang dikenal memiliki kemampuan dalam bidang retorika adalah Urwa binti Harist bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Dari Namanya terlihat bahwa ia selain sebagai sahabat juga merupakan sepupu nabi lewat jalur ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib.
Urwa adalah wanita cerdas yang memiliki kemampuan dalam berbicara. Gaya bicaranya tegas, lugas, dan padat. Ketika ia berbicara hampir tak seorang pun bisa membantahnya. Tak heran jika ia dijuluki sebagai mutiara yang mahal harganya.
Ada suatu kisah, Urwa pergi ke istana untuk menghadap Khalifah Muawwiyah bin Abi Sufyan. Berkatalah Muawwiyah, “Marhaban Biki, selamat datang wahai saudara perempuan, bagaimana kabarnya? Lama tak berjumpa,” sapa sang Khalifah.
Mendengar sapaan Muawwiyah, jangan kira ia akan membalas sapaan sang khalifah dengan sapaan yang sama, dengan tegas ia berkata, “Hai anak laki-laki dari saudara laki-lakiku, sesungguhnya Engkau telah berbuat kufur terhadap nikmat saudaramu. Kau rampas pangkatnya dengan tanpa aturan agama.”
Tak sampai disitu, Urwa melanjutkan perkataannya dengan mengatakan Muawwiyah adalah dalang dibalik wafatnya Khalifah Usman bin Affan. Ia juga mengutuk jabatan khalifah yang dipegang Muawwiyah sebagai hal yang bukan haknya dan Muawwiyah tidak pantas untuk menyandangnya.
Setelah berkata demikian, Urwa mendoakan agar Allah merusak citra Muawwiyah sebagai khalifah dan semoga Allah mengembalikan kebenaran kepada yang ahli meskipun orang-orang musyrik tidak suka dan menghalangi. Bahkan Urwa menyamakan Muawwiyah dengan kisah Fir’aun dan Ali bin Abi Thalib bah Nabi Harun pada masa Nabi Musa.
Setelah mendengar perkataan Urwa yang Panjang, Muawwiyah hanya terdiam. Sulit rasanya untuk membalas ucapan Urwa yang memang terkenal memiliki kecerdasan dalam berbicara.
Amru bin Ash yang berada di dekat Muawwiyah ikut berkata kepada Urwa,”Cukup Wahai perempuan tua, sudahi bicaramu yang tidak menggunakan akal karena persaksianmu sengguhlah tidak sah,” ujar Amru bin Ash.
Mendengar ucapan Amru bin Ash, Urwa tidak gentar sedikit pun, mulai lah ia berbicara untuk menjawab perkataan Amru bin Ash tersebut. “Kau anak laki-laki dari ibu pemberontak, omonganmu dan dan omongan ibumu masyhur sebagai pemberontak di Makkah. Ibumu merupakan seorang pengkhianat dengan menjual informasi mengenai pasukan Muslim kepada musuh hanya karena upah,” ujar Urwa kepada Amru bin Ash.
Urwa mencoba mengungkit sejarah masa lalu keluarga Amru bin Ash dengan mengatakan bahwa ayah dari Amru bin Ash tidak lah jelas, karena ibunya merupakan bagian dari budaya masa lalu bangsa Arab, di mana wanita akan melakukan hubungan dengan beberapa pria, kemudian ketika hamil dan lahir anak tersebut, maka dilihat mana wajah yang paling mirip dengan sang anak, berarti ayahnya. Pada saat itu, yang paling mirip adalah Ash bin Wail.
Setali uang dengan Muawwiyah, Amru bin Ash juga hanya terdiam mendengar ucapan Urwa.
Setelah Muawwiyah dan Amru bin Ash, giliran Marwan yang mencoba menghentikan omongan Urwa. Lagi-lagi Urwa sanggup mengatasinya. Kemudian Urwa menoleh ke arah Muawwiyah sambil berkata,” Demi Allah, dua orang itu tidak ada apa-apanya”.
Tidak cukup sampai di situ, Urwa kembali mengungkit masa lalu Muawwiyah yang ibunya berbahagia atas kematian Hamzah. Ibu Muawwiyah bersenandung ketika terbunuhnya Hamzah:
kami membalasmu karena peristiwa yang kami terima sewaktu perang badar
Dan setelah perang munculah hiruk-pikuk
kami sudah tidak punya kesabaran lagi
kami bersyukur atas kematian Hamzah
hingga tulang belulang dalam kubur
Muawwiyah yang sedari tadi diam, mulai gusar dengan ucapan-ucapan Urwa, berkata lah dia, “Semoga Allah mengampuni dosa-dosa, Wahai saudara perempuan, apa maumu?”
Mendengar pertanyaan Muawwiyah tersebut, dengan tegas ia menjawab, “Aku tidak butuh bantuanmu,” setelah mengatakan kalimat tersebut, segera lah ia keluar dari istana.
Urwa merupakan salah satu perempuan keturunan Bani Hasyim yang memang terkenal mahir dalam berbicara bahkan melebihi keturunan yang laki-laki. Urwa memang merupakan wanita terhormat pada masanya.
Kisah Urwa merupakan bukti adanya peran perempuan ketika nabi berdakwah menyebarkan Islam.
Wallahu a’lam.