The news is by your side.

Puasa Ramadhan: Pilar Toleransi dan Kebangsaan dalam Perspektif Nahdlatul Ulama

Rommy Prasetya, aktivis muda NU Kota Bogor – Bulan Ramadhan merupakan momen sakral dalam kehidupan umat Muslim yang tidak sekadar bermakna ritual ibadah, melainkan juga representasi mendalam akan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan kebangsaan. Setiap tahun, jutaan Muslim Indonesia menjalani puasa sebagai praktik spiritual yang mempertemukan dimensi personal dengan tanggung jawab sosial, mencerminkan khazanah kearifan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Nahdlatul Ulama (NU), organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, telah lama mengembangkan konsep puasa yang melampaui sekadar menahan diri dari makan dan minum. Melalui pemahaman keagamaan yang komprehensif, NU mendorong umatnya untuk memaknai puasa sebagai proses transformasi spiritual dan sosial, di mana setiap individu dilatih untuk mengembangkan empati, solidaritas, dan kesadaran kebangsaan yang mendalam.

Dalam konteks kebangsaan, puasa Ramadhan menjadi momen strategis untuk merekatkan persatuan di tengah keberagaman. Praktik berbuka puasa bersama yang dilakukan lintas agama dan suku menunjukkan bahwa toleransi bukanlah sekadar wacana, melainkan realitas hidup yang dapat dirasakan. NU selama ini konsisten mempromosikan semangat kerukunan, membuktikan bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekayaan yang memperkuat bangunan kebangsaan.

Filosofi puasa sesungguhnya adalah proses penyadaran akan kesetaraan kemanusiaan. Ketika seorang muslim menahan lapar dan haus, ia diingatkan akan penderitaan mereka yang sehari-hari kekurangan. Hal ini mendorong lahirnya kesadaran sosial yang tinggi, di mana kepedulian terhadap sesama menjadi panggilan moral yang tak terpisahkan dari ibadah puasa itu sendiri.

Nahdlatul Ulama telah berperan sangat signifikan dalam mewujudkan konsep toleransi yang substantif. Melalui jejaring pesantren dan basis sosial keagamaannya, NU telah menjadi benteng kerukunan di tengah potensi gesekan antarkelompok. Puasa Ramadhan dimaknai bukan sekadar ritual individual, melainkan momentum untuk memperkuat ikatan kemanusiaan yang melampaui sekat-sekat primordial.

Semangat kebangsaan yang dikembangkan selama Ramadhan sejalan dengan cita-cita para pendiri bangsa dalam membangun Indonesia yang berbhineka. Puasa mengajarkan pentingnya musyawarah, saling menghormati, dan mengedepankan dialog dalam menyelesaikan setiap perbedaan. Nilai-nilai inilah yang sesungguhnya menjadi fondasi kekuatan Indonesia sebagai negara multikultural.

Praktik sosial yang dikembangkan selama Ramadhan, seperti zakat, infak, dan sedekah, secara nyata telah memberikan kontribusi signifikan terhadap penguatan kesejahteraan masyarakat. Melalui mekanisme distribusi yang transparan, NU telah membuktikan bahwa semangat keagamaan dapat menjadi instrumen efektif dalam mendorong keadilan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Toleransi yang dipraktikkan selama Ramadhan bukanlah sekadar toleransi permukaan, melainkan toleransi yang dibangun atas kesadaran mendalam akan martabat kemanusiaan. Hal ini tercermin dari sikap NU yang selalu mendorong dialog konstruktif, menolak kekerasan, dan meneguhkan prinsip-prinsip kemanusiaan universal, bahkan di tengah situasi sosial yang kompleks sekalipun.

Puasa Ramadhan dalam pandangan NU adalah momentum untuk melakukan refleksi diri, memperbaiki kualitas hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Ia bukan sekadar ritual tahunan, melainkan gerakan sistematis untuk transformasi spiritual dan sosial yang berkelanjutan, yang pada gilirannya akan memperkuat ikatan kebangsaan.

Dengan demikian, puasa Ramadhan melalui perspektif Nahdlatul Ulama tidak hanya bermakna ritual keagamaan, tetapi telah menjadi gerakan kemanusiaan yang mendalam. Ia adalah representasi nyata dari semangat kebangsaan, toleransi, dan solidaritas sosial yang menjadi karakteristik utama bangsa Indonesia, sebuah cara sistematis untuk terus memperkuat dan memperdalam nilai-nilai kemanusiaan di tengah keberagaman yang ada.

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.