Rahasia Hati Kita
Hati kita merupakan hadiah Allah, yang mampu merefleksikan keberadaanNya, merasakan kemaha besaranNya, dan bisa menangkap getaran-getaran dan petunjukNya, secara langsung.
Hati manusia juga adalah kunci pembuka pintu awal untuk mampu berdialog denganNya, menyaksikanNya, dan itu dimungkinkan karena saking kuatnya hati kita memiliki daya tembus, yang tak terbatas, melebihi penglihatan indera mata kita yang seluas pandang, namun masih terhalang oleh sesuatu yang menutupinya ketika ada yang menjadi penghalang.
Maka dengan hati yang suci, bening, dibarengi pandai bersyukur, dan keikhlasan padaNya, Allah akan mengajari dengan sendiriNya, cara kita bisa sampai padaNya.
Seseorang yang sudah memiliki hati yang cukup, ia akan dilapangkan dari kesempitan, ia kaya akan kebahagiaan, walau secara kasat mata oleh orang lain, ia di anggap serba berkekurangan.
Untuk hati yang condong pada Allah, setiap ucapan yang keluar dari mulutnya adalah hikmah, ia takut akan dosa, hingga perkataannya pun akan sangat hati-hati dan tak mau menyakiti siapapun.
Hati yang sudah seperti itulah, hatinya para pemilik akherat yang sebenarnya. Ia lebur dalam kecintaan dan kegandrungan padaNya.
Dunia yang menggiurkan dan penuh pesona hilang pengaruhnya,
Untuk hati yang sudah kuat hanya Allah pada dirinya, maka dalam hatinya hanya ada Allah yang memenuhi rongga dadanya, alam pikiran di benaknya, dan nafsunya, tak ada hal lain, hanya Allah, kepada Allah, dan untuk Allah saja hatinya condong.
Allah, Allah, Allah, itulah dzikir dari dirinya yang tak pernah putus, dihatinya terus menyebut Dzat yang menghidupkannya, hingga Allah pun menghidupkan hatinya.
Maka ketika hatinya telah hidup, pandangan batinnya luas, ia mampu menjangkau alam-alam keghaiban dalam setiap lapisan-lapisannya, ilmunya dengan sendirinya Allah tambahkan, kepekaan dan instingnya terbangun.
Maka ada ujaran, “hati-hatilah pada instingnya (Firasatnya) orang beriman.” Apa sebab ?
Bagi orang beriman yang Makrifat, baginya sudah tak ada hijab dalam melihat keadaan yang sebenarnya, tak ada rahasia yang bisa di tutup tutupi, semuanya terang bagi orang yang seperti itu, karena Allah sendiri yang menghendakinya.
Maka manusia yang sudah sangat dekat denganNya, bisa merasakan Allah lebih dekat padanya dibanding kedekatan urat lehernya,
Untuk manusia yang tahapan hatinya sudah seperti itu, perkataannya tak lagi biasa, namun sudah untaian mutiara langit yang sangat berharga, dan manusia yang terus memperbaiki kondisi batinnya, kondisi ibadahnya, sudah tentu harus bisa sampai pada tahapan Allah mengajarinya.
Dan inilah ilmu yang diharapkan oleh orang beriman, laksana Adam yang diberi pengetahuan segalanya, yang pintarnya mengalahkan kecerdasaan Iblis, dan Allah hadirkan kembali ilmu yang sama seperti yang di ajarkan pada Adam, kepada manusia yang ia berkahi itu dengan mewarisi ilmunya Adam, yakni Laduni.
Maka bersyukurlah untuk kita yang pernah merasakan pengalaman batin sampai tahap ini, walau mungkin itu tak menetap secara permanen, karena kadar keimanan kita yang naik dan turun.
Namun setidaknya Allah pernah menghadirkan diriNya, cukup dekat dengan kita pada suatu masa, ketika hati kita pernah tertata dengan baik, hasil konsistensi kita memperbanyak Dzikir, memperbanyak Syukur, dan menguatkan amalan keikhlasan yang kita hadirkan dalam menghadapi apapun yang diberikan Allah yang kita rasakan.
Hati kita laksana mata, yang kebalikannya dari mata fisik yang mampu menangkap apa yang ia bisa lihat secara Zhahir (tampak) sedangkan mata hati kita yang sudah terberkahi, akan mampu melihat apa yang tersembunyi, yang awalnya tertutup tirai keghaiban.
Demi kebaikan diri, cobalah belajar memperbanyak ingat padaNya, hadirkan maaf untuk mensucikan batin, perbanyak mengamalkan amalan senyum untuk membahagiakan orang lain, dan baru masuki tahapan memberbanyak syukur, sehingga Allah akan menambahkan terus nikmatNya.
Setelah itu bangun terus kesadaran keikhlasan diri dalam menerima apapun pemberian Allah, insyaallah hati akan terus digenapkan kesempurnaannya, dan dalam kondisi apapun, baik bahagia dan dalam ujianNya, hati kita mampu menerima semua dengan rasa syukur tak terhingga.
Dan dengan keikhlasan yang luarbiasa yang bisa kita perlihatkan padaNya, sebagai bentuk tunduknya kita pada ketentuan yang Allah kehendaki untuk kita pada saat-saat tertentu, dimana Allah hanya ingin melihat kesungguhan dan kekuatan iman kita yang sebenarnya.
Allah telah berfirman:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?”
(QS Al-Ankabut, ayat 2).
alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn.