Melihat Ciri Beragama Seseorang saat Berada di Tengah Lalu Lintas
Ketiga, paradigma simbiotik yang meletakkan hubungan agama dan negara secara harmoni. Menurut Kang Helmy, negara yang paling ideal dalam paradigma ini adalah Indonesia. Meskipun dalam khazanah Islam Indonesia, NU sudah mengembangkan soal konsep negara jauh sebelum Indonesia merdeka.
“Yaitu pada tahun 1936 saat Muktamar ke-11 NU di Banjarmasin. Ketika itu muncul pertanyaan, kita-kira bentuk negara yang cocok buat Indonesia itu apa? Lalu muncul tiga tawaran,” jelas Kang Helmy.
Ia melanjutkan, pertama ada yang menawarkan konsep Darul Islam (negara Islam) karena Indonesia sebagian besar penduduknya adalah Islam. Kedua, ada yang menyatakan Darul Harb (negara perang), lantaran saat itu masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda.
“Ketiga, saya kira ini yang diputuskan oleh para ulama kita bahwa pada akhirnya mereka mengusung Darussalam, negara damai. Konsep inilah yang sekarang kita bisa sebut sebagai negara bangsa,” katanya.
Jadi, Kang Helmy melanjutkan, bahwa konsep Darussalam atau negara damai merupakan inspirasi besar yang telah lahir di mana model keberagamaan dan kebangsaan tidak melulu dibentur-benturkan. Sehingga Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari mencetuskan jargon ‘hubbul wathan minal iman’. “Bahwa cinta tanah air adalah bagian dari perintah agama,” tandasnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad
Buku lain :