Tasawuf Sebagai Solusi Problematika Masyarakat Modern
Mutiara Syalwa Dewiana – Modernisasi selain memiliki banyak dampak positif juga dapat menimbulkan beragam krisis sosial dan individual yang seakan sulit terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern. Berbagai krisis tersebut bermula dari problem psikologis manusia modern yang pada saat tertentu dapat merambah menjadi krisis kolektif yang berkepanjangan. Problem tersebut tentu berpotensi memberikan dampak negatif bagi kehidupan sosial.
Terkait hal ini, tasawuf sebagai salah satu ilmu dalam khazanah Islam dapat memberikan jawaban untuk berbagai problematika tersebut. Tasawuf dapat mengingatkan manusia modern bahwa status manusia bukan lah sekedar makhluk jasmani saja, tetapi juga makhluk spiritual. Dimensi spiritual ini yang kerap kali diabaikan manusia modern sehingga dapat menimbulkan berbagai problem seperti kecemasan, kesepian, penyimpangan prilaku, perasaan hampa, dan kekosongan batin.
Menurut Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi, tasawuf merupakan ilmu yang membahas kondisi-kondisi jiwa (nafs) dengan tujuan untuk memahami kebaikan dan keburukan jiwa serta tata cara untuk mensucikannya, mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, melakukan suluk, dan mencari jalan menuju Allah SWT.
Selain bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (taqarrub ila Allah), tasawuf juga merupakan aspek ajaran Islam yang menawarkan pendidikan moral, etika kehidupan, dan pengelolaan jiwa yang bermanfaat bagi keseimbangan kehidupan jasmani dan rohani. Jika keseimbangan hidup itu telah tercapai, maka manusia dapat lebih menyadari akan hakikat hidupnya sebagai makhluk spiritual yang mampu mengendalikan nafsu dan jiwanya dengan baik serta memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
Menurut Hossein Nasr paham tasawuf mulai mendapat perhatian di kalangan masyarakat (termasuk masyarakat Barat), disebabkan oleh rentannya masyarakat modern terhadap kekeringan batin. Mereka mulai mencari sesuatu yang dapat memecahkan masalah tersebut.
Selain itu, Komaruddin Hidayat juga berpendapat bawah tasawuf itu perlu membumi yakni menjadi ilmu yang dapat diakses oleh masyarakat dari kalangan mana pun dengan tujuan agar: Pertama, turut andil dalam berbagai peran untuk menyelamatkan manusia dari kondisi kebingungan akibat merosotnya nilai-nilai spiritual. Kedua, mengenalkan pemikiran dan literatur tentang dimensi esoteris (kebatinan) agama Islam, baik terhadap masyarakat muslim yang mulai mengabaikannya atau pun terhadap masyarakat non-muslim. Ketiga, untuk menegaskan kembali bahwa aspek esoteris Islam (sufisme) merupakan jantung dari ajaran Islam, sehingga jika aspek ini kering, maka keringlah aspek-aspek lain dalam ajaran Islam.
Referensi:
Badrudin. (2015). Pengantar Ilmu Tasawuf. Serang Banten: A-Empat.
Imron, A. (2018). Tasawuf Dan Problem Psikologi Modern. Jurnal Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri