The news is by your side.

Kang Bambang di Pondok Pesantren Hidayatul Hikmah Kampung Gajah Eretan, Soreang Kabupaten Bandung

Pondok Pesantren Hidayatul Hikmah ini berada di kabupaten Bandung, berjarak 2 kilometer dari stadion sepakbola Jarak Harupat, tepatnya berada di kecamatan Kutawaringin, di kampung Gajah Eretan.

Pondok pesantren tepi kali Citarum ini, memiliki luas lahan kurang lebih 1000 M2, dengan santri yang ada di sana sekitar 150 orang.

Pondok Pesantren yang akan kita ulas hari ini, merupakan Pondok Pesantren yang awal didirikannya, berawal dari ilapat petunjuk yang datang pada mang Haji Abah, sebutan orang-orang pada pendiri pondok pesantren ini, yang memiliki nama lengkap H. Asep Moh. Hadimi.

Dimana saat ia memiliki usaha di daerah Tanjung Priuk, dan sedang pesat-pesatnya maju, tarikan batinnya mengharuskan ia meninggalkan semua usahanya itu, dan ia harus kembali ke daerah dimana ia di besarkan, khususnya untuk berkhidmat didaerahnya, menjadi seorang yang menetap disana, dan ia juga, diamanahkan untuk menjaga makam leluhurnya, yakni, Makam Dalem Abdul Rahman atau eyang Dalem Gajah. Dan makam eyang Dalem Gajah ini, dari sejak lama telah menjadi situs kabuyutan, makam pusaka masyarakat kabupaten Bandung.

Mang Haji Abah, demikian orang banyak memanggilnya, beliaunya terlahir di daerah gajah Eretan tahun 1970, menamatkan sekolah di sana, hingga akhirnya tahun 1990 ia harus ikhtiar mencari jatidirinya dengan mengunjungi beberapa tempat, di daerah Jawa, Sumatra dan Madura, menjalani lelaku atau menguatkan perjalanan batinnya menimba ilmu pemahaman spiritual.

Hingga antara tahun 1998/1999 mang Abah kembali ke daerah asalnya, setelah harus meninggalkan Tanjung Priok, Jakarta, sebagai seorang pengusaha bongkar muat peti kemas yang sukses di sana.

Sekembalinya ke Gajah Eretan, ia tak tinggal di darat, seperti kebanyakan orang-orang lainnya bermukim, tapi ia tinggal selama tiga tahun di atas rakit yang dijadikan tempat tinggalnya, dan tinggal di tengah-tengah sungai Citarum saat itu.

Selama 3 tahun itu ia habiskan hari-harinya di atas rakit, selama itu pula aktivitas ibadahnya, baik berkhalwat, ngaji, sampai mengajari anak-anak setempat mengaji selama tiga tahun, dengan istiqomah ia jalani hari demi harinya dari atas rakitnya tersebut.

Hidup di atas rakit sebagai tempat ia tinggal, tentunya tak senyaman seperti kita tinggal di rumah, selalu ada saja banjir, air pasang, hembusan angin besar, dan belum lagi binatang melata yang singgah, merupakan hal yang biasa untuk mereka yang hidup dengan pola diluar kebiasaan adat manusia biasa, namun, itulah tantangannya bagi mang Abah yang harus ia lewati dan jalani.

Yaa, jika penulis tafakuri, model hidup selama tiga tahunnya mang Abah di atas rakit, ini tentu sangat menguras kesabaran, butuh ketawakalan, harus kuatnya keikhlasan diri, dan tebalnya bentuk keimanan serta ketaqwaan kita sebagai manusia kepada sang pemilik Alam, Allah SWT.

Bagi kita manusia normal, di Uji hidup prihatin saja banyak manusia yang menjerit, apalagi hidup dengan kerasnya tempaan alam, banyaknya hujatan manusia yang menganggapnya aneh, dan ini merupakan saat-saat yang harus ia jalani, dengan penuh kesabaran, dimana tak semua orang bisa dan kuat menjalani hidup penuh keperihan seperti itu,

Hidup di atas rakit bagi mang Haji Abah, semakin menguatkan sisi ruhaninya yang semakin tertempa, ia akhirnya lebih banyaknya mentadaburi alam yang memberi banyak hikmah dan pembelajaran buat dirinya.

Barulah setelah ada ilapat untuk menyelesaikan tugasnya menjadi penunggu sungai Citarum, iapun mulai membuka lahan di pinggir sungai Citarum, tempat ia sebelumnya berada di tengah sungai Citarum yang terkenal sungai terpanjang di kabupaten Bandung ini.

