The news is by your side.

35 Hal Terpuji Terhimpun di Dalam Dzikir

35 Hal Terpuji Terhimpun di Dalam Dzikir | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratKita tentu mafhum bahwa dalam kehidupan ini tujuan diciptakannya manusia tak lain adalah berbakti, beribadah kepada-Nya. Ibadah semestinya memiliki jiwa. Jiwa ibadah adalah dzikir. Tulisan berikut akan menuturkan 35 hal terpuji yang terhimpun di dalam dzikir. Poin-poin ini dinukil dari Hidayat al-Salikin (Petunjuk Para Salik) (Tab’a ala nafqah S.A. al-‘Aydrus, Jakarta 1354 H),  karya Datu Sanggul, Syekh Abdussamad al-Palimbani qaddasallah sirrahu (1704-1832).

Yang pertama adalah menjunjung perintah Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, Ingatlah Allah dengan dengan dzikir sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepadanya pagi dan petang.” (QS. Al-Baqarah: 152).

Kedua, Allah menyebut terhadap engkau karena firman-Nya: “Sebutlah olehmu akan Aku, niscaya Aku menyebutmu” (QS. Al-Baqarah: 152).

Ketiga, ridha Allah atas Dzikir itu.

Keempat, nyata kebesaran Allah dan ketinggian-Nya di dalam hatimu saat engkau menyebut-Nya. Firman-Nya menyatakan Waladzikrullahi Akbar, “Sesungguhnya dzikir kepada Allah itu terlebih besar daripada ibadah-ibadah yang lain” (QS. Al-Ankabut: 29)

Kelima, sibukkan anggota tubuhmu dalam taat kepada Allah.

Keenam, malaikat mendekat kepadamu dan mereka bergembira dengan dzikirmu.

Ketujuh, Allah mendekat kepadamu dan kawn (keadaan)-Nya besertamu tanpa “bagaimana” dan “batasan”. Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Aku bersama persangkaan hamba-Ku dan Aku beserta dia ketika dia berdzikir pada-Ku”.

Kedelapan, malaikat pemelihara (perekam) amal manusia bersegera menyuruh kebajikan bagi orang yang berdzikir.

Kesembilan, setan menjauh daripada engkau. Syekh Afdhaluddin berkata, “Sesungguhnya setan mengendarai seseorang manakala lupa dzikrullah. Sesungguhnya dia selalu berdiam di sisi seorang hamba. Tiap kali lupa si hamba dzikrullah maka setan mengendarai dan mengendalikan helaannya. Tiap kali si hamba berdzikir, maka setan turun darinya. Andaikata dibukakan Allah Ta’ala kepada seseorang daripada kita, niscaya ia melihat Iblis mengendarai seseorang seperti layaknya mengendarai keledai dan berkalung helaan sepanjang yang dikehendaki si Iblis sepanjang siang dan malam.”

Kesepuluh, sesungguhnya dzikrullah Ta’ala berada di atas iman dan hakikatnya itu cinta (mahabbah) hamba kepada Tuhannya.

Kesebelas, sesungguhnya dzikrullah itu melepaskan (bara’atun) si hamba dari munafiq.

Kedua belas, memelihara diri dari setan.

Ketiga belas, memelihara diri dari neraka.

Keempat belas, anugerah Allah atasmu dengan menjadikanmu golongan orang-orang yang berdzikir dan tak menjadikanmu termasuk golongan orang-orang yang lupa.

Kelima belas, menerangi hati dan membukanya dengan cahaya dzikrullah.

Keenam belas, menjaga hati daripada lali (lupa) ketika datang cita-cita (khatarat) yang jahat.

Ketujuh belas, orang yang berdzikir itu seolah-olah hampir kepada Allah Ta’ala tanpa bagaimana (kaifiyat) dan berhad/batasan karena firman Allah Ta’ala di dalam hadits qudsi: Ana jaalisu man dzakarani (Aku duduk bersama orang yang berdzikir kepada-Ku).

Kedelapan belas, dibukakan baginya segala pintu langit karena naik malaikat dengan dzikirnya.

Kesembilan belas, bersaksi atasmu segala sesuatu dari seluruh makhluk yang mendengarmu dan menyayangimu semua tempat di bumi di mana engkau berdzikir kepada Allah dan mereka membanggakan rasa sayangnya itu antara satu dengan yang lainnya.

Kedua puluh, lembut hati dan khusyuk saat berdzikir.

Kedua puluh satu, dihapuskan sepuluh kejahatan dengan satu kalimat dzikir.

Kedua puluh dua, tenang dan diam hati karena firman Allah: “Sesungguhnya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.”

Kedua puluh tiga, dua malaikat yang bernama Kiraman dan Katibin beristirahat mencatat keburukanmu dan malahan mendoakanmu dipelihara dari (biwiqaayati) segala kejahatan, mendapatkan kemenangan surga dan dilepaskan dari neraka dan bersama dengan malaikat yang menjunjung ‘Arasy karena firman Allah Ta’ala: “Dan malaikat yang mengucap tasbih dengan memuji Tuhan mereka” hingga akhir ayat (QS. Al-Mu’min: 7).

Kedua puluh empat, meringankan hal-hal yang berat pada hari kiamat. Sabda Nabi SAW, “Mendahului kamu al-mufradun. Para sahabat berkata: Apakah al-mufradun itu Wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Itulah orang-orang yang mengekalkan menyebut Allah Ta’ala. Dzikir mereka menyingkirkan beban-beban dosa mereka pada hari Kiamat.”

Kedua puluh lima, dzikr itu lebih baik dari haji, jihad, al-ribath (memerangi kafir yang hendak masuk ke negeri Islam), sedekah, dan segala amal lainnya yang termasuk fardhu. (Hendaknya jangan disalahpahami bahwa statement ini meremehkan hal yang fardhu. Justru perlu digarisbawahi bahwa Syekh al-Palimbani menekankan pentingnya keberimbangan antara syariat dan hakikat. Terkait dengan poin ke-25 ini, apa yang bisa dimaknai dari sini adalah keutamaan dzikir itu sangat dan sangat besar.)
Kedua puluh enam, sesungguhnya Allah SWT memberikan kepada orang yang berdzikir lebih banyak dari yang dimintanya bahkan yang tidak dimintanya sekalipun karena firman Allah dalam Hadits Qudsi: “Barang siapa menyibukkan diri berdzikir kepada-Ku ketimbang meminta-minta pada-Ku, Aku akan memberikan kepadanya yang lebih baik bahkan yang tidak dipintanya daripada yang diminta para peminta-minta.” 

Kedua puluh tujuh, orang yang berdzikir dilengkapkan atasnya rahmat, diturunkan kepadanya ketenangan hati dan barakah, meliputi (tahaffa) dan menjaga malaikat atasnya.

Kedua puluh delapan, sesungguhnya hamba yang terbuka hati untuk berdzikir kepada Allah pada permulaan hari dan menutup harinya dengan dzikrullah niscaya ia diampuni pada awal dan akhir suratannya (tharafayi).

Kedua puluh sembilan, orang-orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala diseru oleh para penghuni langit: “Berdirilah kalian! Kejahatan-kejahatan kalian telah digantikan dengan kebaikan-kebaikan dan dosa-dosa kalian telah diampuni.”

Ketiga puluh, satu majelis orang-orang saleh yang berdzikir menghapuskan satu juta perkumpulan kegiatan mukmin yang berbuat kejahatan.

Ketiga puluh satu, sesungguhnya orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah pada hari Kiamat berada di atas mimbar yang berasal dari cahaya, kedua tangannya adalah tangan kanan. Para malaikat dan para nabi bergantung pada tempat duduk (maq’ad) mereka. Wajah mereka bercahaya lebih terang daripada bulan purnama. Manusia takut pada mereka, tapi mereka tidak. Manusia gentar pada mereka, tapi mereka tidak.

Ketiga puluh dua, orang yang banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala adalah orang yang amat mulia pada hari Kiamat karena kemuliaan mereka diberikan Allah.

Ketiga puluh tiga, sesungguhnya ahli dzikir itu bermain-main dan mengambil buah-buahan dari kebun surga karena sabda Nabi SAW dalam hadits: “Apabila engkau lewat di kebun-kebun surga maka ambillah buah-buahan di dalamnya. Para sahabat bertanya, ”Apakah kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tempat perhimpunan orang-orang yang duduk berdzikir”. Ketahuilah bahwa Nabi SAW bersabda: “Majelis dzikir itu menyerupai kebun di dalam surga karena majelis itu tempat turunnya rahmat, hidayah, rahasia yang ajaib-ajaib dan ma’rifat yang gharib-gharib. Yang didapat oleh orang yang berdzikir itu layaknya orang yang masuk ke dalam kebun karena di situ ia mengambil buah-buahan yang indah.

Ketiga puluh empat, sesungguhnya dzikrullah Ta’ala di bumi merupakan cahaya bagi orang yang berdzikir itu sendiri. Nabi SAW bersabda: “Orang yang berdzikir di dalam kumpulan orang-orang yang lupa laksana pohon kayu yang hijau di di tengah kumpulan pohonan kayu yang kering.

Ketiga puluh lima, sesungguhnya orang yang berdzikir khafi (tersembunyi) itu disebut-sebut di hadirat Allah Ta’ala dan dipertaruhkan (wayaddakhiru) atasnya satu perbendaharaan (kanzan) hingga hari Kiamat yang apabila ia masuk surga, maka Allah akan bersabda padanya: Aku memiliki pahala yang akan kuberikan padamu, yaitu pahala dzikir khafi yang tak terlihat oleh seorang pun kecuali oleh-Ku.

Demikian kedahsyatan manfaat dzikir seperti disebutkan Datu Sanggul dalam kitabnya. Poin-poin ini bisa dibaca dari halaman 287-297. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam. (Riza Bahtiar)

Sumber : NU Online

Leave A Reply

Your email address will not be published.