The news is by your side.

Menemui Tuhan Diam-diam

Lihatlah pembelajaran dari para Nabi, dan para Rosul, ketika mereka membutuhkan Tuhan, ketika kerinduan itu memuncak !

Apa yang mereka lakukan ?
Apa yang mereka tuju ?
Tempat apa yang mereka cari ?

Mereka menuju jalan kesunyian, bukan mencari tempat keramaian.
Mereka para Nabi dan Rosul, mencari tempat yang jauh, di suatu puncak, di sebuah gua yang gelap.
Atau juga, lembah, pinggir pantai, bahkan tepi kali, yang jauh dari hiruk pikuk, kehidupan yang melalaikan hati.

Tidak ada ceritanya kisah dari para Nabi dan Rosul ketika mereka ingin berkontemplasi, mengingat Tuhan, membuka dialog dari hati dengan sang maha suci, dilakukan disembarang tempat.
Atau pergi berombongan, dengan membawa banyak orang, dalam jumlah besar.

Kesadaran untuk dalam sendirian, dari cara mereka menemui Tuhan, adalah kunci !

Untuk bisa berkomunikasi denganNya.
Kesendirian mereka membuka dialog hati merupakan pengalaman pribadi, bukan untuk ria dan di sombongkan.

Sehingga kesendirian, adalah jalan utama dalam menuju Allah.
Sekali lagi bukan dengan Rombongan !

Para wali pun seperti itu, mereka mengasah kepekaan dirinya, setelah sebelumnya diberi petunjuk oleh yang menjadi Mursyidnya.

Maka perjalanan Uzlah, mengasingan diri untuk memusatkan perhatian pada ibadah (berzikir dan tafakur) kepada Allah SWT, adalah hal yang diutamakan bagi setiap insan yang ingin merasakan kedekatan denganNya, dan mendapatkan pengalaman bathin.

Dalam syarahnya di kitab al-Hikam terbitan TuRos, Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa uzlah atau menyendiri merupakan cara terbaik bagi seorang murid untuk membersihkan hati dari segala kelalaian dan mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Bagi yang berkeluarga, dan ingin mendapatkan pengalaman bathin, Uzlahnya bukan dengan meninggalkan keluarga berlama-lama dengan meninggalkan tanggung jawab menafkahi.

Nabi kita, Muhammad SAW, tidak mencontohkan itu !

Beliau mengasingkan diri hanya beberapa waktu, pergi malam, dan sebelum Fajar menyingsing ia sudah kembali ke rumah.
Perginya sang Nabi, memberitahu istrinya, Khadijah, sehingga sang istrinya pun membawakan bekal bagi Nabi, agar bisa mencukupi kebutuhan Nabi dalam bekhalwat, mendekatkan diri pada Allah.

Para Guru spiritual, sangat faham dalam bab meniti, perjalanan kisah para Nabi, Rosul, dan para Aulia.
Napak tilas perjalanan para kesatria Allah itu, perlu di ikuti, namun tentunya dengan pembimbingan para Mursyidnya.

Kebersamaan dengan para guru, adalah untuk mendapatkan petuah, petunjuk, nasehat, dan izin.
Ada obrolan-obrolan yang mengandung hikmah.
Ada gambaran-gambaran yang mencerahkan pikir.
Tidak bicara di luar konteks, tidak bicara ngawur kemana-mana.

Selebihnya dalam mencari pengalaman spiritual, ingin bisa membersihkan hati, terlibat dalam pengalaman bathin, adalah hal individual, yang harus di cari dan diolah sendiri oleh si Murid.

Menemui Tuhan Diam-Diam itu perangkatnya, kebeningan hati, kebeningan pikir, dan menjauhi rasa sombong yang kadangkala muncul sebagai ke akuan yang akut, dan melalaikan.

Cari para guru sejati yang mampu menunjukan jalan PadaNya.
Cari guru spiritual yang kita anggap paling bijak, dimana ia telah bisa menempatkan dirinya, sebagai seorang yang bisa memudahkan urusan muridnya, tahu kapasitas murid, tahu jalan yang berbeda dari setiap individu yang dekat padanya.

Temuilah Tuhan, diam-diam.
Temui dalam kebeningan malam.
Dan Sahdunya sang Rembulan.

Temuilah Tuhan diam-diam.
Di kesenyapan malam yang selalu ada keindahan.
Di keheningan malam yang menghadirkan kebeningan.

Hati itu meluluh ketika kita sendiri didalam sepi.
Kekerasan hati akan mencair, takala kita berselimut sunyi.

Temuilah Tuhan diam-diam
Dalam gelap, sunyi, dan sendiri.

Rasakan bisikan hati.
Rasakan suasana hati.
Dikesunyian, hati kita mulai dihidupkan.
Dikegelapan, hati kita mulai diterangkan.

Untuk mereka, para individ, orang-orang yang sudah mendapatkan keberkahan dari jalan sunyinya…

Hingga akhirnya kita mendapatkan hikmah dan kebijaksanaan, dari cahayaNya, yang memberi kita kesadaran, bahwa ketika kita mampu menemui Tuhan, maka ciri sifat Tuhan akan menyertai kehidupan kita, maka ia akan jauh dari sifat sombong, dan ia selalu memiliki semangat untuk dekat pada kebermanfaat diri.

Dan manusia yang sudah tercerahkan itu, maka ia akan memegang perintah Allah, untuk selalu taat beribadah padaNya, dan itu lah amanah bagi pelaku jalan sunyi, dalam kesendiriannya… yang dipenuhi olehnya, adalah memperbanyak mengingat Allah, dan memperbanyak ibadah padaNya.
Alhamdulillah.

Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.