Jangan Memanfaatkan Kebaikan Orang, Nabi Tak Mencontohkan
LTN NU Jawa Barat, Bambang Melga Suprayogi M.Sn – Berbuat baik itu adalah amalan yang akan selalu bermanfaat.
Ia meninggalkan jejak dalam diri, bathin setiap penerima kebaikan tersebut. Allah tak menyia nyiakan setiap amalan, semua amal kebaikan walau sekecil jahrah, itu tetap jadi perhitungan yang akan memberatkan timbangan mizan kita di hari kebangkitan.
Mereka yang menerima manfaat dari amal baik seseorang yang membukakan pintu kemudahan disaat kita ada dalam kesulitan, adalah sebaik-baiknya orang beriman, yang betul-betul bisa mengamalkan ajaran agamanya, mengasihi mahluk lainnya yang dalam kesulitan.
Nabi adalah sebaik-baiknya manusia yang telah mengamalkan kebermanfaatan amal baik itu, ia seorang hartawan, yang tanpa segan, banyak memberi, menyantuni, sampai-sampai ia sendiripun benar-benar menghabiskan seluruh hartanya, hanya untuk melakukan amal baik, dengan banyak membantu sesamanya, yang mengalami kesulitan pada masanya.
Nabi, ia sendiripun sama seperti kita, bila memiliki kelebihan harta, ia tak sungkan membantu, maka ia berusaha bisa memanfaatkan keberadaannya dalam kelapangan rezeki, untuk banyak berdarma, membantu saudaranya.
Lalu apa yang ia (Nabi) lakukan bila ada dalam kekurangan dan dalam kesempitan, ia, Nabi, berusaha menahan dirinya, tidak menjadi peminta-minta, atau ingin dibelas kasihi, sehingga akhirnya Allah sendiri mendatangkan umatnya, saudara dalam seaqidah, untuk menjadi penolong baginya.
Coba kita bayangkan, betapa beruntungnya umat bisa menolong seorang Nabi yang dalam kesulitan !
Nabi di bantu sahabatnya, namun Nabi malah membantu sahabat lainnya ketika ia sendiri di tolong saudara seimannya, subhanallah !
Pernah baca kisah sahabat yang akan memberi jamuan makan, khusus untuk Nabi seorang, lantas Nabi malah mengundang yang lainnya untuk turut serta makan bersamanya ?
Akhirnya semua makan bersama-sama dengan Nabi dalam jamuan yang dinukilkan kisahnya itu.
Atau kisah sahabat yang memberi sekeranjang kurma pada Nabi, namun Nabi berikan sekeranjang kurma itu pada sahabat lainnya yang kekurangan, padahal ia (sahabat itu ) berniat ingin membayar dosa yang ia lakukan setelah berhubungan intim dengan istrinya di siang hari saat bulan Ramadhan, tapi tak sanggup memenuhi apa yang Nabi berikan sebagai syarat penebus kesalahannya, sehingga akhirnya, kurma yang diberikan sahabat sebelumnya untuk Nabi, Nabi berikan pada sahabat ini. Apa kata Nabi,
“Ambilah kurma ini untuk kau sedekahkan ke fakir miskin.”
Lalu jawab lelaki sahabat Nabi tersebut,
“Ya Rasulullah, apakah ada orang yang lebih miskin dari kami?,” jawab laki-laki itu dengan wajah tampak kebingungan, “Dari barat hingga timur, tidak ada orang yang lebih membutuhkan ini selain aku,” lanjutnya.
Seperti itulah Nabi, ia tak mementingkan dirinya sendiri, yang ada padanya ia berikan, ia tak menumpuk harta, tak memanfaatkan umat, tak memperkaya diri sendiri…
Perhatikan rumah Nabi, yang bisa kita lihat betapa sederhananya rumah seorang pemimpin agung kita, perhatikan apa yang diwariskan kepada anaknya, Fatimah az Zahra, selain iman dan Islam.
Inilah satu contoh kebaikan yang tulus, dalam membantu saudaranya yang sedang dalam kesulitan.
Namun sekarang ini, upaya mau menolong, mau membantu orang dalam kesulitan sudah hilang, dan mulai menipis, kalopun ada yang mau membantu, itu malah menjadi bisnis yang dimanfaatkan oleh oknum berkedok agama.
Yang menyasar pada mencari orang-orang baik, orang-orang Soleh, orang kaya yang tulus, dan memiliki kepedulian mau membantu, malah jadi celah untuk didekati, dan mereka para saudara kita yang soleh ini, menjadi sisi yang dimanfaatkan, di eksploitasi kebaikannya oleh saudaranya sendiri.
Dengan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya, mengambil manfaat sebesar-besarnya untuk memperkaya dirinya sendiri, bermewah-mewah sendiri, dengan cara memanfaatkan pemberian umat, yang tidak disalurkan secara professional, walau yayasan tersebut sangat terkesan keprofesionalannya, tapi subhanallah !
Jauh panggang dari api !
Bermodus yayasan, bermodus rumah amal, bermodus sumbangan untuk umat.
Tapi fenomenanya yang terjadi, malah kebalikan dari kebaikan amal soleh Nabi dalam mencontohkan di bab menyantuni dan memberi.
Sebaiknya mereka yang melakukan modus seperti memanfaatkan kebaikan soudara muslimnya, segeralah bersadar diri, segeralah bertaubat.
Kemewahan yang didapatkan, besarnya harta yang diperoleh, tak akan menjadi kebaikan buat hidupnya baik di dunia dan di akhirat.
Janganlah menepuk air didulang, terpecik muka sendiri, Allah sangat tahu niat, dan pada akhirnya Allah buka aib yang akan menghancurkan reputasi sendiri, dan organisasi yang salah langkah tersebut.
Berhati-hatilah dalam menjalankan amanah mengelola dana umat, banyak saudara muslim kita yang harus dibantu, ketika bantuan umat di salahgunakan, maka Allah sudah mengingatkan dalam firmanNya, dalam surat Al Baqarah ayat 188, yang artinya :
Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn