The news is by your side.

Menyulam Waktu, Teknologi, dan Takdir

Resensi Buku “Menyulam Waktu, Teknologi, dan Takdir”

Oleh : Alfi Saifullah
Judul Buku : Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas
Penulis : Muiz Sutopo
Penerbit : Edulitera Malang
ISBN ; 978-623-485-370-4
Tahun Terbit : November 2024
Ukuran Buku : 14,8X21 CM
Tebal : IV+486 hlm.

Apa jadinya apabila seorang arsitek yang sebelumnya tertarik terhadap puisi, teater, dan desain grafis, tiba-tiba meramu sebuah novel epik yang melampaui dari sekadar kisah-kisah fiksi? Menggubah karya yang tak ubahnya simfoni yang meloncat-loncat di antara batas realitas dan masa depan. Lantas merangkai unsur-unsur filsafat, teknologi, dan spiritualitas dalam satu tarikan napas panjang. Ditulis disaat pandemi Covid-19 melanda negeri ini, novel berjudul ‘Terbelit dalam kubus Tanpa Batas’ ini merupakan artikulasi dan refleksi batin seorang salik ditengah keterasingan saat kebijakan lockdown diterapkan. Goresan-goresan indah Muiz Sutopo ini merupakan eksperimen literasi yang berusaha memadukan sains mutakhir dengan renungan metafisik tentang keber‘ada’an.

Diksi-diksi menantang nalar, membangunkan imajinasi

Di halaman-halaman novel ini, kita akan bertemu dan mengikuti Maya Shopia, sosok gadis cantik dari Barcelona yang memutuskan bertualang dan berlibur ke Pulau Jawa. Ia ingin menyepi sejenak dari gegap gempita dan gemerlapnya Barcelona. Maya Shopia pun menyusuri tepi pantai selatan dengan ombaknya yang begitu ganas dan bergulung-gulung. Namun, liburan yang seharusnya berisi gelak tawa, canda, dan deburan seru ombak—mendadak berbelok menuju labirin yang tak kasat mata. Menyeret ke sebuah putaran waktu yang cukup rumit. Tanpa sengaja Maya bertemu dengan perempuan tua bernama Mbok Kaseh, sosok yang tiba-tiba menyerahkan kotak kayu misterius—layaknya Cupu Manik Astaghina dalam ephos Ramayana karya Rsi Walmiki. Didalam kotak kayu tersebut terselip sebuah rahasia, rubik yang memuat lorong-lorong waktu.

Diluar batas kesadarannya, Maya membuka pintu gerbang masuk ke dalam dimensi lain. Dalam kotak itu, terselip pula lembaran manuskrip yang mencatat kehidupan Maya sendiri. Juga mencatat serangkaian peristiwa yang akan terjadi hingga tahun 2101. Didalamnya juga terselip kisah Prof. Antonio Sergio, mantan agen organisasi global OWN (One World Nation) yang meninggalkan dunia intelejen dan spionase guna menemukan teknologi revolusioner. Bersama cucunya, Prof. Antonio meneliti rekahan di ambang batas realitas menggunakan teknologi canggih yang baru update pada tahun 2085. Sebuah petualangan yang tidak hanya membawa mereka ke dalam dunia yang tak terekam imajinasi, juga menggiring ke sudut-sudut terdalam jiwa manusia. Lantas pembaca dibuat bertanya-tanya, jika partikel dapat berada di dua tempat sekaligus, mungkinkah manusia memiliki lebih dari satu takdir? ataukah semua ini sudah tertulis dalam sebuah pola yang tak terlihat?

Lebih lanjut, alur kisah dalam novel ini tidak hanya bergerak maju-mundur dalam perputaran mesin waktu, tetapi berupaya menelusuri lapisan tersembunyi dalam diri manusia. Dari era Maya Shopia di abad 21 hingga lonjakan teknologi di tahun 2085. Lalu berusaha melampaui garis waktu 2101 yang mendokumentasikan perubahan radikal dalam tatanan dunia. Secara tidak langsung, novel ini menyiratkan bahwa perjalanan sejati bukan hanya tentang melintasi ruang dan waktu, tetapi bagaimana sebuah pemahaman dapat menerobos batas-batas kesadaran.

Lebih-lebih, teknologi dalam narasi novel tidak sekadar menjadi kerangka cerita, tetapi telah bertransformasi menjadi unsur fundamental yang menentukan jatuh-bangunnya sebuah peradaban. Dari Big Data, Artificial Intelegence, hingga chip yang ditanam di kepala manusia telah digambarkan Muiz dengan sedemikian rupa hingga nyaris menjadi sebuah kenyataan. Namun, dibalik segala kecanggihan teknologi mutakhir, Muiz kembali menggemakan pertanyaan klasik yang acapkali diulang-ulang; Jika kecanggihan teknologi telah sukses menggantikan seluruh peran manusia disemua lini, apakah yang tersisa dari kemanusiaan itu sendiri?

Pertanyaan semacam ini telah mengingatkan kita terhadap kegelisahan sama yang pernah dilontar oleh Martin Haidegger. Begawan eksistensialisme itu mengingatkan, bagaimana teknologi pada akhirnya akan mengubah manusia dari subjek menjadi objek. Atau seperti prediksi dan analisa Yuval Noah Hariri dalam Homo Deus, bahwa manusia modern akan kehilangan relevansinya sebagai dampak dari dunia yang digerakkan oleh pola-pola algoritma yang seragam.

Batas-batas Sains, Filsafat, dan Realitas

Kelebihan novel ini adalah kemampuannya dalam menyulam teori sains modern dengan perenungan mendalam tentang hakikat kehidupan. Mengangkat pertalian antara fisika kuantum dan doktrin-doktrin tasawuf. Lantas Muiz mengusik batas antara sains dan spiritualitas.

Dalam diksi-diksinya, Muiz Sutopo seakan mengajukan deretan pertanyaan panjang yang fundamental dan menampar pemahaman dogmatis, apakah realitas ini hanyalah fatamorgana yang sengaja dibentuk oleh pikiran, ataukah unsur yang inheren dalam diri manusia? Adakah realitas lain yang tak kasat mata, yang menunggu untuk disingkap? Jika realitas fisik ini hanyalah salah satu dari sekian banyak kemungkinan, lantas dimana posisi kita dalam pusaran alam semesta?

Alhasil, novel ‘Terbelit dalam kubus Tanpa Batas’ bukan sekadar narasi atau kata-kata, tetapi rekaman gejolak batin, perjalanan intelektual dan emosional penulisnya, Muiz Sutopo. Ia telah berusaha keras untuk menghibur, menggugah, membangun dunia fiksi, dan perlahan-lahan ia mencoba mempengaruhi logika pembacanya tentang realitas.

Bagi mereka yang mencari bacaan alternatif berlatar fiksi ilmiah, filsafat, dan ‘pertanyaan-pertanyaan nakal’ seputar takdir manusia di era digital, novel ini layak dibaca dan tidak dilewatkan lembar per lembar halamannya. Sebuah karya yang bukan hanya pantas memenuhi rak buku anda, tetapi akan terus bergema didalam imajinasi, jauh setelah halaman terakhir buku ini ditutup. Demikian.

Judul Buku : Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas
Penulis : Muiz Sutopo
Penerbit : Edulitera Malang
ISBN ; 978-623-485-370-4
Tahun Terbit : November 2024
Ukuran Buku : 14,8X21 CM
Tebal : IV+486 hlm.
Harga : Rp. 100.000
Pemesanan : 0895-2851-2664

——————————————————————————

Baca juga resensi buku lainnya :

  • Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
  • Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
  • Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.