Pinggiran sungai Citarum saat itu sangat rimbun, dianggap angker, banyak penampakan, sehingga banyak orang tak berani ke sana bila sudah masuk waktunya malam…dan dengan kesabarannya mang Haji Abah, pondok kecil yang awalnya ia buat, akhirnya terus berproses hingga menjadi pondok pesantren yang nyaman seperti sekarang, hingga dari tahun 2015, pondok ini mulai banyak kedatangan para santri, yang berasal baik dari daerah setempat, maupun dari daerah lain yang berdatangan, khususnya untuk belajar agama ke Pesantren milik mang Haji Abah tersebut. Jadi santri di pesantren Hidayatul Hikmah tak ada biaya mondok, alias gratis, malah untuk makan pun oleh mang Haji Abah para Santri di cukupi.

Siapa saja yang jadi santrinya mang Haji Abah itu ?
Bila pondok pesantren biasa, para santri yang mondok menetap di sana, adalah para santri yang memiliki kehidupan normal, dari keluarga yang mengerti agama, dan mau anaknya bertambah ilmu agamanya.

Di tempat pesantrennya mang haji Abah, yakni pesantren Hidayatul Hikmah, para santri terbagi dua, ada santri anak-anak dan santri dewasa. Dan latar belakang dari santri yang dewasa inilah, kita bisa menjumpai beragam profesi dari santri Abah sebelumnya, yang bisa dikatakan besar di dunia jalanan, dunia hitam, dunia premanisme, yang akhirnya menemukan kesadaran hati, balik ingin menata diri, menata masa depannya, sehingga merekapun akhirnya menetap dan ikut bersama Mang Haji Abah, tinggal berkhidmah di Pesantren tersebut.

Selalu ada titik balik, menuju kesadaran hidup yang hakiki, apa yang dicari tak hanya duniawi yang dikejar-kejar, tapi di Pesantren Hidayatul Hikmah ini, santri betul-betul di gembleng lahir batinnya, melakukan puasa di siang hari, ibadah Wajib dan Sunnahnya tak terlewat, selalu ada sholawatan dan Dzikir di malam harinya, hingga pesantren ini hidup dari pagi hingga malam, bahkan sampai pagi harinya lagi, subhanallah.

Siapa mang Haji Abah ?
Ia adalah keturunan langsung dari eyang Dalem Gajah.
Sosoknya sedari kecil sudah memiliki ke istimewaan secara batin.
Beliaunya merupakan seorang pejalan Ruhani, ahli suluk yang pintu kasyafnya sudah terbuka, makrifat, dan karomahnya sudah terbukti banyak menyadarkan orang-orang yang sudah keteteran dalam per jalanan menujuNya, dan mereka yang putus asa dalam hidupnya, sehingga bila bertemu dengannya, laksana membukakan gairah tauhid, dan semangat beragama kita kembali, Alhamdulillah.

Apa yang di ajarkan mang Haji Abah ?
Mang Haji Abah pada para santrinya menanamkan kebutuhan dari kita manusia, untuk bisa memberi makan Ruhani dan jiwa kita, tentunya dengan melaksanakan, puasa, ibadah wajib dan Sunnah, juga Dzikir dengan hitungan tertentu yang mengandung makna. Dan tidak hanya raga saja yang selalu diberi makannya oleh diri kita.

Dengan puasa menurut mang haji Abah, kita akan di kondisikan dalam keadaan kesadaran diri, kontrol penuh atas semua raga kita, sehingga kita selalu dalam keadaan terbaiknya diri pada saat itu. Dengan demikian yang kita cari dalam keadaan diri yang di sucikan itu, mau mencari kebenaran lain, kebaikan lain, yang akhirnya melengkapi puasa yang kita lakukan, sehingga terbentuk keyakinan yang tinggi, dan mau mensyukuri nikmat atas sehat yang kita peroleh.

Puasa setiap hari di Pesantren Hidayatul Hikmah, merupakan hal yang biasa, dan itu dilakukan oleh para santrinya, untuk membayar masa lalu yang puasanya penuh dengan kelalaian, sehingga pada masa mesantren di pesantren ini lah, kesadaran menebus dan membayar puasa di masa lalu yang bolong-bolong selama hidupnya, itu bisa di bayarkan saat mesantren di sini, sehingga tak aneh bila ada santri dewasa yang sudah melakukan puasa selama dua tahun berturut-turut, bahkan ada yang sudah di tahun ke limanya ia berpuasa, subhanallah.

Selain puasa, sholawatan, dan Dzikiran merupakan amalan yang dilakukan setiap harinya, tiada hari tanpa sholawatan dan Dzikiran di Pesantren Hidayatul Hikmah ini, disini, bila telah datang malam, maka para santri akan mengerjakan sholawatan, maupun berDzikir hingga tengah malam bahkan menjelang subuh.

Mang Haji Abah merupakan sosok Kiai yang nyentrik, berambut panjang, wajah oval kearab-araban, dan bicaranya ceplas ceplos apa adanya. Pembawaannya selalu riang, murah senyum, dan sangat kritis menyikapi sesuatu, bahkan celetukan guraupun ia bisa balikan jadi bahan renungan buat para santrinya.

