Menghilangkan Dendam
Bambang Melga Suprayogi M.Sn – Nabi kita telah memberi contoh yang baik pada umatnya, contoh uswatun hasanah, dalam bagaimana Nabi Muhammad SAW, bisa memberi maaf, dan tidak menyimpan dendam pada mereka yang pernah memeranginya.
Dendam merupakan penyakit hati, yang dimunculkan dari perasaan terlukai, atau kemarahan yang berlebihan, yang ingin dibalaskan dengan terus menyimpannya, dan sewaktu-waktu akan dikeluarkan jika saatnya tiba.
Apakah hal ini dibenarkan ?
Menyimpan dendam bukan ajaran Islam, karena tidak di ajaran oleh Nabi kita, maupun para Nabi sebelumnya. Lihat Nabi Adam yang tidak mendendam pada Iblis, hingga ia dikeluarkan dari Surga, untuk mendiami bumi, tapi lihat Iblis yang menjadi musuh abadi manusia, ia menaruh dendam yang mendalam, hingga berujar, akan menjerumuskan semua keturunan Adam, agar menjadi pengikutnya, dan menjadi temannya nanti di neraka yang jahanam, tempatnya para pendosa.
Menyimpan dendam laksana menyimpan harta terburuk, sampah yang dikira itu berharga. Bau sampanya saja sangat menganggu, apalagi jika kita simpan sampah buruk itu dalam hati kita.
Maka pantas, setiap keburukan, (sampah), itu Iblis yang miliki, bukan para Nabi, orang soleh, maupun manusia suci lainnya.
Dendam adalah duri dalam keimanan dan ketaqwaan.
Ia tidak akan menjadikan hati para pemilik dendam bersinar kemilau, yang ada malah hati menjadi suram, pikiran menjadi sempit, dan tindak tanduk, perbuatan kita malah tidak terkontrol, emosi berlebihan, dan bisa jadi karena dendam kita malah terpuruk laksana Iblis si guru dendam itu sendiri, yang terhinakan, dan menjadi terlaknat.
Dendam itu lakasana kita mengali lubang kubur sendiri, lubangnya terus kita buat semakin dalam, dan pada saatnya tiba, lubang itu malah menjadi senjata makan tuan, kita sendiri yang terhinakan, terperosok kedalamnya, dan mengubur semua hal yang akan menghinakan kita.
Dendam merupakan sifat tercela, yang iblis susupkan dalam sanubari manusia yang lemah, dan selemah lemahnya iman. Iblis sangat suka pada manusia jenis ini, manusia yang kurang iman.
Sehingga pantas mereka yang tidak berilmu, minim pengetahuan keagamaan, jauh dari ajaran baginda Nabi mudah di rasuki dendam.
Dendam tidak akan pernah memberi kebaikan pada pencapaian spiritual kita, ia menjadi hijab yang akan membatasi potensi daya kilau hati, untuk bisa menembus alam-alam keghaiban milik sang maha pencipta.
Maka untuk menjadi manusia yang menuju Insan Kamil, kesempurnaan kita sebagai manusia, jangan sampai terhalangi karena masih adanya setitik dendam yang menempel pada hati kita.
Bagaimana menghilangkan Dendam :
- Jadikan hati kita selalu bersih, besar rasa kasih sayang, dan mampu untuk memaafkan kesalahan orang yang menyakiti hati kita.
- Jangan biarkan mengendapkan rasa kesal, marah, dan hal buruk lainnya pada hati kita, murnikan terus hati kita dengan sering berisigfar, sehingga hal tercela yang ada dalam hati, terkikis dengan istigfar kita.
- Selalu meneladani Nabi dalam setiap perilaku, dan mau belajar mengikutinya, khususnya dalam bermuamalah yang baik, yang menjauhi sifat tercela, menaruh dendam.
- Bergaul dengan orang-orang soleh yang bisa terus saling mengingatkan dalam kebaikan.
- Selalu berprasangka baik pada setiap orang, dan menjauhi hal yang tidak bermanfaat yang bisa menimbulkan perselisihan.
Ajaran Agama kita, Islam, melarang keras bagi umatnya untuk memiliki sifat pendendam. Hal ini dikarenakan sifat dendam akan membuat seseorang menjadi hilang akal dan dikuasai oleh nafsu yang membabi buta ingin menyakiti seseorang. Dan hal tersebut akan membuat kita semakin jauh dari Allah SWT.
Dendam adalah senjata andalan Iblis dalam menumpahkan perpecahan, putusnya silaturahmi, dan hubungan persaudaraan. Iblis sangat menyukai bab dendam ini, dan terus mengkreasi mencari hal inovatif memoles dendam menjadi indah, padahal itu merusak segala rupa bentuk keimanan dan ketaqwaan kita.
Lalu apakah manusia pantas tertipu oleh tipu daya iblis ini ?
Maka marilah kita lihat sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bersabda yang artinya: “Orang-orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling pendendam.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Marilah kita menjadi manusia yang memiliki kebaikan dalam bisa memaafkan kesalahan dari sesama kita.
Beningkan hati kita, untuk menjadi hati yang memiliki kwalitas terbaik.
Hati yang penuh kesantunan, hati yang penuh kegembiraan, dan hati yang jauh dari penyakit-penyakit hati yang mampu menyesatkan tujuan manusia dalam mencapai ketaqwaannya pada Tuhan yang maha Rahman dan Rahim.
Alhamdulillah.
Semoga Bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn