The news is by your side.

Pelajaran Etika dari Pelajaran Hidup Umar ibnu al-Khattab

  1. Penyayang Binatang Vs. Eksploitasi Habitat

Suatu ketika Amirul Mukminin Umar ibnu al-Khaththab Ra. tengah duduk disamping unta yang sakit. Ia duduk sambil menangis dan berkata, “Demi Allah, aku tidak mengerti apa yang terjadi pada mu. Aku sungguh takut, kelak Allah akan menanyaiku tentang mu dan meminta pertanggungjawaban ku pada hari kiamat.” Waktu itu, Khalifah Umar Ra. pernah mengatakan, “Jika ada seekor unta yang tergelincir di jalan di negeri Iraq, aku takut dituntut Allah di akhirat kelak: Mengapa kau tak membuat jalan yang baik sehingga seekor unta tergelincir karenanya?” Di waktu lain, Ali ibnu Abi Thalib Ra. melihat orang tinggi besar dan gagah sedang berlari cepat bagaikan prajurit perang. Ternyata, setelah dilihat dengan seksama, beliau Umar ibnu al-Khaththab Ra., Ali ibnu Abi Thalib Ra. bertanya, “Mau kemana wahai Amirul Mukminin?”, “Ada unta sedekah (milik negara) yang kabur, aku berlari mengejarnya!” jawab Umar. Dalam riwayat lain, lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, matahari seakan didekatkan hingga sejengkal. Dan lelaki itu masih terus berlari mengejar dan menggiring seekor anak unta sambil menutupi wajahnya dengan sorban dari pasir yang beterbangan. Tidak jauh darinya, berdiri sebuah dangau berjendela. Sang pemilik, Utsman ibnu Affan, sedang beristirahat dengan hidangan buah-buahan dan air sejuk sambil melantunkan ayat-ayat al-Qur’an. Ketika melihat lelaki yang berlari-lari itu, beliau mengenalinya, “Masya Allah” Utsman berseru, “Bukankah itu Amirul Mukminin?” Ya, lelaki tinggi besar itu ialah Umar ibnu al-Khaththab. “Ya Amirul Mukminin!” teriak Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya, “Apa yang engkau lakukan di tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!” Dinding dangau disamping Utsman bergerak keras diterpa angin yang deras. “Ada dua ekor unta sedekah yang tertinggal dari kawanannya, sementara kawanan unta sedekah telah berlalu, maka aku berniat untuk menyusul dan membawa mereka ke pekarangan khusus sebab aku khawatir mereka hilang. Aku takut Allah akan menanyakan pada ku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai Utsman!” Umar berteriak dari kejauhan. “Masuklah kemari!” seru Utsman, “Akan ku suruh pembantu ku menangkapnya untuk mu!”. “Tidak!”, balas Umar, “Masuklah Utsman! Masuklah!”. “Sungguh, hai Amirul Mukminin, kemarilah. InsyaAllah unta itu akan kita dapatkan kembali.”. “Tidak, ini tanggungjawab ku. Masuklah engkau hai Utsman, anginnya makin kencang dan badai pasirnya deras!” Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya dan bergumam dengan suara perlahan, “Demi Allah, engkau wahai Umar bagaikan Nabi Musa As. seorang yang kuat lagi terpercaya.”[14]

Penulis
Taufik Hidayat

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.