Agama Kedamaian
Dari perhelatan Religion of Twenty (R20) yang diselenggarakan di Bali, dengan dihadiri 200 lebih pemimpin keagamaan, serta politik, terkemuka di dunia, terlihat semangat yang luhur menempatkan agama sebagai bingkai keadaban, kesolehan, keberkahan, dan pemberi spirit kedamaian. Sehingga Nahdatul Ulama sebagai pengagas R20, mengajak seluruh elemen agama-agama di dunia untuk membicarakan problem-problem Agama, hingga menemukan jalan keluarnya, dengan bersama-sama duduk dalam satu forum, yang akan menghasilkan poin penting cara dalam menyelesaikan problem-problem masalah global agama secara bersama.
Forum R20 ini digelar sebagai rangkaian acara dalam rangka Peringatan Harlah 1 Abad NU dengan mengusung tema Mendigdayakan Nahdlatul Ulama, Menjemput Abad Kedua, Menuju Kebangkitan Baru.
Melihat apa yang menjadi wacana, dan keberhasilan forum R20 mengangkat permasalahan yang dirasa secara global, terkait problem yang hampir ada di seluruh agama-agama dunia, hingga spirit keluhuran agama kembali menduduki singgasana moral yang tinggi, untuk menempatkan agama pada ruang publik, bukan diruang privat yang ekslusif, sehingga akan kuat kesan agama sebagai pembangun keluhuran budi pekerti, kesantunan sosial, kesalehan sosial, akan dirasa seluruh pemeluk agama, dan secara bersama-sama nantinya, akan diperjuangkan spirit agama sebagai pemberi kedamaian, bukan lagi suatu ancaman.
Bersyukurlah kita masih menemukan para pemuka-pemuka agama yang bisa memiliki pandangan luhur pada agamanya, dan juga agama, kepercayaan dari orang lain di luar dirinya.
Manusia beragama akan memandang sisi spiritual yang berbeda sebagai suatu Rahmat, atas keberagaman agama, kepercayaan, pandangan agama, yang harus ia kenali, sebagai bentuk ajaran Allah yang mengharuskan manusia untuk saling mengenali dan menumbuhkan sifat kasih sayangnya, yang Allah uji sifat keberagamaan kita itu, dalam pergaulan bersama dengan mereka yang berbeda keyakinannya.
Maka tegas Allah memberi petunjuk, dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 13, ” Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”
Taqwa dalam tataran pergaulan, dan bermasyarakat, di semua lingkup sosial dalam lapisan-lapisan kehidupan baik berbangsa maupun dalam pergaulan antar bangsa, merupakan pesan Tuhan yang paling nyata, bahwa taqwa itu tak semata hanya untuk Tuhan saja ia berkhidmat, namun juga taqwa membangun jiwa kemanusiaan, keadilan, kesolehan sosial yang perannya nyata, harus ada, dalam kehidupannya di dunia.
Jadi ketika ada manusia mengaku bertaqwa, namun dalam berpandangan kehidupan beragamanya sempit, hanya bergaul secara eksklusif dalam satu golongan agamanya saja, kelompoknya saja, ia belum bisa dikatakan bertaqwa.
Apa sebab nya ?
Sebab, ia sebagai manusia beragama belum teruji iman dan kesolehan sosialnya, seperti apa yang di firmankan oleh Allah pada surat Al Hujurat, ayat 13, yang ditujukan kepada manusia, khususnya Muslim, untuk bisa saling mengenali manusia dengan perbedaan ras, suku, agama, dan warna kulitnya.
Yang Allah Puji, karena ketaqwaan, ketika ia mengedepankan Ketaqwaan sosial yang menandakan ke imanan kita pada Allah.
Mengaku beriman dan taqwa ini berkaitan dengan sikap mental, pandangan yang mendalam, dan keyakinan yang teruji dan terukur dalam pergaulan sosialnya…ingat pesan Nabi, bahwa manusia yang terbaik itu adalah manusia yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (H.R. Bukhari).
Alhamdulillah, pandangan keimanan dan ketaqwaan kita dilandasi oleh wajibnya terbangun kebermanfaatan diri, seperti apa yang Nabi sampaikan. Dan kebermanfaat diripun harus sampai dirasa oleh orang lain, baik dalam tataran pergaulan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan pergaulan antar bangsa, inilah bentuk dari kwalitas terbaik kadar keimanan dan ketaqwaan kita, sehingga bisa menunjukkan keutamaan paling depan, bagi perannya, sebagai perekat, pemersatu, dan pemberi kedamaian bagi seluruh umat beragama, dalam beragam kepercayaan yang berbeda. Semoga Agama kita menjadi agama pemberi Kedamaian yang nyata, dan diimplementasikan oleh umatnya spirit kedamaian itu.
Semoga kita pun mampu dan diberi kekuatan untuk mengimplementasikan kebaikan agama kita, dan menjadikannya agama yang bisa merahmati kemanusiaan.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn.