Taubatnya Para Pelakon Hidup
LTN NU Jawa Barat, Bambang Melga – Taubat merupakan jalan kembalinya diri pada rengkuhan Illahi, setelahnya kita tersadar untuk memperbaiki diri, dan mensucikan keadaan lahir batin kita, sehingga kita kembali pada fitrahnya sebagai manusia, menjadi seorang hamba yang memiliki ketaatan dan menjauhi segala apa yang Allah larang.
Taubat merupakan bentuk penyesalan kita pada Allah, dan berjanji untuk tidak mengulangi kembali segala perbuatan buruk kita, yang yang Allah larang.
Taubat adalah kekuatan tekad kita, untuk berjalan di atas aturan dan pedomanNya, sehingga proses taubat kitab pun akan dilakukan dengan bersungguh-sungguh dengan taubatan nasuha.
Manusia setiap saat selalu ada dalam kekhilafannya, baik yang sudah merasa benar menurut dirinya, apalagi yang jauh dari tuntunan agama, dan ketentuan Allah.
Taubat merupakan jalan keselamatan bagi manusia yang menyadari kesalahan dan kehilafan dirinya.
Kesadaran manusia untuk bertaubat, seperti kesadarannya manusia yang belum beriman dalam mendapatkan hidayah, pertolongan Allah.
Tidak semata-mata Allah hadirkan kesadaran pada manusia pendosa jika Ia (Allah) tak memberikannya Hidayah.
Dan Hidayah itu juga bagai sebuah hadiah istimewa yang tidak diberikan begitu saja pada manusia pendosa, jika Allah tak memiliki rencana atau skenario peran buat dirinya, yang akan ia jalankan.
Pastinya ada hikmah yang Allah selipkan pada diri si pendosa tersebut, sebagai rencana Allah untuk memberikan pembelajaran pada kita umat manusia semuanya.
Dari beberapa riwayat, kita bisa melihat hal itu, baik di masa lalu maupun pada masa kini, ketika kita melihat para manusia yang sudah bertaubat itu, dengan tekad kuatnya mereka menjalankan amanah Allah, dan mampu pada akhirnya, memberi keteladanan pada kita yang hidup di masa kini.
Hal itu bisa kita lihat mereka, diantaranya ;
Di jaman Nabi, ada tokoh Sayidina Umar, beliau mendapat hidayah dari kezahiliyahannya, dimana pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup, karena masa itu, mendapatkan anak perempuan adalah aib. Setelah ia bertaubat, ia sangat menyesali perbuatannya tersebut, dan seringkali beliau menangis, serta memohon ampunan Allah takala ia teringat perbuatan itu.
Kemudian ada Wahsyi bin Harb Al-Habsyi, yang membunuh pamanda Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang di kenal sebagai, “SingaAllah.”
Ketika ia telah beriman dan sangat bertoubat atas kesalahan dirinya di masa lalu, Ia bertekad kuat untuk mengabdikan seluruh hidupnya untuk Islam, hingga pada masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, ia turut menumpas Nabi Palsu, Musailamah Al khazab, dan berhasil dengan tombaknya membunuh Nabi Palsu tersebut, dan ia pun berkata;
“Sungguh, dengan tombak itu aku telah membunuh sebaik-baiknya manusia. Dan dengan tombak itu pula, aku telah membunuh seburuk-buruknya manusia.”
Di Jawa sendiri pada masa para wali mensyiarkan Islam, ada pertaubatan yang dilakukan oleh pegal lokajaya, atau sunan Kalijaga, dan setelah ia bertaubat di hadapan Sunan Bonang, ia pun akhirnya menjadi salah seorang yang gigih memperjuangkan Agama Allah ini.
Lalu pertaubatan manusia lainnya di zaman ini, seperti taubatnya preman Anton Medan, Hercules, Johny Indo, yang pada masa Jahiliyahnya, mereka sangat terkenal dengan segala tindak tanduk menyalahi norma hukum, dan ketika mereka bertaubat, maka Allah angkat mereka menjadi para kesatriaNya… Alhamdulillah.
Dalam hal pertobatan, kita sebagai manusia yang sudah mengunung dosanya, dan sedalam lautan kesalahan yang kita lakukan, kita seyogyanya, harus tetap selalu memiliki rasa optimis kepada Allah, bahwa Allah bisa memaafkan semua kesalahan dan dosa yang kita telah perbuat. Sehingga kesadaran pada rahman dan rahimnya Allah, memicu kesadaran manusia yang masih terjebak dosa agar segera kembali pada ketaatannya.
Dalam hadits dari Abdullah bin Umar bin Khattab Radhiyallahu anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ
Sesungguhnya Allâh menerima taubat seorang hamba selama nyawanya (ruhnya) belum sampai tenggorokan. [HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Beliau berkata hadits hasan)
Allâh akan menghapus dosa-dosa kita dengan adanya kesadaran kita bertaubat, sekalipun jumlahnya sangat banyak.
Allâh Azza wa Jalla berfirman ;
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah;
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allâh. Sesungguhnya Allâh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Az-zumar/39:53]
Taubat itu seperti sebuah lampu buram, lampu mati yang dikembalikan lagi sinarnya oleh sang maha pemiliknya, sehingga ia terang kembali, hingga bisa menyinari dia untuk mampu melihat sekeliling dengan pandangannya.
Semoga kita dan semua yang mau bertaubat, Allah limpahkan kekuatan dan merahmati kita semuanya dengan kasih sayangnya, dan pada akhir kehidupan kita, Allah selamatkan kita untuk bisa bersama-sama Nabi tercinta kita, Rosululloh Saw…aamiin.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga suprayogi M.Sn