Hadis Palsu Dukhan dan Fenomena Berislam yang Gemar Kiamat-kiamat
Awal mula dari ajakan kaum hijrahers ialah dengan memanfaatkan keawaman korban dengan mengajaknya turut serta dalam kajian-kajian religi eksternal kampus, kemudian berlanjut ke ajakan-ajakan hijrah yang sangat laris di kalangan remaja putri, hingga ajakan untuk menegakkan Khilafah.
Titik doktrin yang paling tinggi dan paling berbahaya ialah ajakan untuk berjihad atau berperang dengan bergabung dalam jaringan-jaringan ekstrimis seperti Jamaah Islamiyah (JI), Al-Qaeda, hingga ISIS demi menegakkan Khilafah Islamiyah. Pertengahan tahun 2019 lalu Brigjend Pol. Ir. Hamli selaku Direktur Pencegahan BNPT mengatakan, angka radikalisme di kampus masih tinggi. Hasil riset Setara Institute juga membuktikan kebenaran statment Brigjend Hamli.
Bagaimana Sebaiknya Bersikap?
Menanggapi fenomena hadis palsu seperti hadis tentang Dukhan, sebaiknya hal-hal terkait dengan hadis terlebih dahulu kita cek apakah termasuk dalam golongan Hadis Shahih, Maudhu ataupun Dhaif. Kita perlu paham bahwa tidak semua hadis yang beredar di linimasa media sosial ataupun internet memiliki riwayat shahih. Sehingga sebagaimana informasi, hadis ini perlu dicek faktanya: apakah shahih, dhaif atau maudhu, dan bagaimana asbabul wuruj (asal muasal) nya serta ketepatan dengan narasi yang beredar. Sayangnya memang konten-konten yang bernada ancaman dan menakutkan lebih viral di media sosial dibanding dengan konten-konten yang sejuk dan mencerahkan.
Kemudian terkait jaringan radikal di kampus, otoritas yang berwenang –dalam hal ini pihak kampus—kudu tegas dan konsisten terhadap gerakan-gerakan religius garis keras yang tidak sesuai dengan cita-cita rahmatan lil Alamin. Hal ini perlu dilakukan agar kampus-kampus di Indonesia mampu melahirkan generasi intelektual yang beragama secara inklusif dan moderat.
Buku lain :