Sejarah Pergerakkan NU di Pondok Cina Beji Depok
Oleh: Darul Qutni S.S.I (Wakil Ketua Tanfidziyah MWC NU Beji / Koordinator Brigade Aswaja Beji Depok dan Anggota Pergunu kota Depok)
Sebagaimana dilansir oleh media daring Kompas.Com (2017) bahwa berdasarkan skripsi arkeologi di Universitas Indonesia yang ditulis Rian Timadar, “Persebaran Data Arkeologi di Permukiman Depok Abad 17-19 M: sebagai Kajian Awal Rekonstruksi Sejarah Permukiman Depok” (2008), nama Pondok Cina sudah tertulis dalam laporan perjalanan Abraham van Riebeeck pada 1703, sebelum dia menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1709-1713).
Riebeeck saat itu menulis rute perjalanannya, yaitu “Batavia-Cililitan-Tanjung (Tanjung Barat)-Seringsing (Srengseng)-Pondok Cina-Pondok Pucung-Bojong Manggis-Kedung Halang-Parung Angsana”.
Namun, cerita tentang Pondok Cina lebih tua ketimbang perjalanan Abraham van Rieebeck itu.
Kisah munculnya Pondok Cina tak lepas berkat peran saudagar bernama Cornelis Chastelein yang membeli tanah di kawasan Depok Lama dari Lucas Meur pada 18 Mei 1696.
Setelah itu, Chastelein mengembangkan Depok menjadi kawasan perkebunan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pekerja perkebunan, Chastelein kemudian membangun pasar di Depok.
Para pedagang Tionghoa pun memanfaatkan kesempatan itu untuk berjualan. Sebagian besar dari mereka merupakan pedagang kelontong.
Akan tetapi, Chastelein melarang para pedagang Tionghoa itu untuk menetap di kawasan perkebunan miliknya.
Dalam surat wasiat atau testamen yang ditulis, Chastelein tidak senang dengan kebiasaan buruk para pedagang Tionghoa saat itu, antara lain berjudi dan menggunakan candu.
Karena jarak Depok-Batavia yang terlalu jauh untuk ditempuh setiap hari, para pedagang Tionghoa itu minta diperbolehkan tinggal di luar kawasan perkebunan milik Chastelein.
“Mereka bermukim di suatu tempat yang disebut sebagai Kampung Bojong. Lama-kelamaan nama Kampung Bojong hilang dan timbul sebutan Pondok Cina sampai sekarang,”tulis Rian Timadar (Kompas.Com, 2017)
Wilayah Kecamatan Beji Depok, menurut para tokohnya dikenal sebagai awal berkembangnya ajaran Islam di Depok, Jawa Barat pada Abad 19. Tulisan ini bermaksud mengangkat perkembangan Aswaja dan NU sebagai salah satu ormas Islam di Kelurahan Pondok Cina Beji Depok
Pergerakan NU di Pondok Cina Beji Depok berawal 19 tahun yang lalu (2000) dalam kesempatan buka puasa bersama di Bulan Ramadhan. Ketika itu para tokoh dan warga NU setempat bersepakat untuk bangkit. Usai ramadhan, para tokoh dan warga NU pondok cina kembali berkumpul untuk mendorong kebangkitan NU. Para tokoh dan warga tersebut adalah Alm H Shomad, KH A Zarkasyih, Alm H Musa, Alm H Tatang, H Arifin Depok, H Arifin Jakarta, H Sarman, H Syarifuddin, dll.
Menurut Rais Syuriah saat ini, Ranting NU Pondok Cina saat ini yaitu H Djajadi, peran Haji Shomad sangat penting dalam kebangkitan ini. Mungkin karena latar belakangnya sebagai pengawal pribadi Ketua Umum PBNU saat itu, Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid).
Aspirasi ini kemudian ditindaklanjuti oleh pengurus PCNU Depok kala itu yaitu Rais Syuriah KH Maisar Yunus dan Ketua Tanfidziyah KH Mahfudz Anwar. Akhirnya terbentuklah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Kelurahan Pondok Cina yang di-Ketuai oleh H. Syarifuddin. Adapun sekretariatnya berlokasi di Masjid al Khairotul Islam Jalan H Mahalli Pondok Cina Depok.
Masjid Al Khairatul Islam berdiri sekitar 1960-an dan awalnya berlokasi di pinggir jalan raya margonda. sebelum akhirnya dipindah ke dalam gang karena ada pelebaran jalan.
Sejak didirikan, Masjid ini mengadakan pengajian rutin Ahlussunnah Wal Jamaah sampai beberapa periode. Periode pertama yaitu Guru Karim dari Kampung Gedong Kemiri Muka. Kedua Muallim Hasan. Ketiga KH Ahmad Ridwan. Keempat KH Makmur Murod. Kelima Ust Afhami.
Amaliyah Nahdliyyah yang dilakukan oleh warga NU Pondok Cina adalah istighatsah rutin di kediaman Ust Afhami, Ziarah Walisongo, Ziarah Habib Soleh Tanggul, Tahlilan dll.
Saat Gus Dur jadi Presiden RI juga mampir berkunjung ke Sekretariat PRNU Pondok Cina. Sebab pengawal pribadinya Haji Shomad mengadakan hajatan di kampung tersebut. *