Kang Bambang Melga di Pesantren Al-Rasyid Mama Cibaduyut
Kali ini penulis mendatangi pesantrennya mama Cibaduyut, yang meninggalkan jejak eksistensinya, dengan membangun Pesantren di Wilayah Cibaduyut, tepatnya beralamat di Jl. Cibaduyut Raya No. 65 Rt. 03/01 Kel. Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul Cimahi.
Wilayah ini terkenal akan daerahnya, yang menjadi tujuan destinasi wisata, karena di sinilah hasil produk sepatu buatan masyarakat setempat, banyak dipasarkan di toko-toko sepatu yang berada disekitarnya.
Sepintas jika kita hanya melihat hamparan pertokoan sepatu yang berjajar di sana, kita pastinya akan terkecoh, dan tak tahu, bahwa di daerah Cibaduyut tersebut, ada gerbang penanda yang menunjukkan salah satu pesantren tua, yang pada awal sebelum masa kemerdekaan RI, Pesantren ini telah sangat diperhitungkan, dan banyak melahirkan para ulama setelahnya.
Pesantrennya Mama Cibaduyut bernama Pondok Pesantren ar-Rasyid, saat penulis kesana, penulis melihat pondok pesantren ini menempati lahan yang lumayan luas untuk ukuran sebuah pesantren yang saat ini berada di tengah kota.
Pesantrennya sendiri saling berhadapan dengan lokasi pemakaman dari makam keluarga besar mama Cibaduyut, dan letaknya yang agak masuk kedalam, membuat kesan tak ada sesuatu yang spesial di dalam gang masuk itu, padahal setelah kita bisa masuk, akan terasa suasana lain, dan auranya, seperti membawa kita, masuk di suasana masa lalu.
Yaa, Mama Cibaduyut merupakan satu nama tokoh ulama besar, yang ketokohannya banyak disebutkan para kiai, dan para Habaib, serta para tokoh ulama di Jawa Barat. Beliaunya adalah Kiai yang bisa disebut terlahir di wilayah perkotaan pada masa itu, namun ia tak terpengaruh budaya kota yang melenakannya.
Penulis saat kesana, bertemu dengan cicit dari KH. Raden Muhammad Zarkasyi yang akrab dipanggil Mama Cibaduyut, cicitnya ini biasa disebut dengan panggilan Kang Bin, ia menempati pondok pesantren Ar Rasyid, bersebelahan dengan pamannya yang juga menempati bagian rumah sebelahnya.
Bagaimana kiprah Mama Cibaduyut ini, dari beberapa sumber literasi, sebelum pesantrennya yang berada di Cibaduyut ini ada, mama Cibaduyut telah mendirikan Pesantren di Cigondewah, dan memiliki banyak satri yang belajar padanya, dari keterangan yang penulis baca menurut Ust.Abad Badru Zaman, pemimpin Ponpes Al Manshuriyyah Ciserang Plered Purwakarta, Santrinya saat itu ada sekitar 450 orang, dan pada masa itu, santri sebanyak ini merupakan rekor dalam mengumpulkan banyak orang buat mau belajar agama, sedangkan masa-masa itu adalah masa sulit bagi semua orang, dan masih sedikit jumlah Kiai-kiai yang mumpuni dalam suatu wilayah.
Keistimewaan Mama Cibaduyut, ia merupakan Kiai yang melahirkan kiai-kiai berikutnya yang masyhur dikala itu, dan yang belajar pada beliaunya diantaranya adalah, mama eyang Rende, seorang ulama yang dikenal juga kewaliannya, dari daerah Rende Bandung Barat Cikalong wetan, Mama Gentur, Mama Sukaraja, Mama Jelegong dan para kiai lainnya, yang akhirnya bisa menjadi paku bumi tanah Pasundan yang namanya harum sampai sekarang.
Pada masa Mama Cibaduyut masih muda, dan ia berhasil membangun pesantren di daerah Cigondewah, ia dengan bangga mendatangi ayahandanya mama Antapani, KH. Rd. Muhammad Ali, namun dari Mama Antapani sang ayahnya, malah beliaunya berkata : “Jaang, ujang belum sempurna jika belum berguru ke Syekh Kholil bangkalan madura, tinggalkan pesantren, titipkan ke istri, meskipun kamu sudah jadi ulama besar. ”
Dari petunjuk ayahandanya ini, mama Cibaduyut pun menuju Madura, dimana Syech Holil Bangkalan menetap, dan anehnya sebelum mama Cibaduyut datang, Syech Holil Bangkalan sudah tahu dan menyambut kedatangannya saat sudah tiba di Pesantrennya.
Oleh Syech Holil, Mama Cibaduyut dalam menimba ilmu darinya, tidak memerlukan waktu yang lama, karena maqomnya sudah berbeda dengan para santri lainnya, sehingga cara Syech Holil memasukan mama Cibaduyut kedalam kamar yang gelap, dan di kunci dari luar, adalah satu cara yang merupakan cara dari wali kutub, mengajari wali lainnya, untuk segera memahamkan apa yang ia ingin ketahui. Hingga setelah beberapa saat Syech Holil Bangkalan pun membuka pintu kamar itu, dan mengatakan ke Mama Cibaduyut bahwa ilmu yang ingin dipelajarinya telah sempurna.
Seperti Itulah salah satu keramatnya Syekh Kholil Bangkalan yang menjadi Syaikhul Wushul, Syaikhul Futuhnya Mama Cibaduyut.
Sekembalinya dari Bangkalan Mama Cibaduyutpun terus mengembangkan syiar ilmu agamanya, Pesantrennya di konsentrasikan berpusat di daerah Cibaduyut, hingga peninggalannya itu masih bisa kita saksikan sampai sekarang.
Saat penulis kesana, Pesantren Al Rasyid peninggalan Mama Cibaduyut terlihat sepi, santrinya sudah sangat berkurang, malah yang adapun hanya santri kalong, yang tidak menetap.
Tahun 1947 Mama Cibaduyut meninggal dunia, dan dimakamkan di depan pesantrennya, di pemakaman keluarga mama Cibaduyut.
Makamnya sampai kini masih banyak di datangi para penziarah, dan haulnya masih terus diperingati setiap tahunnya oleh keluarga besar dan para pecinta mama Cibaduyut.
Masuk pada bulan Ramadhan ini, setiap hari bada Ashar, selalu diadakan pengajian sampai pukul 17.00 di makam Mama Cibaduyut oleh keluarga besarnya, alhamdulillah.
Pewarta Bambang Melga Suprayogi M.Sn