The news is by your side.

Tahlil untuk Buya Syafi’i, Ulil Abshar Abdalla: Ini Malam Bersejarah, Ada Tokoh Muhammadiyah yang Ditahlilkan di Masjid NU

Pada Kamis 2 Juni 2022, Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM (Lakpesdam) PBNU berkolaborasi dengan Lajnah Ta`lif wan Nasyr (LTN) PBNU menyelenggarakan tahlil dan doa bersama memperingati 7 hari wafatnya dua tokoh penting dari dua organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, yakni Alm. K.H. Abbas Mu’in (Ketua PBNU periode 1999-2005) dan Alm. Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif (Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005).

Sebagaimana diketahui bahwa Kyai Abbas dan Buya Syafi’i wafat di hari yang sama, yakni pada Jum’at 27 Mei 2022 lalu. Buya Syafi’i wafat pada pagi hari, sedangkan Kyai Abbas pada sore harinya. Kepergian kedua tokoh tersebut membawa duka yang mendalam, tidak hanya bagi warga dari kalangan NU maupun Muhammadiyah melainkan juga bangsa Indonesia.

Acara ini diselenggarakan di Masjid An-Nahdlah kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta Pusat, juga disiarkan secara langsung melalui zoom dan kanal YouTube TVNU. Acara ini dihadiri puluhan peserta secara offline dan ratusan peserta secara online. Acara diawali dengan pembacaan surah Yasin, tahlil dan juga doa bersama bagi kedua almarhum. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dan testimoni atas kedua almarhum.

Ketua Lakpesdam PBNU, Gus Ulil Abshar Abdalla, turut memberikan sambutan. Di awal sambutannya, beliau memberikan sedikit guyonan dengan mengatakan bahwa itulah pertama kalinya ada tokoh Muhammadiyah yang “ditahlilkan” di masjid NU.

“Malam ini adalah peristiwa yang bersejarah, saya kira inilah pertama kali sejak berdirinya masjid An-Nahdlah, ada tokoh Muhammadiyah yang ditahlilkan di masjid NU. Baru sekarang ini.” Ucapnya.

Tradisi tahlilan memang identik dengan NU, setiap warga NU menyelenggarakan tahlilan untuk memperingati wafatnya kyai, keluarga maupun kerabat di hari-hari tertentu. Tradisi ini tidak dipraktekkan di kalangan warga Muhammadiyah.

Menurut Gus Ulil, menahlilkan tokoh Muhammadiyah adalah sesuatu yang tidak biasa, dan ada alasan kuat terkait dengan pembacaan tahlil untuk Buya Syafi’i.

“Mengapa kita menahlilkan Buya Syafi’i? Alasannya, karena Buya Syafi’i adalah tokoh yang tidak hanya milik Muhammadiyah melainkan juga semua golongan umat Islam, sebagaimana Gus Dur dulu yang tidak hanya milik NU melainkan juga semua golongan.” Jelasnya.

Gus Ulil juga mengaku bahwa beliau memantau grup-grup WhatsApp yang diikutinya dan mengatakan bahwa duka cita dari kalangan warga NU tidak kalah banyak dibandingkan warga Muhammadiyah, dan itu merupakan salah satu bukti bahwa Buya Syafi’i adalah milik semua golongan.

Gus Ulil menutup sambutannya dengan mengungkapkan syukur karena bangsa Indonesia masih memiliki tokoh yang mampu melintasi batas.

“Kita sebagai bangsa Indonesia beruntung memiliki tokoh-tokoh seperti Buya Syafi’i, Gus Dur, dan tokoh-tokoh besar lainnya, yang ketokohannya tidak hanya terbatas pada ormas tempat tokoh tersebut berada. Ketokohannya melintasi batas.”

Selain Gus Ulil, beberapa tokoh lain yang berkesempatan memberikan sambutan adalah Bapak Ahmad Suaedy, Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA); Bapak Ishaq Zubaedi, ketua LTN PBNU, Bapak Rumadi Ahmad, ketua Lakpesdam PBNU periode 2015-2021, dan lainnya.

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.