Terorisme Musuh Kita Semua, Dukung TNI POLRI Tumpas Teroris
Rabu, 7 Desember 2022 pukul 08.45 WIB didapat informasi telah terjadi bom bunuh diri di halaman Polsek Astana Anyar No. 340 Bandung.
Dari video-video yang beredar, sesaat setelah terdengar bunyi ledakan, warga di sekitar Polsek Astana Anyar panik mencari sumber ledakan. Ternyata ada pelaku bom bunuh diri di halaman masuk Polsek yang menewaskan pelaku bom bunuh diri, satu petugas kepolisian dan lainnya terluka.
Dilansir dari news.com Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengungkap pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Barat. Dari pemeriksaan sidik jari diketahui pelaku bernama Agus Sujatno alias Abu Muslim bin Wahid (34). Lahir di Bandung, 24 Agustus 1988 alamat jl.Cibangkong RT 4 RW 11 Batu Nunggal Kota Bandung.
Setelah kejadian bom bunuh diri, semua mata melihat. Siapa sebenarnya pelaku bom bunuh diri. Pelaku ikut kajian khusus JAD wilayah Bandung Selatan (atas perintah Yayat Cahdiyat alias Abu Salam).
Kita semua berduka atas kejadian bom bunuh diri, apalagi pelaku mengatasnamakan Islam. Pelaku bom bunuh diri melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, menghilangkan nyawanya sendiri dan orang-orang yang tidak bersalah. Semua agama mengkutuk perbuatan keji ini. Bom bunuh diri tidak dibenarkan oleh agama apapun. Para teroris telah menebar teror untuk menakut-nakuti aparat kepolisian dan TNI serta pemerintah. Pelaku teroris menganggap Polisi, TNI dan Pemerintah adalah kafir dan perlu diperangi. Hal itu tidaklah benar bahkan fitnah yang keji.
Kepolisian, TNI dan pemerintah melaksanakan kewajibannya untuk melindungi segenap warga negara Indonesia dari segala macam teror yang dilakukan pelaku terorisme. Apa yang dilakukan TNI, Polri dan pemerintah sudah sesuai dengan jalurnya, tidak melanggar nilai-nilai Islam dan agama lainnya. Justru Pemerintah bersama TNI dan Polri selalu menjaga kerukunan umat beragama dalam menjalankan ibadatnya.
Mengapa kejadiannya sering dilakukan di POS pintu masuk kantor polisi. Pelaku bom bunuh diri, melakukan aksinya di depan kantor polisi, tentu ada alasannya.
Untuk saat ini aparat penegak hukum yaitu pihak kepolisian menjadi sasaran empuk pelaku bom bunuh diri. Inilah alasan para pelaku bom bunuh diri yang dilakukan di kantor polisi. Polisi dianggap para penegak “hukum setan” atau penegak hukum “kafir” menurut versi pelaku teroris. Sesuatu yang menghalangi gerakan para teroris dianggap kafir atau sesat, halal darahnya. Artinya anggota teroris yang menjadi pelaku bom bunuh diri dianggap telah melaksanakan tugas mulia karena berhasil membuat teror atau ketakutan di pihak kepolisian.
Sejatinya pelaku teroris tahu, kalau polisi adalah penegak kebenaran dan pelindung masyarakat. Atau kepolisian identik dengan anggota Densus 88 anti teror.
Densus 88 di pusat (Mabes Polri) beranggotakan sekitar 400 yang terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu. Selain di pusat, Densus 88 anti teror juga ada di masing-masing Kepolisian Daerah (Polda). Densus 88 anti teror terus mencari para pelaku teroris. Disinilah polisi dianggap penegak hukum setan atau kafir, karena selalu menghalau kelompok teroris.
Dari pengakuan pelaku teroris, banyak diantara mereka melakukan pemahaman takfiri, mengkafir-kafirkan orang yang tidak sefaham, atau pihak yang menghalang-halangi langkah mereka.
Salah satu bukti adalah tulisan yang tertera di motor pelaku, “KUHP = HUKUM SYIRIK / KAFIR, PERANGI PARA PENEGAK HUKUM SETAN QS. 9 : 29. Itu surat At-Taubah ayat 29. Para pelaku terorisme tidak mau memahami ayat Al-quran secara utuh dan kaffah, hanya penggalan ayat saja dijadikan gerakan teror mereka. Tidak mau belajar kepada orang yang ahli tafsir Al-Quran. Itulah ciri-ciri dari kelompok kaum khawarij di abad modern ini. Memaknai sendiri dan ditafsirkan sendiri penggalan ayat Al-Quran, kemudian mengkafir-kafirkan orang yang tidak sefaham, itulah kesesatan yang sejati dari ajaran terorisme.
Pasca adanya bom bunuh diri, TNI dan Polisi semakin waspada dan terus berjaga-jaga, jangan sampai kecolongan lagi. Pihak kepolisian harus super tegas, siapa saja yang dianggap mencurigakan, segera untuk diamankan. Jangan sampai lengah. Karena teroris ada di sekitar kita, dan terus mengincar kantor-kantor kepolisian untuk dijadikan target bom bunuh diri.
Terorisme musuh kemanusiaan, musuh semua penganut agama, teroris bukan pejuang agama. Kami semua mengutuk perbuatan teror dan apapun yang dilakukannya adalah perbuatan biadab tidak berperikemanusiaan. Melukai diri sendiri hancur berkeping-keping adalah kegiatan sia-sia, mati dengan penuh ketotolan apalagi melukai dan menghilangkan nyawa orang-orang yang tidak bersalah.
Kita semua berduka dan marah atas kejadian bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung. Jangan sampai hal serupa terjadi lagi. Apalagi bulan Desember ada momen menyambut Natal dan Tahun Baru.
Mari semua komponen anak bangsa, kita dukung kinerja TNI dan Polri serta Pemerintah untuk terus tumpas teroris di negeri ini.
Tanpa dukungan dari masyarakat sangatlah mustahil TNI dan Polri bisa bekerja menghalau kelompok teroris. Terus bekerja TNI Polri, hadang dan ambil sikap tegas setiap kegiatan radikalisme intoleransi dan terorisme. Jangan sampai terkecoh dengan tampilan agamis, tapi kelakuannya sangat mendukung terorisme. Jangan sampai kecolongan, lebih waspada dan semakin tegas memberangus kelompok terorisme. Agar negeri ini tidak terkoyak dengan adanya pelaku yang mengembangkan faham takfiri. Mengkafir-kafirkan orang yang tidak sefaham dengan kelompoknya.
Pemerintah, TNI, POLRI, ASN, pemangku kebijakan dari pusat sampai pedesaan juga terus menjaga wibawanya, bekerja dengan amanah, jujur, adil dan lebih profesional, agar masyarakat luas lebih mendapatkan perlindungan hukum.