AMIR HIZBUT TAHRIR SEBENARNYA MAMPU KIRIM 10 BATALYON PASUKAN KE GAZA
Oleh Ayik Heriansyah
Amir Hizbut Tahrir (HT) Atha Abu Rusytah dalam naskah pidato Idul Fitri 1 Syawal 1445 H mengangkat kembali masalah agresi Israel di Gaza yang masih berlangsung. Namun, seperti seruan-seruan sebelumnya, seruan Amir HT sebatas seruan kosong tanpa makna. Seruan yang tidak memberi solusi apa-apa bagi Gaza.
Atha Abu Rusytah sendiri orang Palestina asli yang tinggal di sekitar kawasan Arab. Terlepas dari jabatannya sebagai Amir HT, sebagai seorang muslim beliau terkena taklif fardlu ‘ain berjihad melawan Israel.
Bahkan dengan posisinya sebagai Amir dari sebuah gerakan Islam, beliau dapat membentuk pasukan jihad yang terdiri dari anggota, pendukung dan simpatisan Hizbut Tahrir yang berada negara-negara dekat Gaza di Tepi Barat, Yordania, Mesir dan Suriah, Irak dan Lebanon.
Di kota Amman Yordania pada tahun 2008 terdapat 2000 lebih anggota HT. Boleh jadi sekarang sudah bertambah. Dari kota Amman saja Amir HT dapat membentuk 3 batalyon pasukan. Belum lagi jika ditambah dari Tepi Barat, Beirut, dan kota-kota di negara Arab lainnya.
Bila dirasa belum cukup, Amir HT dapat membentuk batalyon pasukan anggota HT di luar Arab dari Pakistan, Malaysia dan Indonesia. Potensi HT di Indonesia sendiri mampu membentuk 7-10 batalyon untuk dikirim ke Gaza.
Akan tetapi Amir HT tidak melakukannya, karena tidak konsisten dengan pemahamannya tentang masalah yang ada Gaza. Amir HT paham bahwa solusinya adalah jihad melawan Israel. Amir HT tidak melakukannya karena terbebani ambisi ingin merebut kekuasaan dengan alibi menegakkan khilafah yang sejatinya adalah Khilafah Tahririyah, bukan Khilafah Rasyidah.
Ambisi itulah yang membuat seruan-seruan Amir HT menjadi seruan kosong. Seruan yang tidak berpengaruh terhadap umat. Seruan-seruan yang apabila diulang-ulang sejuta kali pun dalam sehari tetap menjadi angin lalu di siang bolong.
Bukan hanya soal Gaza, melainkan juga tentang semua problematika umat Islam. Seruan Amir HT selamanya menjadi sia-sia selama ambisi merebut kekuasaan dengan alibi menegakkan khilafah masih tertanam dalam benaknya dan benak para aktivis HT di seluruh dunia.