Alasan Gus Yahya Imbau Nahdliyin Hadiri Resepsi 1 Abad NU dengan Niat Tabarruk
Jombang, NU Online – Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya seringkali di berbagai agenda mengingatkan warga NU agar menata niatnya saat hendak menghadiri resepsi puncak 1 Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). Menurutnya, tidak ada niat lain kecuali ingin memperoleh keberkahan dari NU dan para muassis NU.
“Saya sudah sampaikan dalam berbagai kesempatan kita melakukan semua ini (serangkaian kegiatan puncak 1 Abad NU), ini dengan niat tabarruk, ngalap berkah kepada ulama,” katanya saat menghadiri istighotsah kubro dan doa bersama dzurriyah muassis NU di Jombang, Jawa Timur, Jumat malam (3/2/2023).
Gus Yahya kemudian teringat satu pesan yang disampaikan oleh KH Maimoen Zubair kepada dirinya. Bahwa di zaman sekarang, orang sangat sulit membuat amal sendiri yang bisa diharapkan secara mutlak akan membawa manfaat-manfaat sejati bagi kemaslahatan umat.
“Ini wasiat yang selalu saya ingat dari guru kita semua Allah yarham Kiai Maimun Zubair, kita ini orang-orang zaman akhir sudah potongan elek-elekan, tidak punya maqam bikin amal sendiri,” ungkapnya.
Pasalnya, amal yang sejati harus hidup, dan baru bisa hidup kalau sudah punya nyawa. Kalau masih sekadar berbentuk amal, kata Gus Yahya, hal itu hanyalah sebuah perwujudan.
“Amal yang bisa diharapkan ini betul-betul sungguh harus amal yang memang jadi beneran, amal jadi itu artinya amal yang hidup beneran. Padahal amal-amal bisa hidup kalau ada nyawanya, yang bisa jadi nyawanya amal itu adalah rahasia ikhlas, sirrul ikhlas,” ujarnya.
Sementara posisi sirrul ikhlas, menurut Gus Yahya hanya dicapai oleh orang-orang yang sudah berada di maqam ma’rifat. “Karena itu, kita ini tidak berpretensi tidak berlagak seolah-olah membuat amal sendiri, karena maqam kita ini hanya maqam tabarruk, ngalap berkah kepada Nahdlatul Ulama,” tuturnya.
Menurut Gus Yahya, kehadiran NU memberikan berkah raksasa untuk bangsa Indonesia, terkhusus warga NU sendiri. Hal ini karena para pendiri NU merupakan ulama yang telah mencapai maqam sirrul ikhlas.
“Maka tidak heran, tidak mengagetkan kalau NU kemudian bisa berkembang menjadi besar setelah satu abad dan akan akan terus membesar selama-lamanya. Karena berkah dari sirrul ikhlas-nya para muassis,” bebernya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Aiz Luthfi