Bukankah Telah Kami Lapangkan Dadamu, Wahai Nabi?
Allah berfirman:
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
‘Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu” (QS 94:4)
Allah meninggikan (mengangkat) sebutan nama Nabi Muhammad di dunia dan di akhirat. Maka tiada seorang muadzin pun, tiada seorang khatib Jum’at pun, tiada seorang yang membaca syahadat pun, dan tiada orang yang salat pun melainkan mengucapkannya, yaitu kalimah, ‘aku bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Kalau kita bandingkan dengan apa yang Allah limpahkan kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq dan Nabi Ya’qub:
وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا
“Dan Kami anugerahkan kepada mereka rahmat yang sangat banyak beserta kenabian tersebut, dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik yang terus-menerus diperbincangkan oleh manusia.” (QS 19:50)
Itu artinya nama mereka harum dan jadi bahan perbincangan oleh manusia. Ini tentu sesuatu yang baik. Sementara nama Nabi Muhammad lebih baik lagi, yaitu telah Allah tinggikan nama beliau di langit bersama nama Allah Swt.
Perhatikan ayat-ayat al-Qur’an yang menggandeng sebutan nama beliau setelah disebutkan nama Allah:
وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ [التَّوْبَةِ: ٦٢]
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ [النساء: ١٣]
وأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ [النور: ٥٤]
Bahkan di dalam al-Qur’an saat Allah memangil para Nabi, Allah langsung menyapa “Hai Musa” atau “Hai ‘Isa”. Sedangkan saat menyebut Nabi Muhammad, Allah menggunakan istilah Nabi atau Rasul. Ini penghormatan luar biasa.
Abu Na’im di dalam kitab Dala’ilun Nubuwwah mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الْغِطْرِيفِيُّ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ سَهْلٍ الجَوْني، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ بَهْرام الْهِيَتِيُّ، حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ حَمَّادٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَطَاءٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَمَّا فَرَغْتُ مِمَّا أَمَرَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ أَمْرِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْتُ: يَا رَبِّ، إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا وَقَدْ كَرَّمْتَهُ، جَعَلْتَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا وَمُوسَى كَلِيمًا، وَسَخَّرْتَ لِدَاوُدَ الْجِبَالَ، وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ وَالشَّيَاطِينَ، وَأَحْيَيْتَ لِعِيسَى الْمَوْتَى، فَمَا جَعَلْتَ لِي؟ قال: أو ليس قَدْ أَعْطَيْتُكَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ، أَنِّي لَا أُذْكَرُ إِلَّا ذُكِرْتَ مَعِي، وَجَعَلْتُ صُدُورَ أُمَّتِكَ أَنَاجِيلَ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ ظَاهِرًا، وَلَمْ أُعْطِهَا أُمَّةً، وَأَعْطَيْتُكَ كَنْزًا مِنْ كُنُوزِ عَرْشِي: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ”
Dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Setelah aku selesai dari menerima apa yang diperintahkan kepadaku menyangkut semua urusan langit dan bumi, lalu aku bertanya, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada seorang Nabi pun sebelumku melainkan Engkau telah memuliakannya; Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kekasih), Musa sebagai Kalim (yang Engkau ajak bicara langsung), Engkau telah tundukkan gunung-gunung bagi Daud, dan bagi Sulaiman angin dan semua setan, dan Engkau hidupkan bagi Isa orang-orang yang telah mati. Maka apakah yang Engkau berikan kepadaku?’
Allah berfirman, ‘Bukankah Aku telah memberimu yang lebih baik dari hal tersebut seluruhnya, bahwa sesungguhnya tidaklah nama-Ku disebut melainkan engkau disebut pula bersama-Ku; dan Aku telah menjadikan dada umatmu sebagai kitab-kitab, mereka dapat membaca Al-Qur’an secara hafalan, dan hal itu belum pernah Kuberikan kepada suatu umat pun. Dan Aku telah memberimu suatu perbendaharaan dari ‘Arasy-Ku, yaitu kalimah ‘tidak ada daya (untuk menghindar dari maksiat) dan tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar‘.”
Buku lain :