Sepintas beliaunya seperti abah-abah, karena dipanggilnya pun Abah, tapi bila sudah bicara dan menjelaskan suatu perihal, maka ia laksana motivator Ruhani, apa yang meluncur dari bibirnya adalah hikmah, dan kajian mendalam yang membukakan kebekuan pikiran, meluaskan pemahaman, dan setiap statementnya, bisa sampai menghujam ke relung hati terdalam kita, yaa bisa jadi itu karena setiap kata-kata yang ia ucapkan, adalah kebenaran yang tak bisa di sangah dan di sangkal.

Apa pusaka Mang Abah
Pusaka mang Abah adalah doa orang tua, khususnya doa ibu beliaunya.
Pusaka lainnya mang Abah adalah para Karuhun yang pandangannya lebih awas pada saat mereka telah meninggal, dan kita patut terus menyambungkan silaturahmi dengan mendoa kan mereka yang sudah ada di alam barzahnya.

Amalan Mang Haji Abah yang terus dijalani adalah
Kewajiban agama yang lima waktu, puasa, sholawatan, Dzikiran atau Ratiban, dan merayakan haul syeh Abdul Qadir Al Jaelani.

Beberapa catatan dari pernyataan Mang Haji Abah yang sempat penulis tulis, dan menjadi ajarannya, yang ia ingatkan pada setiap santrinya, seperti di bawah ini ;

  1. Allah tidak akan menyiksa, yang menyiksa itu kelakuan kita sendiri.
  2. Jika kita tak dekat dengan hamba Allah yang Soleh, maka jangan harap kita selamat.
  3. Harus memaksakan kebaikan, biar menjadi biasa.
  4. Kita harus mentautan do’a pada orang yang Soleh.
  5. Yatim Ahlaq, lebih susah di luruskan.
  6. Kemunafikan menghancurkan diterimanya doa.
  7. Keikhlasan akan di bantu Allah, ketika ada kebencianakan hilang amalannya.
  8. Batal ibadah, batal amalan
  9. Manusia yang uzlah itu tak berharap apa apa, selain hanya menuju Allah harapannya.
  10. Teu menang olo-olo hirup,
  11. Teu menang hare hare hirup
  12. Akademi hate, akademi Ahlaq tidak ada sekolahnya.
  13. Nyaring, benta, eling.
  14. Ngaji mah diri sorangan Hela.
  15. Ngaji adab, percuma bisa ngaji Qur’an, jika tak ada adab.
  16. Berat lawan adab. Akan Naik ke atas orang yang memiliki adab
  17. Adab akan mengangkat kita jadi wali
  18. Zaman repot jika tak bergaul dengan ulama yang eling
  19. Hidup kita di dunia ini cobaan
  20. Jangan mentang-mentang kita jaya, tak ada hasil, mau apa yg di jagokan.
  21. Bijaksana kesemua mahluk
  22. Tong hayang ditonton ku batur
  23. Gampang jadi pencerah mah, sorangan bae Hela di ceramahan.
  24. Ada bagian bagian tertentu, dan jangan kita mengambil bagian orang lain.
  25. Tak harus membedakan manusia, karena kita tak tahu ia akan jadi wali.
  26. Silaturahmi itu akan jadi obat, akan jadi berkah.
  27. Permainan hidup seperti sepak bola, siapa bisa menangkap bola ia tak akan terkalahkan.
  28. Kerja dulu, jangan minta upah
  29. Kita ini harta Karun orang tua yang sudah tidak ada.
  30. Doa itu mengikuti kemanapun kita pergi, asal kitanya mau di doakan.
  31. Doa tidak terlihat tapi terasa
  32. Yakin kepada doa ibu bapak, dengan keyakinan maka jadi.
  33. Masih mending hidup dari sampah, asal kita bisa mengolahnya jadi intan berlian, dari pada kita hidup kita malah jadi sampah.

Begitulah beberapa wejangan mang Haji Abah atau R. KH. Asep Muhammad Hadimi (Abah Awing) ini, dalam mengingatkan para santrinya agar selalu memiliki niat tulus, dan selalu berbaik sangka pada siapapun.

Semoga selalu ada keberkahan dengan kita mengenali sosok-sosok Soleh, sekaligus kita bisa dapat inspirasi hidup, dan semoga kisah perjalanan dari pesantren ke pesantren yang penulis tulis ini, bisa selalu mengingatkan kita pada jalan kebaikan…aamiin.

Silahkan untuk para umat Muslim yang ingin mengenali mang Abah, bisa melihatnya melalui situs YouTube Hidayatul Hikmah.

Dan bila ingin berkunjung ke pesantrennya, bisa terlebih dahulu menghubung kang Agus Acong, di nomor kontak+62 821-1529-7488.
Alhamdulillah

Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn
Ketua LTNNU Kabupaten Bandung.

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.